tag:blogger.com,1999:blog-63210679623086341882023-11-15T23:00:10.242-08:00uneg-uneg orang banjarSEBUAH BLOG TENTANG DAERAH BANJAR, SUKU BANJAR, TOKOH-TOKOH BANJAR, DAN SEMUA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BANJAR DAN AGAMA ORANG BANJAR, YAKNI ISLAM SUNNI TRADISIONAL (SUNNI SYAFI'IE BERLANDASKAN CAHAYA SUFI).....MENCINTAI PARA NABI, KALANGAN SHIDDIQIN, SYUHADA DAN SHOLIHIN LINTAS MADZHAB AHLUSSUNNAH. ANTI WAHABI (NEO KHAWARIJ) ANTI MU'TAZILAH, ANTI SYIAH DAN ANTI AHLI BID'AH LAINNYA.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-9302512689944868162008-06-20T18:57:00.001-07:002008-06-20T18:57:48.940-07:00SIKAP KITA PADA SAHABAT RASULULLAH SAWPara sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- merupakan generasi terbaik yang dipilih oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- untuk menemani Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam memperjuangkan, dan menyebarkan Islam. Jasa mereka kepada Islam dan kaum muslimin amat besar.<br />Namun sangat disayangkan, pada hari ini mencul generasi yang jelek berusaha merendahkan sahabat, menghina, bahkan menganggap mereka munafiq dan kafir, na’udzu billah. Usaha merendahkan dan mencela sahabat, ini dengan berbagai macam. Ada yang menghina sahabat dengan alasan “Study Kritis Sejarah Islam”, “Pembelaan Terhadap Ahlul Bait”, dan berbagai macam slogan yang berakhir pada satu muara, yaitu mencela sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- .<br />Ini tentunya menyalahi adab dan aqidah ahlus sunnah yang memerintahkan kita memuliakan sahabat, memujinya, mendoakan kebaikan baginya, dan menahan lisan dan hati untuk benci kepada mereka. Mencela sahabat, apalagi sampai menganggapnya munafik, telah berbuat makar, dan mengkafirkannya adalah merupakan perkara yang berbahaya bagi aqidah seorang muslim. Seorang muslim harus membersihkan lisan dan hatinya dari kata-kata yang tidak layak, sifat benci dan dendam kepada para sahabat -radhiyallahu anhum ajma’in-, apakah ia dari kalangan orang-orang terdahulu masuk Islam ataukah belakangan. Yang jelas ia adalah sahabat Nabi-shollallahu alaihi wasallam-, maka kita harus beradab dan sopan kepada mereka dalam berkata dan bersikap.<br />Cinta para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, baik itu ahlul bait maupun bukan merupakan tanda keimanan seseorang, dan membenci mereka adalah tanda nifaq. Al-Imam Al-Bukhary -rahimahullah- berkata dalam kitab Shahih-nya (1/14/17),“Bab Tanda Keimanan Adalah Cinta Kepada Orang-Orang Anshar”. Setelah itu Al-Bukhary membawakan sebuah hadits dari Anas -radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, beliau bersabda,<br />آيَةُ الْمُنَافِقِ بُغْضُ اْلأَنْصَارِ وَآيَةُ الْمُؤْمِنِ حُبُّ اْلأََنْصَارِ<br />“Tanda kemunafiqan itu adalah membenci orang-orang Anshar dan tanda keimanan itu adalah mencintai orang-orang Anshar”.<br />Imam As-Suyuthiy -rahimahullah- berkata dalam Ad-Dibaj (1/92) ketika menafsirkan hadits di atas, “Tanda-tanda orang beriman adalah mencintai orang-orang Anshar karena siapa saja yang mengerti martabat mereka dan apa yang mereka persembahkan berupa pertolongan terhadap agama Islam, jerih-payah mereka memenangkannya, menampung para sahabat (muhajirin,pen), cinta mereka kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, pengorbanan jiwa dan harta mereka di depan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, permusuhan mereka terhadap semua orang (kafir) karena mengutamakan Islam dan mencintainya, maka semua itu merupakan tanda kebenaran imannya, dan jujurnya dia dalam berislam. Barangsiapa yang membenci mereka dibalik semua pengorbanan itu, maka itu merupakan tanda rusak dan busuknya niat orang ini”.<br />Dalam sebuah hadits Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda dalam menerangkan martabat para sahabat,<br />لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَلَوْا أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ<br />“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Andaikan seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya infaq itu tak mampu mencapai satu mud infaq mereka, dan tidak pula setengahnya” . [HR.Al-Bukhary dalam Ash-Shahih (3470), Muslim dalam Ash-Shahih (2541) dan lainnya].Dari dua hadits ini dan hadits lainnya yang semakna, Ahlis Sunnah menetapkan suatu aqidah: “Wajibnya mencintai para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan tidak mencela mereka, bahkan memuliakan mereka serta membersihkan hati dan lisan dari membicarakan permasalahan di antara para sahabat, mencela, merendahkan dan menghina para sahabat”. Sebab merekalah yang memperjuangkan Islam dan menyebarkannya dengan mengorbankan harta dan jiwa mereka sampai kita juga bisa merasakan nikmat Islam.<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah-rahimahullah- berkata, “Di antara prinsip Ahlus Sunnah: Selamatnya hati dan lisan mereka dari sahabat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam- dan berlepas diri dari jalan hidupnya orang-orang Rofidhoh yang membenci dan mencela para sahabat. Mereka (Ahlussunnah) menahan diri dari perselisihan yang terjadi di antara mereka, dan berkata: [‘Sesungguhnya atsar-atsar yang teriwayatkan mengenai kejelekan para sahabat, di antaranya ada berita dusta, ada juga yang sudah ditambahi dan dikurangi, serta diubah dari semestinya’]. Para sahabat lebih dahulu berislam, dan memiliki keutamaan-keutamaan yang mengharuskan diampuninya dosa yang ada pada dari mereka, apabila ada. Sehingga mereka diampuni dari segala kekeliruan yang tidak diampuni bagi orang setelah mereka. Lalu jika ada dosa pada salah seorang di antara mereka, maka mereka (tentunya) akan bertaubat darinya, atau ia melakukan kebaikan yang bisa menghapuskan dosanya atau diampuni dosanya karena keutamaan dahulunya masuk Islam, atau karena syafa’at Nabi Muhammad -shollallahu ‘alaihi wasallam- kepada mereka, yangmana mereka adalah orang yang lebih berhak mendapatkan syafa’atnya, ataukah ia ditimpakan suatu bala’ di dunia yang bisa menghapuskan dosanya. Jika ini hubungannya dengan dosa yang nyata, maka bagaimana lagi dengan perkara yang mereka di dalamnya berijtihad? Jika mereka benar, maka mereka mendapatkan dua pahala. Jika keliru, maka mereka mendapat satu pahala, sedangkan kesalahannya terampuni”.[lihat Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyyah (hal. 139-152) karya Syaikh Shaleh Al-Fauzan, dengan sedikit perubahan tanpa merusak dan mengubah makna].<br />Orang Rafidhah yang disebut oleh Syaikhul Islam, mereka adalah berasal dari orang-orang majusi yang mengaku masuk Islam dengan tujuan merusak Islam dari dalam. Mereka berkedok dengan pembelaan bagi Ahlul Bait dalam rangka mencela, bahkan sabahat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- agar Islam hancur. Sekarang Rofidhoh (baca:Syi’ah) bermarkas di Iran. Karenanya, kami ingatkan kaum muslimin agar berhati-hati terhadap mereka dan jauhkan anak-anak kita dari mereka, jangan sampai di sekolahkan di negeri mereka (khususnya, di Qum, Iran), hanya karena diiming-imingi dengan dunia dan gelar, sementara ia rela mengorbankan aqidah. Na’udzu billah minal khudzlan.<br />Hal ini perlu kami jelaskan, karena orang-orang Rafidhah (terkenal dengan sebutan Syi’ah) belakangan ini banyak merasuki dunia kampus, dan sebagian oragnisasi dakwah. Selain itu, mereka memakai senjata “nikah mut’ah” (nikah kontrak/nikah tanpa wali) banyak mahasiswa yang terpengaruh dengan mereka karenanya. Apalagi nikah mut’ah dibumbui dengan janji-janji pahala dan keutamaan. Ketahuilah, mereka adalah kaum yang memiliki niat busuk dalam mencela sahabat Nabi kita -Shollallahu ‘alaihi wasallam-.<br />Al-Imam Al-Ajury-rahimahullah- berkata, “Seyogyanya bagi orang yang mau mentadabburi apa yang telah kami torehkan berupa keutamaan-keutaan para sahabat Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- dan keluarga beliau -radhiyallahu anhum ajma’in- agar mencintai mereka, mendoakan rahmat bagi mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, mencari jalan kepada Allah untuk mereka, juga bersyukur kepada Allah karena ia diberi taufiq (petunjuk) kepada hal ini, serta tidak menyebutkan perselisihan yang terjadi di antara mereka, dan mengorek-ngoreknya, dan tidak pula mencari-carinya”.[lihat Asy-Syari’ah, hal. 2485 karya Al-Ajurriy.]<br />Oleh karena itu, tak wajar jika seorang muslim menyebarkan hadits yang berisi kisah celaan kepada Tsa’labah, karena termasuk perkara yang dilarang Ahlus Sunnah, kecuali jika kita sebutkan hadits itu demi menjelaskan kelemahan dan kepalsuannya, maka tak mengapa. Bahkan bisa mendapatkan pahala karena membela kehormatan sahabat Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam-.<br />Al-Imam An-Naqid Abu Zur’ah Ar-Rozy-rahimahullah- berkata, “Apabila engkau melihat seseorang mencela salah seorang sahabat Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-, maka ketahui bahwa orang itu zindiq. Karena Rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- di sisi kami benar, dan Al-Qur’an adalah kebenaran. Sedangkan yang menyampaikan Al-Qur’an ini kepada kami adalah para sahabat Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-. Mereka (para pencela tersebut) hanyalah berkeinginan untuk menjatuhkan saksi-saksi kami agar mereka bisa membatalkan Al-Kitab dan As-Sunnah. Padahal celaan itu lebih pantas bagi mereka, sedang mereka adalah orang-orang zindiq”. [lihat Al-Kifayah, hal. 49 karya Al-Khathib Al-Baghdadiy]<br />Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thohawy-rahimahullah- berkata dalam menjelaskan aqidah Ahlussunnah, “Kami mencintai para sahabat Rasulullah -shollallahu alaihi wasallam-, tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang di antara mereka,dan tidak berlepas diri dari salah seorang di antara mereka. Kami membenci orang yang membenci mereka dan menyebutnya bukan dalam kebaikan. Kita tidak menyebut para sahabat kecuali dengan kebaikan. Mencintai mereka adalah agama, keimanan,dan kebaikan. Sedang membenci mereka merupakan kekufuran, kemunafikan, dan pelampauan batas”. [lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah, hal. 689 karya Ibnu Abil Izz Al-Hanafy.]<br />Al-Imam Abu Hanifah -rahimahullah- berkata, “Al-Jama’ah: Engkau mengutamakan Abu Bakar, Umar , Ali, dan Utsman, dan engkau tidak mencela salah seorang diantara sahabat Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- “. [lihat Al-Intiqo’ fi fadho’il Ats-Tsalatsah Al-A’immah, hal. 163 karya Ibnu Abdil Barr, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah]<br />Imam Darul Hijrah, Malik bin Anas-rahimahullah- berkata, “Orang yang mencela para sahabat Nabi -shollallahu alaihi wasallam- tidak memiliki saham-atau ia berkata:- bagian dalam Islam”. [lihat As-Sunnah (1/493) karya Al-Khollal]<br />Al-Imam Al-Humaidy -rahimahullah- berkata, “Kita tidaklah diperintah kecuali untuk memohonkan ampunan bagi mereka (sahabat). Barangsiapa yang mencela mereka atau meremehkan mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia bukanlah di atas sunnah, dan ia tidak memiliki bagian dari fa’i (rampasan perang)”. [lihat Ushul As-Sunnah, hal.43 karya Al-Humaidy]<br />Al-Imam Ahmad bin Hambal - rahimahullah- berkata, “Barangsiapa mencela (sahabat), maka aku takutkan kekufuran atas dirinya, seperti orang-orang Rofidhoh.” Lalu beliau berkata lagi, “Barangsiapa yang mencela para sahabat Rasulullah–shollallahu alaihi wasallam- , maka kami tak merasa aman atas dirinya kalau ia akan keluar dari agama”. [lihat As-Sunnah (1/439) karya Al-Khollal]<br />Inilah beberapa pernyataan dari para ulama Ahlussunnah tentang orang yang mencela sahabat. Maka janganlah anda tertipu dengan sebagian orang yang berusaha mencela mereka sekalipun dengan istilah dan slogan “Studi Kritis Terhadap Sejarah Hidup Para Sahabat”. Karena ini, bukanlah jalannya Ahlussunnah, bahkan jalannya orang-orang Rofidhoh, dan orientalis yang ingin meruntuhkan Islam dengan jalan mencela dan merendahkan para sahabat. Kenapa? Karena dengan mencela mereka otomatis akan menolak riwayat yang disampaikan oleh para sahabat berupa hadits-hadits Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Sedang Islam, terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.<br />Ahlus Sunnah menjauhkan diri dari mengorek-ngorek kesalahan para sahabat dan menghukumi mereka karena mereka para sahabat-radhiyallahu anhum- adalah suatu kaum yang telah mempersembahkan amal sholeh dan jihad dalam membela Islam. Bahkan mereka telah menghabiskan waktunya, mengorbankan harta dan tenaganya dalam membela Nabi -shollallahu alaihi wasallam-, Islam dan menyebarkannya sehingga sampai kepada kita. Mereka telah banyak berusaha untuk Islam, lalu apa yang kita persembahkan untuk Islam sehingga kita merasa lebih hebat dibanding sahabat dan malah justru mau menghakimi mereka yang telah lama meninggal. Lalu apa mamfaat yang kalian peroleh dalam mengkritisi sejarah hidup para sahabat? Wallahi, tiada lain kecuali kerugian yang akan kalian petik di dunia dan akhirat. Nas’alullahal afiyah wassalamah minal khudzlanselamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-14685324732166382008-06-20T18:29:00.000-07:002008-06-20T18:30:57.142-07:00PENGKHIANATAN TERHADAP AHLUL BAIT RASULULLAH SAWSesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.<br />Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan. Setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah. Setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan ada di neraka.<br />“Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan, dibenarkan orang yang berdusta dan didustakan orang yang jujur, dipercaya orang yang khianat dan dikhianati orang yang amanah…” (HR. Ibnu Majah 4042, disahihkan al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah 1887)<br />“Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah ia mengkhianatinya” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />Diantara ciri yang paling menonjol dari orang-orang munafik adalah kebiasaan mereka berdusta dan kelakuan mereka yang selalu mengingkari janji dan berkhianat. Dan diantara ciri khas para penghianat adalah dia tidak membedakan bersama siapa dia berkhianat serta bersama siapa dia dapat dipercaya. Sungguh kedustaan adalah bagian dari penyakit nifaq yang apabila telah mengalir dalam darah seseorang akan menjadikannya sebagai seorang penghianat, walaupun kepada orang-orang yang paling dekat dengannya.<br />Orang-orang Syiah yang ghuluw (berlebihan) dalam mencintai Ahlul bait, terutama kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya telah tampak dengan jelas penghianatan mereka sejak periode pertama gerakan Tasyayyu’ (Menjadi Syiah), pada saat fitnah berkobar diantara dua orang sahabat Nabi yang mulia, Ali dan Muawiyah Radhiyallahu anhuma.<br />Maka ditulislah risalah ini di tengah badai fitnah ketika sejarah Islam diselubungi kabut tebal kedustaan (taqiyyah) pemahaman para penghianat dan pendusta yang memutar balikkan sejarah dengan berlindung di balik kata-kata cinta kepada Ahlul bait padahal sesungguhnya merekalah orang-orang berada dibarisan terdepan dalam menghianati Ahlul bait.<br />Sikap Para Pengkhianat Terhadap Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu<br />Sebagian besar pendukung (syiah) Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu adalah penduduk Iraq, terutama penduduj Kufah dan Bashrah. Ketika Ali berkeinginan untuk pergi berperang bersama mereka ke Syam, setelah berhasil meredam fitnah Kaum Khowarij (salah satu sekte pecahan syiah Ali sendiri yang malah mengkafirkan Ali bin Abi Thalib), mereka malah meninggalkan beliau Radhiyallahu Anhu padahal sebelumnya mereka telah berjanji untuk membantunya dan pergi bersamannya. Tetapi dalam kenyataannya, mereka semua membiarkannya, dan mereka mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, anak panah kami telah musnah, pedang-pedang dan tombak-tombak kamu telah tumpul, maka kembalilah bersama kami, sehingga kami menyediakan peralatan yang lebih baik” Kemudian Ali Mengetahui, bahwa semangat merekalah yang sesungguhnya sudah tumpul dan melemah, dan bukan pedang-pedang mereka. Mulailah mereka pergi secara diam-diam dari tempat tentara Ali Bin Abi Thalib dan kembali ke rumah mereka tanpa sepengatahuan beliau, sehingga kamp-kamp militer tersebut menjadi kosong dan sepi. Ketika beliau melihat hal tersebut, beliau kembali ke Kufah dan mengurungkan niatnya untuk pergi.<br />Ali Bin Abi Thalib mengetahui bahwa perkara apa pun tidak dapat mereka menangkan walaupun mereka telah berbuat adil dan beliau adalah seorang yang adil walaupun kepada para pendukung beliau, beliau tidak dapat menyembunyikan kekesalannya dan persaksiannya terhadap para penipu ini kemudian berkata kepada mereka, “Kalian hanyalah pemberani –pemberani dalam kelemahan, serigala-serigala penipu ketika diajak bertempur, dan aku tidak percaya pada kalian…kalian bukanlah kendaraan yang pantas ditunggangi, dan bukan pula orang mulia yang layak dituju. Demi Allah sejelek-jelek provokator perang adalah kalian. Kalianlah yang akan tertipu, dan tidak akan dapat merencanakan tipu daya jahat, dan kebaikan kalian akan lenyap dan kalian tidak dapat menghindar”<br />Yang anehnya lagi, para pendukung (syiah) Ali di Iraq ini tidak hanya mundur dari medan perang ke Syam bersama beliau, tetapi mereka juga takut dan keberatan untuk mempertahankan wilayah mereka sendiri. sementara pasukan Muawiyah telah menyerang Ain At Tamr dan daerah-daerah Iraq yang lain. Mereka tidak tunduk terhadap perintah Ali untuk mempertahankannya, sampai-sampai Amirul Mukminin Ali berkata kepada mereka,”Wahai penduduk Kufah, setiap kali kalian mendengar kedatangan pasukan dari Syam, maka setiap orang dari kalian masuk ke dalam kamar rumahnya dan menutup pintunya seperti masuknya biawak ke persembunyiannya dan hyena ke dalam sarangnya….Orang yang tertipu adalah orang yang kalian bodohi, dan bagi yang menang bersama kalian, adalah menang dengan bagian yang nihil. Tidak ada orang-orang yang berangkat ketika dipanggil, dan tidak ada saudara-saudara yang dapat dipercaya ketika dibutuhkan. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepadaNya kita kembali” .<br />Sikap Para Pengkhianat Syiah terhadap Al Hasan bin Ali Radhiyallahu anhu.<br />Ketika Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu terbunuh oleh Ibnu Muljam (seorang khowarij yang tadinya termasuk syiah Ali namun mengkafirkan beliau setelah itu), Al Hasan Radhiyallahu anhu dibaiat menjadi khalifah, dan beliau yakin tidak dapat berhasil perang melawan Muawiyah. Terutama setelah sebelumnya sebagian pengikutnya di Iraq telah meninggalkan ayahnya. Tetapi para para pengikut mereka di Iraq kembali meminta Al Hasan untuk memerangi Muawiyah dan penduduk Syam, padahal jelas-jelas sebenarnya Al Hasan berkeinginan menyatukan kaum muslimin saat itu, karena beliau faham sekali tentang kelakuan orang-orang syiah di Iraq ini yang beliau sendiri membuktikan hal tersebut, Ketika beliau menyetujui mereka (orang-orang syiah di Iraq) dan beliau mengirimkan pasukannya serta mengirim Qais bin Ubadah di bagian terdepan untuk memimpin dua belas ribu tentaranya, dan singgah di Maskan, ketika Al Hasan sedang berada di Al Mada’in tiba-tiba salah seorang penduduk Iraq berteriak bahwa Qais telah terbunuh. Mulailah terjadi kekacauan di dalam pasukan, para maka orang-orang syiah Iraq kembali para tabiat mereka yang asli (berkhianat), mereka tidak sabar dan mulai menyerang kemah Al Hasan serta merampas barang-barangnya, bahkan mereka sampai melepas karpet yang ada dibawahnya, mereka menikamnya dan melukainya. Dari sinilah salah seorang penduduk Syiah Iraq, Mukhtar bin Abi Ubaid Ats Tsaqafi merencanakan sesuatu yang jahat, yaitu mengikat Al Hasan bin Ali dan menyerahkan kepadanya, karena ketamakannya dalam harta dan kedudukan. Pamannya yang bernama Sa’ad bin Mas’ud Ats Tsaqafi telah datang, dia adalah salah seorang wali dari Mada’in dari kelompok Ali. Dia (Mukhtar bin Abi Ubaid) bertanya kepadanya, “Apakah engkau menginginkan harta dan kedudukan? Dia berkata, “Apakah itu?” Dia Menjawab,”Al Hasan kamu ikat lalu kamu serahkan kepada Muawiyah” Kemudian pamannya berkata “ Allah akan melaknatmu, berikan kepadaku anak putrinya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ia memperhatikannya lalu mengatakan, kamu adalah sejelek-jelek manusia”<br />Maka Al Hasan radhiyallahu anhu sendiri berkata “ Aku Memandang Muawiyah lebih baik terhadapku dibanding orang-orang yang mengaku mendukungku (Syiahku), mereka malah ingin membunuhku, mengambil hartaku, demi Allah saya dapat meminta dari Muawiyah untuk menjaga keluargaku dan melindungi keselamatan seluruh keluargaku, dan semua itu lebih baik daripada mereka membunuhku sehingga keluarga dan keturunanku menjadi punah. Demi Allah, jikalau aku berperang dengan Muawiyah niscaya mereka akan menyeret leherku dan menganjurkan untuk berdamai, demi Allah aku tetap mulia dengan melakukan perdamaian dengan Muawiyah dan itu lebih baik dibanding ia memerangiku dan aku menjadi tahanannya”<br />Maka para penghianat ini sebenarnya amat benci terhadap Al Hasan bahkan keturunannya, namun mereka berusaha menutup-nutupinya, maka mereka (syiah rafidhoh imamiyah) mengeluarkan keturunan Al Hasan dari silsilah para Imam ma’shum versi mereka yang mereka mengangkat Imam-Imam mereka itu bahkan diatas kedudukan para Nabi dan malaikat terdekat dengan Allah (tulisan Khumaini dalam, al hukumah islamiyah hal 52), walaupun demikian agar tidak terbongkar kebencian mereka ini mereka tetap mencantumkan Al Hasan dalam deretan Imam mereka. Itulah cara dan memang tabiat mereka untuk menipu kaum muslimin.<br />Mengapa mereka tidak mencantumkan keturunan Al Hasan dalam imam-imam mereka? Apa keturunan Al Hasan bukan keturunan ahlul bait? Jawabnya adalah karena Al Hasan berdamai dengan Muawiyah dan menyatukan kaum muslimin saat itu, sehingga tercelalah keturunannya dan tidak layaklah mereka menjadi imam mereka, itulah hakikat tabiat sejati seorang penghianat yang tidak pernah menginginkan perdaimaian dan persatuan diantara kaum muslimin.<br />Sikap Para Pengkhianat Syiah terhadap Husain bin Ali Radhiyallahu anhu<br />Setelah wafatnya Muawiyah Radhiyallahu anhu pada 60 H yang sebelumnya beliau menunjuk Yazid untuk menjadi pemimpin yang niat beliau agar tidak terjadi lagi perpecahan diantara kaum muslimin dalam masalah kekuasaan. Maka berpalinglah para utusan ahli dari Iraq kepada Husain bin Ali Radhiyallahu anhu dengan penuh antusias dan simpati, Lalu mereka berkata kepada Husain,“Kami telah dipenjara hanya demi engkau, dan kami juga tidak mengikuti shalat jum’at bersama penguasa yang ada, sehingga datanglah Sang Imam (Al Mahdi) kepada kami“<br />Di bawah tekanan mereka, terpaksa Husain memutuskan untuk mengirim anak pamannya, Muslim bin Aqil untuk mengetahui keadaan yang terjadi, maka keluarlah Muslim pada bulan Syawal tahun 60 H.<br />Ia tidak mengetahui telah tibanya penduduk Iraq sehingga mereka datang kepadanya, maka mulailah mereka berbaiat kepada Husain. Disebutkan, bahwa jumlah mereka yang berbaiat sebanyak dua belas ribu orang, kemudian penduduk Kufah pun mengirim utusan utnuk membaiat Husain dan semuanya berjalan dengan baik.<br />Tetapi sayang, Husain radhiyallahu anhu tertipu oleh penghianatan mereka. Husain pergi menemui mereka walaupun sudah diperingatkan oleh para sahabat Nabi dan orang-orang yang terdekat dengan beliau agar tidak keluar menemui mereka, hal itu karena mereka telah mengetahui penghianatan yang selama ini telah dilakukan oleh kaum Syiah Iraq. Sampai-sampai Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata kepada Husain , “Apakah engkau akan pergi ke kaum (golongan) yang telah membunuh pemimpin mereka, merampas negeri mereka, dan memusnahkan musuh mereka, walaupun mereka telah melakukan hal itu, apakah kamu tetap pergi kepada mereka? Mereka mengajakmu kesana, sedang penguasa mereka bersikap tiran terhadap mereka, apa yang mereka lakukan hanya untuk negara mereka saja, mereka hanya mengajak anda menuju medan perang dan pembantaian, dan anda tidak akan aman bersama mereka, mereka akan mengkhianati, menipu, membangkang, meninggalkan, dan berbalik memerangi kamu dan nanti mereka menjadi orang yang sangat keras permusuhannya kepadamu..“<br />Begitu juga Muhammad bin Ali bin Abi Thalib yang populer dengan gelar Ibnu al-Hanif, sudah menasehatkan kepada saudaranya al-Husein radhiyallahu ‘anhum seraya mengatakan: “Wahai saudaraku, penduduk Kufah sudah Anda ketahui betapa pengkhianatan mereka terhadap bapakmu Ali radhiyallahu ‘anhu dan saudaramu al-Hasan radhiyallahu ‘anhu. Saya khawatir nanti keadaanmu akan sama seperti keadaan mereka sebelumnya!”<br />Dengan jelas tampaklah pengkhianatan Syiah ahli Kufah, walaupun mereka sendiri yang telah mengharapkan akan kedatangan Husain, hal itu sebelum Husain sampai kepada mereka. Maka penguasa Bani Umayyah, Ubaidillah bin Ziyad ketika mengetahui sepak terjang Muslim bin Aqil yang telah membaiat Husain dan sekarang berada di Kufah, ia segera mendatangi Muslim dan langsung membunuhnya, sekaligus terbunuh pula tuan rumah yang menjamunya Hani bin Urwah Al Muradi. Dan kaum Syiah Kufah tidak akan memberikan bantuan apa-apa, bahkan mereka mengingkari janji mereka terhadap Husain Radhiyallahu anhu, hal itu mereka lakukan karena Ubaidillah bin Ziyad memberikan sejumlah uang kepada mereka.<br />Ketika Husain Radhiyallahu anhu keluar bersama keluarga dan beberapa orang pengikutnya yang berjumlah sekita 70 orang laki-laki dan langkah itu ditempuh setelah adanya perjanjian-perjanjian dan kesepakatan, kemudian masuklah Ibnu Ziyad untuk menghancurkannya di medan peperangan, Maka terbunuhlah Al Husain Radhiyallahu anhu dan terbunuh pula semua sahabatnya termasuk ketiga saudara dari Husain sendiri Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib, dan Ustman bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum , ketiga anak Ali bin Abi Thalib selain Hasan, Husain dan Muhammad Ibn Hanafiyyah radhiyallahu ‘anhum.<br />Ketika Husain Radhiyallahu anhu keluar bersama keluarga dan beberapa orang pengikutnya yang berjumlah sekitar 70 orang laki-laki, dan langkah itu ditempuh setelah adanya pernjanjian-perjanjian dan kesepakatan, kemudian masuklah Ibnu Ziyad untuk menghancurkannya di medan peperangan, maka terbunuhlah Al Husain Radhiyallahu anhu dan terbunuh pula semua sahabatnya. Ucapannya yang terakhir sebelum wafat adalah “Ya Allah berikanlah putusan di antara kami dan diantara orang-orang yang mengajak kami untuk menolong kamu namun ternyata mereka membunuh kami“.<br />Bahkan doanya atas mereka (syiah) sangat terkenal, beliau mengatakan sebelum wafatnya, “Ya Allah, apabila Engkau memberi mereka kenikmatan, maka cerai beraikanlah mereka, jadikanlah mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, dan janganlah restui pemimpin mereka selamanya, karena mereka telah mengundang kami untuk menolong kami, namun ternyata kemudian memusuhi kami dan membunuh kami“.Maka terungkap jelaslah kelakuan para penghianat yang menjadikan tameng dan mereka bertopeng dibalik ungkapan kecintaan mereka kepada Ahlul bait yang mereka jadikan kecintaan tersebut sebagai alasan memusuhi setiap orang yang mereka benci, padahal sungguh merekalah penghianat sesungguhnya yang menyimpan kebencian dendam kepada Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beserta Ahlul Bait dan para sahabatnya. Yang selama ini mereka putarbalikkan sejarah dengan riwayat-riwayat palsu mereka yang itu memang tabiat dan ajaran agama mereka sesungguhnya dengan Taqiyyah (kedustaan) yang selalu mereka lakukan.<br />Maka wajib bagi kita mengambil ibroh dan pelajaran dari sejarah ini, penghianatan yang berulang-ulang mereka lakukan kepada orang-orang yang dikatakan mereka cintai (ahlul bait) mereka berkhianat, apalagi kepada kaum muslimin secara umum, ditipunya Syaikh Syaltut (tokoh lembaga darut taqrib: lembaga pendekatan sunni-syiah) oleh mereka, digantungnya Syaikh Ahmad Mufti Zaddah tahun 1993 (tokoh lembaga darut taqrib dari kalangan ahlussunnah di iran). Sudah cukup menjadi bukti pengkhianatan adalah tabiat dan kelakuan mereka yang sudah mendarah daging dan patut kita waspadai.<br />“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka”Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (Q.S. Al-An’am: 159)<br />Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.<br />Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kebatilan itu sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.<br />Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiadaTuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun danbertaubat kepada-Mu.<br />Wallahu A’lam<br />1.Tidak semua pendukung Ali bin Abi Thalib fanatik, yang dimaksudkan disini adalah para pengikut Abdullah bin saba ((yahudi yg pura-pura masuk Islam) yang memang mengkultuskan Ali bin Abi Thalib bahkan sampai menuhankannya<br />2.Tarikh Ath Thabari : Tarikh Al Umam wa Al Muluk, 5/89-90. Ibnul Atsir, Al kamil fi at Tarikh, 3/349.<br />3.Tarikh Ath Thabari, 5/90. Al Alam Al Islami fi ashri Al Umawi hal 91.<br />4. Mirip seperti kelakuan Syiah rafidhoh (faksi hizbullah) di masa ini yg katanya ingin membela palestina namun hanya bertahan di libanon saja mempertahankan wilayahnya.<br />5.Tarikh Ath Thabari 5/135. Al Alam Al Islami Fi Ashri Al Umawi hal 96.<br />6.Mukhtar bin Abi Ubaid Ats Tsaqafi inilah yang menentang Daulah Umawiyah dan mengaku sebagai pengikut Ahlul Bait serta menuntut kematian Al Husain.Itu semua tidak lain hanyalah topeng dan kedok untuk bersembunyi dari kerakusannya terhadap kekuasaan.<br />7.Tarikh Ath Thabari, 5/195. Al Alam Al Islami fi Ashri Al Umawi. Hal 101.<br />8. Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah raja dari raja-raja islam Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah dan tidak pula melaknatnya. Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta yin). Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau dhalim, Allah masih mungkin mengampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar.Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Tentara pertama yang memerangi Konstantiniyyah akan diampuni. (HR. Bukhari) Padahal tentara pertama yang memeranginya adalah di bawah pimpinan Yazid bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya<br />9. Al-Luhuuf; oleh Ibn Thawus; hal. 39. Asyuura’; oleh al-Ihsa-i; hal. 115. Al-Majaalisu al-Faakhirah; oleh Abdu al-Hu-sein; hal. 75. Muntaha al-Amaal; (1/454). Alaa Khathi al-Hu-sain hal.96.110) Al-Majaalisu al-Faakhirah; hal.79. ‘Alaa Khathi al-Husain; hal 100. Lawaa’iju al-Asyjaan; oleh al-Amin; hal. 60. Ma’aalimu al-Madrasatain (3/62).<br />10. Tarikh Ath Thabari, 5/389<br />11. Al Irsyad, hal 241. I’lam Al Wara li Ath Thibrisi, hal 949. (doa Husein Radhiyallahu anhu ini terjawab syiah sampai saat ini berpecah belah sedemikian rupa setiap kewafatan imam mereka, mereka berpecah belah satu dan lainnya, dan diantara mereka saling kafir mengkafirkan satu dengan lainnya).selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-49752315097348347392008-06-17T20:06:00.001-07:002008-06-17T20:06:58.977-07:00YUSUF SAIGON AL-BANJARISALAH seorang anak Mufti Jamaluddin bin Muhammad Arsyad al-Banjari, ialah Muhammad Thasin al-Banjari. Beliau mengembara ke beberapa buah negeri kerana menyebarkan agama Islam terutama sekali dalam bidang ilmu tajwid. Sewaktu beliau merantau ke Brunei, berkahwin di sana, memperoleh anak bernama Ramli. Diriwayatkan ramai keturunannya di Brunei dan Sabah. Muhammad Thasin al-Banjari meneruskan perantauannya ke Pontianak, Kalimantan Barat memperoleh tiga orang anak lelaki, iaitu Muhammad Yusuf, Muhammad Arsyad dan Abdur Rahman.Diriwayatkan, bahawa Muhammad Yusuf bin Haji Thasin setelah belajar ilmu-ilmu keislaman secara mendalam, beliau meneruskan usaha akhirnya menjadi saudagar intan. Muhammad Yusuf juga merantau ke seluruh tanah Kalimantan. Selanjutnya Muhammad Yusuf merantau ke Sumatera, hingga beliau meneruskan perantauannya ke luar negeri, iaitu ke Saigon dan Kemboja. Di Kampung Melayu, Kemboja, Muhammad Yusuf berkahwin lagi. Beliau seorang yang berpengalaman dalam perkahwinan. Diriwayatkan, sepanjang hidupnya Muhammad Yusuf pernah berkahwin sebanyak empat puluh kali. Isterinya ke empat puluh yang berasal dari Kemboja itulah yang dibawanya pulang ke Kalimantan Barat. Di Pontianak, Muhammad Yusuf membuka tanah perkebunan getah yang sangat luas. Setelah usahanya menjadi, diberinya nama kampung itu sebagai ``Kampung Saigon''. Akhirnya beliau sendiri terkenal dengan panggilan Yusuf Saigon dan hilanglah nama Banjarnya. Oleh itu ramai orang menyangka Muhammad Yusuf adalah orang Saigon bukan orang Banjar.INSTITUSI PENDIDIKANKedua-dua anak Muhammad Thasin al-Banjari yang tersebut di atas, iaitu Muhammad Yusuf dan Muhammad Arsyad Pontianak, setelah mereka melihat kesuburan pohon-pohon getah hasil usaha gigih dan susah payah mereka sendiri, bangkitlah kembali cita-cita untuk meneruskan perjuangan moyang mereka, iaitu Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari yang sangat masyhur itu. Mereka berdua beriktikad, bahawa tiada satu perjuangan pun yang lebih mulia, dapat menyelamatkan seseorang sama ada di dunia mahu pun akhirat, melainkan perjuangan menyebarkan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para nabi dan rasul Allah. Bahawa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w., nabi dan rasul akhir zaman, tidak syak lagi adalah satu-satunya agama yang wajib diperjuangkan oleh setiap insan Muslim. Urusan mencari dana untuk kepentingan umat Islam ditangani oleh Muhammad Yusuf, sedangkan untuk propaganda dan dakwah dilakukan oleh saudaranya, Muhammad Arsyad.Cita-cita kedua-dua adik beradik itu dikabulkan oleh Allah, kerana dalam tahun 1925 M. datanglah seorang pemuda yang alim dari Ketapang bernama Abdus Shamad yang mendapat pendidikan di Madrasah Shaulatiyah, Mekah. Salah seorang guru beliau di Madrasah Shaulatiyah, Mekah ialah Tengku Mahmud Zuhdi bin Abdur Rahman, yang kemudian dikenali sebagai Syeikhul Islam di Kerajaan Selangor. Abdus Shamad ditampung oleh Muhammad Yusuf Saigon, lalu didirikanlah pondok-pondok tempat tinggal para pelajar, ketika itu berdirilah Pondok Pesantren Saigoniyah yang dianggap sebagai pondok pesantren yang pertama di Kalimantan Barat. Sungguhpun demikian, sebenarnya sistem pendidikannya bukan sistem pondok, kerana ia juga mempunyai bangku-bangku tempat duduk para pelajar. Dikatakan sebagai pondok pesantren yang pertama di Kalimantan Barat hanyalah kerana di Pondok Pesantren Saigoniyah yang pertama sekali terdapat pondok-pondok tempat tinggal para pelajar yang dimodali oleh Muhammad Yusuf Saigon. Ada pun pengajian pondok selain itu ialah Dar al-'Ulum yang diasaskan oleh Abdur Rahman bin Husein al-Kalantani, murid Tok Kenali. Pengajian pondok beliau terletak di Kampung Terusan, Mempawah. Hanya pondok pengajian inilah satu-satunya pondok pengajian tanpa kelas dan tanpa bangku, sistem pendidikannya sama dengan di Patani, Kelantan, Kedah dan Pulau Jawa. Dalam tahun 1975, beberapa orang kader Pondok Pesantren Saigoniyah dan Dar al-'Ulum bergabung, sama-sama mengajar di Pondok Pesantren Al-Fathaanah di Kuala Mempawah. Oleh itu bererti kelanjutan daripada kedua-dua institusi yang tersebut, masih berjalan terus sampai sekarang.Kader-kaderPondok Pesantren Saigoniyah banyak mengeluarkan kader-kader yang mengajar di beberapa tempat di Kalimantan Barat tetapi sekarang hampir semuanya telah meninggal dunia. Pondok Pesantren Saigoniyah hilang atau tenggelam namanya akibat perang dunia yang kedua, tentera Jepun sangat ganas di Kalimantan Barat. Setelah Jepun kalah, nama itu tidak muncul lagi, nama baru yang muncul dalam tahun 1977 ialah Madrasah Al-Irsyad. Nama baru ini diberikan bertujuan mengabadikan nama Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan nama keturunan beliau, iaitu Muhammad Arsyad. Beliau adalah satu-satunya ulama yang dihormati di Kampung Saigon ketika itu.Memandangkan institusi-institusi pendidikan pondok di beberapa tempat di Pulau Jawa mencapai kemajuan, sebaliknya di tempat-tempat yang lain termasuk di Malaysia mengalami kemerosotan, bahkan ada yang hanya dikenang namanya saja, rasanya perlulah insan-insan yang sedar dan insaf berjuang menghidupkannya kembali. Ini kerana sistem pengajian pondok satu ketika dulu diakui oleh ramai pihak sebagai institusi yang mencerdaskan umat Melayu sejagat. Dengan perkembangan dunia yang serba canggih dan moden, institusi pondok perlu canggih dan moden juga. Pondok Pesantren Saigoniyah yang satu ketika dulu pernah terkenal di Kalimantan Barat, bahkan menjadi dipuji oleh masyarakat Banjar di mana saja mereka berada, sekarang telah tiada. Kita mengharapkan pejuang-pejuang pendidikan sistem pondok dunia Melayu tetap berfikir dan berusaha ke arah sesuatu yang hilang akan ada gantinya.Sebagaimana kita ketahui, Muhammad Yusuf Saigon, yang berperanan dalam pembinaan Pondok Pesantren Saigoniyah, adalah salah seorang keturunan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Perlu juga kita ketahui, dalam zaman yang sama keluarga ini juga menjalankan aktiviti serupa di tempat-tempat lainnya di dunia Melayu, bahkan termasuk juga Mekah. Sebagai contoh Mufti Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari mengasaskan pengajian pondok di Parit Hidayat, Sapat, Inderagiri Hilir, Sumatera. Tuan Husein Kedah al-Banjari mengasaskan beberapa tempat pendidikan sistem pondok di Malaysia. Beliau memulakan aktivitinya di Titi Gajah, Kedah, selanjutnya di Pokok Sena, Seberang Perai, Pulau Pinang yang dikenali dengan Yayasan Pengajian Islam Madrasah Al-Khairiah.Selain institusi pendidikan di Pontianak, Kalimantan Barat, Sapat, Inderagiri dan Malaysia sebagaimana yang disebutkan di atas, masih banyak lagi institusi pendidikan keluarga ulama Banjar tersebut di tempat-tempat lain, sama ada di Banjar mahu pun di Pulau Jawa. Di Bangil, Jawa Timur ada pondok pesantren yang diasaskan keluarga ini, seperti Pesantren Datuk Kelampayan. Pondok tersebut diasaskan oleh al-`Alim al-Fadhil Kiyai Haji Muhammad Syarwani Abdan al-Banjari. Datuk Kelampayan adalah gelaran untuk Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari kerana beliau dimakamkan di Kelampayan. Di Dalampagar (Banjar) sekurang-kurangnya terdapat dua buah institusi pendidikan yang diasaskan oleh keluarga ini, demikian pula di Teluk Selong, Kampung Melayu dan lain-lain. Dua buah madrasah di Dalampagar diberi nama Madrasah Sullam Al-'Ulum dan Madrasah Mir'ah ash-Shibyan. Yang di Teluk Selong diberi nama Madrasah Sabil Ar-Rasyad. Yang di Sungai Tuan diberi nama Madrasah Al-Irsyad.Yayasan yang diasaskan oleh keluarga ulama Banjar tersebut juga terdapat di beberapa tempat, seumpama Yayasan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Yayasan terbentuk dalam rangka haul ulama tersebut yang ke 160 kali oleh panitia (jawatan kuasa) pada 30 November 1967, hari kewafatan beliau yang jatuh pada 7 Syawal 1387 H/7 Januari 1968 M, diadakan di Kompleks Kubah Kelampayan, Kalimantan Selatan. Guru agama dalam keluarga ulama Banjar ini bernama Kiyai Haji Muhammad Saman bin Muhammad Saleh (lahir 3 November 1919) yang telah berhasil mengasaskan Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Makrifatullah wa Makrifatur Rasul Nurul Islam di Banjar dan sejak tahun 1972 telah berhasil mengajar dan berdakwah di negeri Sabah. Ada beberapa orang besar dan tokoh terkemuka di Sabah yang merupakan murid beliau, di antaranya ialah Datuk Mohd Ainal bin Haji Abdul Fattah, PGDK, LLB, MBA (UMS), penyusun buku Dokumentasi Pilihan Raya Ke-11, cetakan pertama tahun 2005 yang lengkap dengan pelbagai gambar. Buku tersebut telah dilancarkan oleh Datuk Seri Abdullah Badawi, Perdana Menteri Malaysia pada hari Jumaat 22 Julai 2005 di Pusat Dagangan Dunia Putera (PWTC).PENULISANMuhammad Arsyad bin Haji Muhammad Thasin al-Banjari adalah seorang ulama. Beliau juga menyebarkan Islam dengan cara berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sungguh pun beliau merantau namun sempat juga menghasilkan beberapa buah karangan. Di antaranya yang diberi judul Tajwid Fatihah. Karya beliau pula ialah Tajwid al-Quran, diselesaikan di Pontianak, hari Isnin, 8 Ramadan 1347 H. Cetakan pertama kedua-dua karya tersebut dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 29 Jamadilawal 1348 H. Menurut keterangan anak beliau, Fauzi Arsyad masih ada beberapa buah karangan Muhammad Arsyad, ayahnya itu, di antaranya ialah Ilmu Ushul Fiqh. Dengan sangat disesali saya hanya memperoleh dua judul yang tersebut di atas saja, ketika saya menyusun buku Syeikh Muhd. Arsyad Al-Banjari Matahari Islam (1402 H/1982 M) beliau berjanji akan membongkar kitab-kitab yang ada dalam simpanan untuk mendapatkan semua karangan ayahnya, namun hingga beliau meninggal dunia karangan-karangan yang dimaksudkan gagal diperoleh.Ilmu Ushul Fiqh termasuk salah satu ilmu yang tidak banyak ditulis dalam bahasa Melayu, Prof. Dr. Hamka menulis, ``Orang pertama menulis Ilmu Ushul Fiqh dalam bahasa Melayu ialah Dr. Haji Abdul Karim Amrullah yang diberinya judul Sullamul Ushul Yurqabihi Samma'u Ilmul Ushul, selesai ditulis pukul 6.30 pagi, hari Sabtu, 24 Muharam 1333 H atau 12 Disember 1914 M di Jambatan Besi, Padang Panjang.'' Jika ushul fiqh karya Muhammad Arsyad bin Haji Muhammad Thasin dapat ditemui tentu kita dapat membandingkannya dengan karya ayah atau orang tua Buya Hamka itu. Kemungkinan karya ulama keturunan Banjar itu lebih dulu atau pun jika terkemudian rasanya dalam jarak tahun yang tidak begitu jauh. Kerana kedua-dua ulama yang berasal dari Banjar dan Minangkabau itu menjalankan aktiviti pendidikan, dakwah dan penulisan adalah dalam tahun-tahun yang bersamaan.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-15522544145537024832008-06-17T20:05:00.001-07:002008-06-17T20:05:52.048-07:00Dato Seri Dr Haji Harussani bin Haji Zakaria, MUFTI KERAJAAN PERAKA, MALAYSIABIODATA<br />Beliau dilahirkan di <a class="new" title="Parit Tok Ngah (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Parit_Tok_Ngah&action=edit&redlink=1">Parit Tok Ngah</a>, <a title="Tanjung Piandang" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Piandang">Tanjung Piandang</a>, <a title="Parit Buntar" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Parit_Buntar">Parit Buntar</a>, <a title="Perak" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Perak">Perak</a> . Isterinya Datin Seri Hajjah <a class="new" title="Ainon binti Abdul Ghani (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Ainon_binti_Abdul_Ghani&action=edit&redlink=1">Ainon binti Abdul Ghani</a>. Anak 4 orang. Tinggal di 109, Jalan Abdul Hamid, Kampung Melayu, <a class="new" title="Sungai Rapat (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Rapat&action=edit&redlink=1">Sungai Rapat</a>, 31350 <a title="Ipoh" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Ipoh">Ipoh</a>, Perak.<br />PENDIDIKAN<br />1960 – 1964 : Diploma Pendidikan, Sijil Tertinggi <a class="new" title="Kolej Islam Malaya (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kolej_Islam_Malaya&action=edit&redlink=1">Kolej Islam Malaya</a> , <a title="Klang" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Klang">Klang</a>, <a title="Selangor" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Selangor">Selangor</a><br />1959 – 1960 : Kuliah Al-Attas, <a class="mw-redirect" title="Johor Bharu" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Johor_Bharu">Johor Bharu</a>, <a title="Johor" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Johor">Johor</a><br />1956 – 1959 : <a class="new" title="Sekolah Idrisiah (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_Idrisiah&action=edit&redlink=1">Sekolah Idrisiah</a>, <a title="Kuala Kangsar" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Kuala_Kangsar">Kuala Kangsar</a>, <a title="Perak" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Perak">Perak</a><br />Anglo Chinese School, Parit Buntar, Perak<br />Sekolah Melayu Kampung Kedah, Parit Buntar, Perak<br />Kursus pendedahan di Muslim College of London, United Kingdom (10 Januari – 29 Jun 1989)<br />JAWATAN<br />1992 – Sekarang : <a class="new" title="Mufti Perak (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Mufti_Perak&action=edit&redlink=1">Mufti Perak</a>, Jabatan Mufti Negeri Perak<br />1985 – 1992 : Mufti Kerajaan Negeri Perak, Jabatan Agama Perak<br />1973 –1985 : <a class="new" title="Kadi (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kadi&action=edit&redlink=1">Kadi</a> Besar, Jabatan Agama Pulau Pinang<br />1970 – 1984 : Pensyarah Sambilan, <a class="new" title="Sekolah Latihan Pergigian Pulau Pinang (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_Latihan_Pergigian_Pulau_Pinang&action=edit&redlink=1">Sekolah Latihan Pergigian Pulau Pinang</a><br />1968 – 1978 : Pensyarah Sambilan, [[Maktab Perguruan Persekutuan Pulau Pinang, Gelugor, Pulau Pinang.<br />1967 – 1973 : Kadi, Jabatan Agama Pulau Pinang<br />1964 – 1967 : Cawangan Khas, Kementerian Dalam Negeri<br />KHIDMAT MASYARAKAT<br />Ahli Majlis Mesyuarat Kerajaan (MMK) Negeri Perak Darul Ridzuan (Oktober 2000 – sekarang)<br />Pengerusi Jawatankusa Syariah Negeri Perak Darul Ridzuan<br />Pengerusi Jawatankuasa Penapisan Bahan-Bahan Terbitan Berunsur Islam<br />Ahli Lembaga Pengarah Lembaga Teks Al-Quran (KDN – Timbalan Pengerusi)<br />Ahlim Majlis Fatwa Kebangsaan<br />Ahli Lembaga Pengarah Perbadanan Kemajuan Ekonomi Islam Negeri Perak<br />Ahli Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak<br />Ahli Lembaga Pengarah IDC Urus Ladang Sdn. Bhd. (Anak Syarikat Perbadanan Kemajuan Ekonomi Islam Perak) Perak Darul Ridzuan<br />Ahli Lembaga Pengarah IDC Urus Niaga Sdn. Bhd. (Anak Syarikat Perbadanan Kemajuan Ekonomi Islam Perak) Perak Darul Ridzuan<br />Ahli Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM)<br />Ahli Majlis Pengawasan Syariah Takaful Nasionl Sdn. Bhd.<br />Yang DiPertua Persekutuan Seruan Islam Negeri Perak<br />Pengerusi Lembaga Pengelola Kolej UNISMA<br />Pengerusi Jawatankuasa Khas Penyelaras Dakwah dan Pembelajaran Negeri<br />Ahli Dewan Negara Negeri Perak<br />Ahli Tetap Lembaga Pengarah Kolej Islam Darul Ridzuan<br />Ahli Jawatankuasa Majlis Keutuhan Negeri Perak Darul Ridzuan<br />Penceramah jemputan di masjid-masjid dan institusi agama di seluruh negara.<br />Panel jemputan dalam forum-forum agama anjuran jabatan-jabatan kerajaan dan kementerian-kementerian dalam dan luar negara.<br />AKTIVITI AKADEMIK<br />Pesidangan Ulama’ Nusantara : Islam Di Alaf Baru : Menggaris Agenda Alaf Baru (26 November 1998)<br />Seminar Pemindahan Ginjal dan Cabaran dan Kemajuan Yang Dihadapi Islam di Rantau Ini (6 – 8 Mei 1994, Singapura)<br />Dialog Agama di antara penganut Islam, Yahudi dan Kristian, Bendor, Jerman (1989)<br />Ceramah dan dialog bersama pelajar-pelajar di Washington, Amerika Syarikat (1996)<br />Lawatan sambil belajar ke Negara-negara Timur Tengah dan Eropah anjuran Lembaga Perancang Keluarga Negara (1 – 9 Mac 1977)<br />Muzakarah Ulama’ Nusantara : Islam Di Alaf Baru : Menggaris Agenda Alaf Baru ( 26 November 1998)<br />PENERBITAN<br />Irsyad Hukum (Menyentuh Persoalan Semasa)<br />Muammalah Hidup Islam – (Kompilasi 13 Tajuk Kertas-kerja) (1996)<br />Syaitan Musuh Insan, Tahun (4) Siri (17) (1398/1978)<br />Hukum-Hukum Perkahwinan (1999)<br />Amalan Di Bulan Ramadhan Mengikut Al-Quran dan As-Sunnah (1998)<br />Rukyah dan Hisab (2000)<br />Ibadah Qurban (1999)<br />KERTAS KERJA<br />Siapa Kita<br />Kesantunan Yang Mulia<br />Kerja Sebagai Aktiviti Ibadat<br />Peranan Da’I Menuju Ke Wawasan 2020<br />Kontrasepsi dan Perancang Keluarga<br />Islam Pada Pandangan Orang Bukan Islam Di Malaysia<br />Zakat Membawa Berkat Mensyukuri Ne’mat<br />Batul Mal, Zakat dan Wakaf : Hukum dan Pelaksanaan<br />Islam dan Cabarannya Masa Kini<br />Dakwah Masa Kini dan Cabarannya<br />Penerapan Nilai-Nilai Islam<br />Pemindahan Ginjal<br />Peranan dan Tanggungjawab Ulama’<br />ANUGERAH<br />2001 : Darjah Kehormat Doktor Syariah (gelaran Dr.) oleh Tuanku Canselor Universiti Malaya, DYMM Paduka Seri Sultan Perak<br />1999 : Seri Paduka Mahkota Perak (SPMP) oleh DYMM Paduka Seri Sultan Perak<br />1994 : Jaksa Setia Mahkota oleh DYMM Seri Paduka Baginda YDP Agong<br />1986 : Darjah Paduka Mahkota Perak (DPMP)oleh DYMM Paduka Seri Sultan Perak<br />1978 : Ahli Mangku Negara (AMN) oleh Kerajaan Negeri Pulau Pinang<br />1976 : Pingakt Kelakuan Terpuji (PKT) oleh Kerajaan Negeri Pulau Pinang<br />1975 : Pingat Jasa Kebaktian (PJK)oleh Kerajaan Negeri Pulau Pinangselamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-48283696112894761862008-06-17T20:02:00.000-07:002008-06-17T20:03:50.997-07:00DATO HAJI IBRAHIM BAHARON, MANTAN MUFTI SELANGOR DARUL IHSAN, MALAYSIABIODATA<br />Dato' Mufti Haji Ishak bin Baharom (<a title="1 Januari" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/1_Januari">1 Januari</a> <a title="1928" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/1928">1928</a> - <a title="30 Januari" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/30_Januari">30 Januari</a> <a title="2008" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/2008">2008</a>) merupakan bekas <a title="Mufti" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Mufti">mufti</a> negeri <a title="Selangor" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Selangor">Selangor</a> Darul Ehsan dan juga merupakan seorang pendakwah bebas. Beliau telah dilahirkan pada 1 Januari 1928 di Kampung Batu 22, <a title="Kanchong Darat" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Kanchong_Darat">Kanchong Darat</a>, <a title="Banting" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Banting">Banting</a>, <a title="Selangor" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Selangor">Selangor</a>. Ayahnya <a class="new" title="Haji Baharom bin Jaafar (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Haji_Baharom_bin_Jaafar&action=edit&redlink=1">Haji Baharom bin Jaafar</a> , berketurunan <a title="Banjar" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Banjar">Banjar</a>, berasal dari <a title="Banjarmasin" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin">Banjarmasin</a>, <a title="Kalimantan Selatan" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan">Kalimantan Selatan</a>. Manakala ibunya Hajah Fatimah bt Haji Junid berasal dari <a title="Melaka" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Melaka">Melaka</a>. Beliau mempunyai 5 orang adik-beradik. Beliau mendirikan rumahtangga pada 1963 dengan Datin Hajah Maznah bte Yusuf yang berasal dari <a title="Manong" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Manong">Manong</a>, <a title="Kuala Kangsar" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Kuala_Kangsar">Kuala Kangsar</a>, <a title="Perak" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Perak">Perak</a>. Hasil perkahwinan ini, mereka mendapat 3 anak.<br />PENDIDIKAN<br />Dato Haji Ishak baharom bersekolah di <a class="new" title="Sekolah Melayu Kanchong Darat (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_Melayu_Kanchong_Darat&action=edit&redlink=1">Sekolah Melayu Kanchong Darat</a> dari 1935 - 1941. Semasa pemerintahan <a title="Jepun" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Jepun">Jepun</a>, beliau tidak dapat meneruskan persekolahan selama 2 tahun. Pada tahun 1945, beliau menyambung pelajaran di di <a class="new" title="Sekolah Menengah Arab (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_Menengah_Arab&action=edit&redlink=1">Sekolah Menengah Arab</a> Madrasah <a title="Bukit Mertajam" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Bukit_Mertajam">Bukit Mertajam</a>, <a title="Seberang Perai" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Seberang_Perai">Seberang Perai</a> , <a title="Pulau Pinang" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Pulau_Pinang">Pulau Pinang</a>. Seterusnya melanjutkan pelajaran di <a class="new" title="Darul Ulum (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Darul_Ulum&action=edit&redlink=1">Darul Ulum</a>, <a title="India" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/India">India</a>.<br />MUFTI<br />Beliau menjawat jawatan <a class="new" title="Mufti Selangor (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Mufti_Selangor&action=edit&redlink=1">Mufti Selangor</a> pada <a title="16 Ogos" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/16_Ogos">16 Ogos</a> <a title="1985" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/1985">1985</a> dan disahkan oleh <a class="mw-redirect" title="Sultan Selangor" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Sultan_Selangor">Sultan Selangor</a>. Jawatan terakhir Allahyarham sebelum dilantik sebagai Mufti Selangor pada 1985 ialah <a class="new" title="Mudir (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Mudir&action=edit&redlink=1">Mudir</a> <a class="new" title="Sekolah Menengah Agama Batu 38 Sabak Bernam (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekolah_Menengah_Agama_Batu_38_Sabak_Bernam&action=edit&redlink=1">Sekolah Menengah Agama Batu 38 Sabak Bernam</a>. Beliau menjawat jawatan mufti selama 12 tahun (1985-1997).<br />Beliau bekerjasama dengan para peguam syarie untuk memantapkan undang-undang Islam terutama undang-undang jenayahn Islam di Selangor. Timbalan Presiden <a class="new" title="Persatuan Peguam-Peguam Muslim Malaysia (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Persatuan_Peguam-Peguam_Muslim_Malaysia&action=edit&redlink=1">Persatuan Peguam-Peguam Muslim Malaysia</a>, <a class="new" title="Muhammad Burok (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Burok&action=edit&redlink=1">Muhammad Burok</a> melihat inisiatif beliau mendapat sambutan masyarakat Islam.<br />Pada 1997 berikutan penegasannya bahawa pertandingan ratu cantik adalah haram, Allayarham telah 'dipecat' daripada jawatan mufti kerana perkara tersebut menjadi isu politik. Kerajaan negeri Selangor menggunakan istilah 'tidak memperbaharui kontrak' beliau yang akan tamat pada Oktober 1997. Ketika itu umur beliau 70 tahun.<br />Tindakan tegas beliau ini disifatkan sebagai suara berani seorang <a title="Mufti" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Mufti">mufti</a> di <a title="Malaysia" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Malaysia">Malaysia</a>. Presiden <a class="new" title="Jemaah Islah Malaysia (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Jemaah_Islah_Malaysia&action=edit&redlink=1">Jemaah Islah Malaysia</a> (JIM), <a class="new" title="Zaid Kamaruddin (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Zaid_Kamaruddin&action=edit&redlink=1">Zaid Kamaruddin</a> menyifatkan beliau sukar dicari ganti.<br />Sungguhpun Allahyarham tidak lagi menjalankan tugasnya sebagai mufti, perjuangannya dalam menyampaikan syiar Islam tetap diteruskan sebagai penceramah dan pendakwah bebas.<br />PERTANDINGAN RATU CANTIK<br />Perbuatan mendedahkan aurat tidak kira lelaki atau perempuan memang dilarang dalam agama <a title="Islam" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>. Enakmen Pentadbiran Perundangan Islam negeri <a title="Selangor" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Selangor">Selangor</a> mengenai <a class="new" title="Fakwa (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Fakwa&action=edit&redlink=1">fakwa</a> tentang penyertaan wanita Islam dalam pertandingan <a class="new" title="Ratu cantik (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Ratu_cantik&action=edit&redlink=1">ratu cantik</a> sebenar telah dua tahun diwartakan mengikut Warta Kerajaan Negeri Selangor Jil. 48 No. 10 bertarikh <a title="11 Mei" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/11_Mei">11 Mei</a> <a title="1995" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/1995">1995</a> ["Adalah haram bagi wanita Islam menyertai apa-apa jenis pertandingan ratu cantik" - Fatwa itu dibuat pada 28 April 1995 (JAI. Sel. 8014/7 Jilid III; P.U. Sel. 2780)]. <a title="" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Ishak_bin_Baharom#cite_note-0">[1]</a> Media menyiarkan bantahan orang ramai terhadap tindakan meng<a class="new" title="Gari (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Gari&action=edit&redlink=1">gari</a> tiga gadis Melayu yang menyertai pertandingan ratu cantik itu, Pertandingan itu telah diadakan pada <a title="13 Jun" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/13_Jun">13 Jun</a> <a title="1997" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/1997">1997</a> di di Classic Ballroom, <a class="new" title="Hotel Holiday Villa (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hotel_Holiday_Villa&action=edit&redlink=1">Hotel Holiday Villa</a>, <a title="Subang Jaya" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Subang_Jaya">Subang Jaya</a> dan pengumuman larangan orang Islam menyertai <a class="new" title="Sukan bina badan (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sukan_bina_badan&action=edit&redlink=1">sukan bina badan</a> oleh <a class="new" title="Mufti Sarawak (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Mufti_Sarawak&action=edit&redlink=1">Mufti Sarawak</a>. <a class="new" title="Ahmad Lutfi Othman (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Ahmad_Lutfi_Othman&action=edit&redlink=1">Ahmad Lutfi Othman</a> telah mengupas isu ini dalam buku bertajuk "<a class="new" title="Mufti lawan Mahathir (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Mufti_lawan_Mahathir&action=edit&redlink=1">Mufti lawan Mahathir</a>". <a title="" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Ishak_bin_Baharom#cite_note-1">[2]</a><br />PENCERAMAH PAS<br />Sumbangan idea dan pemikirannya berterusan apabila Allahyarham bergiat aktif dalam <a class="mw-redirect" title="PAS" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/PAS">PAS</a> bermula pada 2003 setelah dilantik ahli Majlis Syura' Ulama <a class="mw-redirect" title="PAS" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/PAS">PAS</a> bagi tempoh dua penggal iaitu 2003-2005 dan 2005-2007.<br />Beliau telah dijemput menberikan penerangan tentang kesyumulan Islam di pentas-pentas politik PAS.<br />MENINGGAL DUNIA<br />Pada 30 Januari 2008, Dato' Haji Ishak, 80 tahun, telah meninggal dunia akibat pendarahan dalam kepala pada jam 2.30 pagi di <a title="Hospital Sungai Buloh" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Hospital_Sungai_Buloh">Hospital Sungai Buloh</a>. Beliau telah dimasukkan ke hospital tersebut pada pukul 6 petang . Timbalan Pengarah Perubatan <a title="Hospital Sungai Buloh" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Hospital_Sungai_Buloh">Hospital Sungai Buloh</a>, Dr. <a class="mw-redirect" title="Khalid Ibrahim" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Khalid_Ibrahim">Khalid Ibrahim</a> menjelaskan bahawa beliau tidak sedarkan diri dan koma akibat pedarahan dalam kepala.<a title="" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Ishak_bin_Baharom#cite_note-2">[3]</a>Jenazah beliau dibawa ke rumah beliau di No 194 Jalan Tun Sambanthan Taman Sri Andalas Klang. Kemudian dikebumikan pada <a title="31 Januari" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/31_Januari">31 Januari</a> <a title="2008" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/2008">2008</a> di kompleks Makam di Raja, Selangor.<br />Antara pemimpin yang hadir ialah Setiausaha Agung PAS, Dato' <a class="new" title="Kamarudin Jaffar (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kamarudin_Jaffar&action=edit&redlink=1">Kamarudin Jaffar</a>; Naib Presiden PAS, Ustaz Ahmad Awang; AJK PAS Pusat, Dr Dzulkifly Ahmad dan Dr Syed Azman ImageSyed Nawawi; Timbalan Pesuruhjaya PAS Selangor, Dr Osman Sabran; Ketua Muslimat PAS Pusat, Ustazah Nuridah Mohd Salleh; Timbalannya, Wan Hasrina Wan Hassan; dan Ketua Penerangan, Salbiah Abd Wahab.<br />Turut hadir ialah Presiden KeADILan, Datin Seri Dr <a title="Wan Azizah Wan Ismail" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Wan_Azizah_Wan_Ismail">Wan Azizah Wan Ismail</a>, Ahli MPT KeADILan, Ustaz <a class="new" title="Badrulamin Baharon (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Badrulamin_Baharon&action=edit&redlink=1">Badrulamin Baharon</a>; Ketua Penerangan Umno, Tan Sri <a class="new" title="Muhammad Muhd Taib (belum ditulis)" href="http://ms.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Muhd_Taib&action=edit&redlink=1">Muhammad Muhd Taib</a>; dan Ketua Pengarah <a title="Jabatan Kemajuan Islam Malaysia" href="http://ms.wikipedia.org/wiki/Jabatan_Kemajuan_Islam_Malaysia">Jabatan Kemajuan Islam Malaysia</a> (JAKIM), Dato' Wan Mohamad Sheikh Abd Aziz .<br />PETIKAN:<br />“Saya bukan lawan semua dengan mufti, tetapi mufti (Dato’ Ishak Baharom) yang semacam ini bukan mufti. Ulama’, macam-macam ulama’ ada. Kita pun tau. Ahmad Sabu pun ulama’ jugak, Mustapha Ali ulamak.” Takkan satu orang boleh mendakwa diri dia ulama dan kita mesti sembah dia- inilah waris nabi, bukan main senang. Masuk persatuan ulama’ jadi waris nabi. Syed-syed pun tak pernah berkata macam itu, yang kata dia keturunan nabi, keturunan sahabat-sahabat nabi - pun dia tak kata macam itu. Ini mana-mana tempat membuat dakwaan bahawa ‘ulama’ adalah waris nabi’. Mudah nak jadi waris nabi. Tak payah sapa pilih.” (Dr. Mahathir Mohamad, Majlis Tertutup Majlis Agama Kebangsaan, 1997).<br />“Tapi Mufti Selangor (Dato’ Ishak Baharom) raja pun nak suruh buang dia. Raja pun tak setuju dengan dia. I think you’d better take action. Call him up dan tell him that he has breached the government punya regulations that he must be terminated dan kita tak bagi tauliah pada dia. Walaupun dia bukan pegawai kerajaan, orang bersyarah berkenaan dengan agama tanpa tauliah, akan diambil tindakan.”(Dr. Mahathir Mohamad, Majlis Tertutup Majlis Agama Kebangsaan, 1997).<br />“Cara ini meninggalkan kesan buruk sampai ke bila-bila kepada pihak yang terlibat termasuk keluarga mereka. Orang-orang ini tidak faham apa yang dikehendaki oleh agama. Inilah masalahnya apabila kita memberi kuasa kepada orang-orang yang tidak tahu menggunakan kuasa”.(Mahathir Mohamad, Utusan Malaysia, 19 Julai)<br />“Kita hormati Mufti pasal sesuatu peraturan yang dibuatnya, tetapi kalau Mufti mengambil tindakan tidak mengikut Islam, takkan kita tak boleh tegur. Ini pegawai yang dibayar gaji oleh kerajaan yang dengan mudah menuduh orang itu murtad dan orang ini murtad” (Mahathir Mohamad, 1997, mengulas kenyataan Dato’ Ishak Baharom yang menyatakan mereka yang tidak setuju dengan fatwa larangan pembabitan gadis Islam dalam pertandingan ratu cantik boleh menjadi murtad)selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-16419191078034599192008-06-13T20:27:00.000-07:002008-06-13T20:33:47.931-07:00MAZHAB AL-ASY'ARIETulisan ini adalah merupakan terjemahan dari salah satu bab didalam kitab Mafahim Yajibu an-Tushahhah karangan al-Allamah al-Muhaddits al-Habib as-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin Abbas bin Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani. Terjemahan ini diambil dari <a href="http://www.mafahim-online.net/">http://www.mafahim-online.net/</a> dengan olahan ke bahasa Malaysia<br />Haqiqat ‘Asya’irah<br />Ramai kaum muslimin jahil (tidak mengetahui) mengenai madzhab al-‘Asya’irah (kelompok ulama pengikut madzhab Imam Abul Hasan al-‘Asy’ari) dan tidak mengetahui siapakah mereka, dan metode mereka dalam bidang aqidah. Lantaran dari itu, sebahagian dari mereka, tidak berhati-hati, melemparkan tuduhan bahawa golongan ‘Asya’irah sesat atau telah keluar dari Islam dan mulhid (menyimpang dari kebenaran) di dalam memahami sifat-sifat Allah<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLg6tWtZOBtQtUn4mtqmhXpZneHcl1VcY4vx0DR687xJl2x-7XEMHze8yASQvGDPRqM1NXsLVB_3vzaLu7BU4IjB3PNNstWudtxtJShG9s_K1z9lvLQQTNsJVF6DzgpWd7jchYHiJ7ZYs/s1600-h/asSayyid.jpg"></a>Kejahilan terhadap madzhab al-‘Asya’irah ini adalah faktor retaknya kesatuan golongan Ahl as-Sunnah dan terpecah-pecahnya kesatuan mereka, sehingga sebahagian golongan yang jahil memasukkan al-‘Asya’irah dalam kelompok golongan yang sesat . Saya tidak tahu, mengapa golongan yang beriman dan golongan yang sesat disamakan? Dan bagaimana glongan Ahl as-Sunnah dan golongan ekstrim mu’tazilah (Jahmiyyah) disamakan?<br />أَفَنَجْعَلُ ٱلْمُسْلِمِينَ كَٱلْمُجْرِمِينَ - مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ<br />Patutkah Kami (berlaku tidak adil, dengan) menjadikan orang-orang Islam (yang taat), sama seperti orang-orang yang berdosa (yang kufur ingkar)? Apa sudah jadi kepada akal kamu? Bagaimana kamu menetapkan hukum (yang terang-terang salahnya itu)? (Surah al-Qalam: 35 – 36)<br />Al-‘Asya’irah adalah para pemimpin ulama yang membawa petunjuk dari kalangan ulama muslimin yang ilmu mereka memenuhi bahagian timur dan barat dunia dan disepakati oleh manusia sepakat atas keutamaan, keilmuan dan keagamaan mereka. Mereka adalah tokoh-tokoh besar ulama Ahl as-Sunnah berwibawa tinggi tang berdiri teguh menentang kepongahan dan kesombongan golongan mu’tazilah.<br />Dalam mengupas tentang golongan al-‘Asya’irah, Ibn Taimiyyah berkata:<br />والعلماء أنصار علوم الدين والأشاعرة أنصار أصول الدين – الفتاوى الجزء الرابع<br />Artinya: “Para ulama adalah pembela ilmu agama dan al-Asya’irah pembela dasar-dasar agama (ushuluddin) - (al-Fataawaa, juzu’ 4)Sesungguhnya mereka (penganut madzhab al-‘Asyar’irah) terdiri dari tokoh-tokoh hadits, fiqih dan tafsir dari kalangan tokoh imam yang utama (yang menjadi panutan dan sandaran para ulama lain) seperti:<br />Syaikhul Islam Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani رحمه الله, tokoh hadits yang tidak dipertikaikan lagi sebagai gurunya para ahli hadits, penyusun kitab Fathul Baari ‘ala Syarhil Bukhaari. Bermazhab ‘Asya’irah. Karyanya sentiasa menjadi rujukan para ulama’.<br />Syaikhul Ulama Ahl as-Sunnah, al-Imam an-Nawaawi رحمه الله, penyusun Syarh Shahih Muslim, dan penyusun banyak kitab yang masyhur. Beliau bermazhab ‘Asya’irah.<br />Syaikhul Mufassirin al-Imam al-Qurthubi رحمه الله penyusun tafsir al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’an. Beliau bermazhab ‘Asya’irah.<br />Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami رحمه الله, penyusun kitab az-Zawaajir ‘an al-Iqtiraaf al-Kabaa’ir. Beliau bermazhab ‘Asya’irah.<br />Syaikhul Fiqh wal Hadits al-Imam al-Hujjah wa ats-Tsabat Zakaaria al-Anshari رحمه الله Beliau bermazhab ‘Asya’irah.<br />Al-Imam Abu Bakar al-Baaqilani رحمه الله<br />Al-Imam al-Qashthalani رحمه الله<br />Al-Imam an-Nasafi رحمه الله<br />Al-Imam asy-Syarbini رحمه الله<br />Abu Hayyan an-Nahwi رحمه الله, penyusun tafsir al-Bahr al-Muhith.<br />Al-Imam Ibn Juza رحمه الله, penyusun at-Tashil fi ‘Uluumittanziil.<br />Dan lain-lain lagi, kesemuanya merupakan tokoh-tokoh ‘Asya’irah.<br />Seandainya kita menghitung jumlah ulama besar dari ahli hadits, tafsir dan fiqh yang bermazhab al-‘Asya’irah, maka keadaan tidak akan memungkinkan dan kita memerlukan beberapa jilid buku untuk merangkai nama para ulama besar yang ilmu mereka memenuhi wilayah timur dan barat bumi. Adalah salah satu kewajiban kita untuk berterimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa dan mengakui keutamaan orang-orang yang berilmu dan memiliki kelebihan yakni para tokoh ulama, yang telah menabur khidmat mereka kepada syari’at Penghulu Para Rasul, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.Dimanakah lagi kebaikan yang kita harapkan sekiranya kita melemparkan tuduhan menyimpang daripada kebenaran dan sesat kepada para ulama besar kita dan para salafus sholeh? Bagaimana Allah akan membukakan mata hati kita untuk mengambil manfaat dari ilmu-ilmu mereka setelah kita beri’tiqad bahwa mereka berada dalam keraguan dan menyimpang dari jalan Islam?. Sungguh saya ingin mengatakan: “Adakah terdapat ulama masakini daripada kalangan doktor [penyandang ijazah PhD] dan cerdik pandai, mampu melakukan sepertimana yang dilakukan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan al-Imam an-Nawawi رحمهماالله dalam berkhidmat terhadap sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang suci? Adakah kita mampu untuk memberi khidmat terhadap sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم sebagaimana yang dilakukan oleh kedua-dua ulama besar ini? Semoga Allah mengurniakan kepada mereka rahmat dan keredhaanNya. Lalu bagaimana kita boleh menuduh sebagai sesat mereka berdua[1] dan para ulama al-‘Asya’irah yang lain, padahal kita memerlukan ilmu-ilmu mereka?<br />Dan bagaimana kita boleh mengambil ilmu dari mereka jika mereka didalam kesesatan? Padahal al-Imam Ibnu Sirin رحمه الله pernah berkata:<br />إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم<br />Artinya: Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikan daripada siapa kalian mengambil agama kalian. Apakah tidak cukup bagi orang yang tidak sependapat dengan para imam di atas, untuk mengatakan, “Mereka rahimahullah telah berijtihad dan mereka salah dalam menafsirkan sifat-sifat Allah. Maka yang lebih baik adalah tidak mengikuti metode mereka.” Sebagai ganti dari ungkapan kita menuduh mereka telah menyimpang dan sesat lalu kita marah atas orang yang mengkategorikan mereka sebagai ahlussunnah. Dan seandainya al-Imam an-Nawawi, al-‘Asqalani, al-Qurthubi, al-Fakhrurrazi, al-Haitami dan Zakaria al-Anshari dan ulama berwibawa yang lain tidak dikategorikan sebagai Ahlussunnah Wal Jama’ah, lalu siapakah mereka yang termasuk Ahlussunnah Wal Jama’ah?.<br />Sungguh, dengan tulus kami mengajak semua pendakwah dan mereka yang bergiat di medan dakwah Islam agar bertaqwa kepada Allah dalam urusan ummat Muhammad صلى الله عليه وسلم, khususnya terhadap tokoh-tokoh ulama dan para fuqaha’nya. Kerana, ummat Muhammad صلى الله عليه وسلم sentiasa berada dalam kebaikan hingga hari kiamat. Dan tidak ada kebaikan bagi kita jika tidak mengakui kedudukan dan keutamaan para ulama kita sendiri.<br />_____________________________________________________<br />Notakaki:<br />[1] Beberapa kenyataan ulama Wahabi yang mengatakan bahwa aqidah Imam Ibn Hajar, Imam an-Nawawi dan para ulama ‘Asya’irah terkeluar dari aqidah Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah. Abu Zahrah petik dari <a href="http://al-ghari.blogspot.com/">blog al-Fadhil Ustaz Zamihan</a> dan <a href="http://www.abu-syafiq.blogspot.com/">al-Fadhil Ustaz Abu Syafiq</a> Antaranya sebagai contoh [untuk lebih jelas sila layari blog berkenaan]:<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig653vm1C-QrruVpreDlGyFX5F0NRPdfF3xEJ1zmDrAuNIYajH-wwGcwK1h04M-WZ-Welhexoq0Z4fsfUjlGa97gpAV92eS0FzX9RXtPdLKBpqRmck7NAEgM3NQPMEuHB928uuZYXxJg4/s1600-h/kHALIL+hARAS.jpg"></a>- Kitab Dakwatut Tauhid oleh, Dr Syaikh Muhammad Khalil Harras (Pemimpin Anshar as-Sunnah, Mesir), Cetakan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, Lubnan, tanpa tarikh, beliau mengatakan: “Dan makruf, sesiapa yang terlibat dengan mentakwilkan nash-nash mutasyabihat dari golongan ‘Asya’irah seperti Ibn Fawrouk sebagaimana (terdapat) di dalam kitabnya al-Takwilaat” kemudian diikuti selepas itu (oleh) ulama mutaakhir al-‘Asya’irah seperti Imam al-Harain, al-Ghazali, al-Razi, al-Hulaimi al-Aamidi, Ibn A’qil, Ibn Jauzi dan lain-lain. Dan sesungguhnya telah sesat dalam bab ini (mentakwil). Kebanyakkan ualam ‘Asya’irah yang mana mereka mempunyai ilmu yang mendalam, ahli ‘ibadah dan menghafaz as-Sunnah seperti Imam an-Nawawi, Izzuddin Abdussalam dan selain dari keduanya”<br />- Kitab Min Masyahir al-Mujaddidin Fi al-Islam: Shaikh al-Islam Ibn Taimiyyah dan Shaykh al-Islam Muhammad bin Abd al-Wahhab, Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, 1408H, Cetakan: Riasah al-Ammah al-Idarat al-Buhuth al-Alamiyyah Wa al-Ifta’ Wa al-Dakwah Wa al-Irsyad, Riyadh, Arab Saudi, Perenggan Ke-5: “Golongan al-‘Asya’irah dan al-Maturidiyyah bertentangan dengan (metodologi) para shahabat, al-Tabi’in dan Imam Mazhab Empat dalam kebanyakkan masalah i’tiqad (‘aqidah) dan usul agama. Lantaran itu mereka tidak berhak untuk di gelar Ahli Sunnah Wal Jamaah. Mereka (‘Asya’irah dan al-Maturidiyyah) bukan sekadar bertentangan dengan Syeikh al-Islam [Ibn Taimiyyah] sahaja. Tetapi mereka turut menyalahi umat Islam dan para ulama’ yang berjalan (berpegang) kepada metodologi al-Salaf.”<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnyO581vt4i1CTG_2d7gToaSFRHnDPAqErjxNaji7LROIOld7N6Tr_nGQcIZwmiNntF_OTBOWuHTher0A_bVuHPR27r40qAOL0jXEzWMYyPiW28ITlxBuwHP-yaKxRi6v-ALP7Y8WRHMg/s1600-h/Wahabi+Kafirkan+Ulama.jpg"></a>- Kitab Fath al-Majid Syarh Kitab al-Tauhid, Syeikh Abd Rahman bin Hassan bin Muhammad Abd Wahhab, : Syeikh Abd Aziz bin Abdullah bin Baz (Bekas Mufti Arab Saudi), Cet : Pertama, 1992/1413H, Maktabah al-Fayha’ & Maktabah Dar Salam : Riyadh, Perenggan ke-5 : “Sesungguhnya Jahm bin Sofwan dan pengikutnya mendakwa tiada dalil yang membuktikan wujudnya sifat yang berdiri (melengkapi) Dzat Allah Ta’ala. Dan golongan yang mengikut mereka atas pendapat itu ialah puak-puak dari Muktazilah, Asya’irah dan selain mereka. Maka dengan sebab itu mereka dikafirkan oleh kebanyakkan dari golongan Ahl Sunnah.”<br />- Syeikh Abdullah Sa’diy al-Ghamidiy al-Abdaliy juga menulis satu kitab berjudul al-Aktha’ al-Asasiyyah fi al-Aqidah Wa Tauhid al-Uluhiyyah Min Kitab Fath al-Bariy Ta’lif Ahmad bin Hajar al-Asqalaniy (Kesalahan Asas Tentang Akidah dan Tauhid Uluhiyyah dari Kitab Fath al-Bariy karangan Ibn Hajar al-Asqalaniy).<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWfe-HbeFwQZZ0KlCPP1sSZ2WmeJFrZN7-SBCwQOSmPXg_x4t4OY9xgkQHZh5QOwkUwrbxbYOGTATOVDPj9W7a7FB300OtDyUpzRyweBgL_e1VPy4EGVnWFB_V4MnDy4uwykfOQwn0bHI/s1600-h/kitab+syaikh+usaimin.gif"></a>- Kitab Liqa’ Bab al-Maftuh Ma’aa Fadhilah asy-Syaikh Muhammad Sholeh al-Uthaimin, yang diselia Dr Abdullah bin Muhammad bin Ahmad al-Thayyar, Cetakan Dar al-Wathan, Riyadh.<br />Soalan penanya : “Sbgmana kita menjadikan al-Nawawi dan Ibn Hajar al-Asqalani kedua-duanya bukan dari Ahli Sunnah Wal Jamaah?<br />Jawapan : “Berdasarkan kepada apa yang dimazhabkan (diputuskan) pendapat mereka di dalam isu-isu perbahasan Nama-nama dan Sifat-Sifat Allah, kedua-dua mereka bukan dari Ahli Sunnah Wal Jamaah.”<br />Soalan susulan : “Secara mutlak, mereka bukan dari Ahli Sunnah Wal Jamaah?<br />Jawapan : “Kita tidak menjadikannya secara mutlak. Saya beritahu anda bahawa barangsiapa yang menyanggahi golongan al-Salaf dalam memahami Sifat Allah tidak diberi gelaran mutlak bahawa ia bukan dari Ahli Sunnah Wal Jamaah. Bahkan ditaqyidkan…hingga bila dikatakan dia (seseorang itu) Ahli Sunnah Wal Jamaah (mungkin) dari sudut feqhiyyah contohnya. Adapun jika tareqat (metodologinya) itu bid’ah..ia bukan dari Ahli Sunnah Wal Jamaah.”selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-50960658557521335292008-06-13T01:19:00.001-07:002008-06-13T01:19:38.851-07:00SUKU BANJAR DI MALAYSIAMukaddimahMasyarakat Malaysia terkenal kerana sifat majmuknya. Salah satugolongan etnik yang besar ialah orang Banjar. Seperti golongan etniklain, orang Banjar juga merupakan satu golongan yang kompleks danmempunyai sejarah yang tersendiri di negara ini. Orang Banjar adalahtergolong dalam rumpun bangsa Melayu, walaupun begitu, tidak banyakyang diketahui tentang masyarakat ini. Keadaan ini agak berbeza denganorang Jawa yang lebih dikenali walaupun kedua-dua masyarakat inimempunyai latar belakang penghijrahan yang hampir sama dan berasaldari negara yang sama iaitu Indonesia. Satu hal yang agak menarikjuga, kedua-dua masyarakat tersebut tinggal di kawasan petempatanyang berdekatan di Malaysia, contohnya di daerah Batu Pahat, Johor,daerah Sabak Bernam dan Tanjung Karang, Selangor dan daerah BaganDatoh di Perak. Sehingga kini, belum ada penulisan yang benar-benarlengkap tentang sejarah kedatangan atau perkembangan masyarakattersebut di negara ini, walaupun sumbangan mereka dalam bidang sosial,ekonomi dan politik bangsa Melayu khasnya di negara ini secarakeseluruhannya tidak kurang pentingnya.Asal-usul kedatangan orang Banjar ke Tanah MelayuOrang Banjar yang datang ke Tanah Melayu adalah berasal dariKalimantan, Indonesia, di kawasan selatan Basin Barito, terutamasekali dari daerah Banjar Masin, iaitu pusat bandar daerah itu.Kawasan ini adalah terletak di bahagian tenggara Borneo. Di antaradaerah-daerah utama tempat asal orang Banjar tersebut ialah daridaerah Balangan, Amuntai, Alai, Hamandit, Margasari dan Martapura.Sebahagian dari mereka juga berasal dari Sumatera Tengah di kawasanBukit Tinggi dan Sepat. Daerah-daerah tersebut merupakan kawasanpenanaman padi. Oleh demikian, mereka yang berhijrah ke Tanah Melayuadalah merupakan petani-petani yang mahir dalam penanaman padi. Disamping itu, pekerjaan khusus seperti melukis, tukang permata danberniaga juga ditekankan oleh mereka. Pekerjaan inilah yang membezakanmereka dari suku-suku bangsa lain di daerah orang-orang Dayak yangtinggal lebih ke utara barat Banjar Masin. Masyarakat ini jugadikenali dengan kemahiran membuat peralatan dari besi, sepertiperalatan pertanian dan senjata. Kebanyakan mereka suka tinggal dilembah beberapa buah sungai seperti di sepanjang lembah Sungai Baritodari Banjar Masin hingga ke Asuntai dan Tanjung di utara.Tarikh migrasi masyarakat ini ke Tanah Melayu tidak dapat dipastikan,tetapi menurut Afred Bacon Hudson seorang pengkaji orang Banjar,migrasi ini bermula dalam pertengahan abad ke 19. Penempatan yang awalsekali dapat dikesan ialah di Batu Pahat, Johor. Pada masa itu, merekasering berulang alik berdagang dan berniaga kelapa kering melaluiSiak, Bentan, Inderagiri terus ke Batu Pahat dan Singapura. Selaindaripada itu Bagan Datoh di Perak juga dikatakan tempat pertapakanawal masyarakat ini di Tanah Melayu.Dari Batu Pahat, mereka berpecah ke kawasan lain. Mereka masih lagimanjalankan aktiviti yang serupa seperti bertani, berkebun getah,kelapa dan sebagainya. Pada masa kini, masyarakat Banjar bolehdidapati di beberapa kawasan pantai barat, terutamanya di kawasanpenanaman padi seperti di daerah Kerian, Sungai Manik dan Bagan Datohdi Perak, Sabak Bernam dan Tanjong Karang di Selangor serta Batu Pahatdi Johor. Di Sabah pula, orang Banjar terdapat di Sandakan, Tenom,Keningau dan Tawau. Orang Banjar ini pula terbahagi kepada beberapapuak dan di antara yang terbesar ialah Tanjung dan Kalua dari daerahBalangan, Amuntai dari daerah Amuntai, Barabai dari daerah Alai,Nagara dan Kandangan dari daerah Hamandit, Rantau dari daerahMargasari dan Martapura dari daerah Martapura. Masyarakat ini seringmengidentifikasikan diri mereka berdasarkan daerah tempat asal-usulmereka di Tanah Banjar.Selain daripada faktor perdagangan, kemiskinan yang mencengkamkehidupan orang Banjar di tempat asal mereka juga telah mendorongpenghijrahan ke Tanah Melayu. Keadaan mereka di Tanah Banjar agaksukar kerana tanah pertanian mereka sering menghadapi ancaman binatangbuas. Faktor ini ditambah lagi dengan kemelaratan yang dihadapi dibawah pemerintahan penjajah Belanda yang terlalu menindas masyarakattempatan dengan pelbagai cukai dan peraturan yang tidak munasabah. Disamping itu, mereka tertarik dengan kemakmuran kehidupan di TanahMelayu pada masa itu yang dikhabarkan oleh pedagang-pedagang yangberulang-alik ke Tanah Melayu.Pihak penjajah British di Tanah Melayu pula amat menggalakkanpenghijrahan masyarakat dari Indonesia untuk membuka dan mengerjakankawasan pertanian yang baru kerana masyarakat tersebut amat terkenaldengan sifat tabah dan gigih dalam menghadapi cabaran hidup.Ciri-ciri awal orang Banjar di Tanah MelayuApa yang dimaksudkan dengan ciri-ciri awal ini ialah sosio-budayaorang Banjar pada tahap awal pertapakan mereka di tanah Melayu iaitusekitar pertengahan abad ke-19 sehingga pertengahan abad yang ke-20.Terdapat ciri-ciri yang dominan dan ketara pada masyarakat ini yangmembezakannya dengan masyarakat Melayu tempatan pada masa itu. Diantara ciri-ciri awal yang dapat diperhatikan dalam masyarakat inipada masa itu ialah, fahaman kesukuan, teguh pegangan agama dancarahidup sederhana, berani dan panas baran.Fahaman kesukuanPerkara ini adalah berkait rapat dengan keadaan mereka yang baruberhijrah dari Tanah Banjar ke Tanah Melayu yang masih asing bagimereka. Jadi, bagi memastikan kebajikan mereka terjaga, merekasentiasa tinggal dalam satu kelompok. Salah satu ciri terpenting wujudpada masyarakat tersebut pada masa itu ialah mendalamnya fahamankesukuan. Bagi mereka, orang-orang selain dari suku mereka dianggapsebagai 'orang luar'. Keadaan ini telah mempengaruhi pergaulan,perkembangan pemikiran dan seterusnya keperibadian mereka. Fahamkesukuan ini juga telah menjadikan masyarakat ini pada masa itusebagai sebuah masyarakat tertutup. Jarang-jarang benar berlakuperkahwinan di luar suku Banjar. Justeru itu, faktor ini telah dapatmengekalkan beberapa ciri-ciri keperibadian yang tersendiri masyarakatini. Contoh yang nyata ialah pengekalan bahasa pertuturan sehari-hariiaitu dialek Banjar dan kawasan tempat tinggal yang berkelompok.Teguh pegangan agama dan cara hidup sederhanaKebanyakan orang Banjar yang berhijrah ke Tanah Melayu adalah terdiridaripada mereka yang kuat pegangan agama Islam dan mengamalkan carahidup yang sederhana. Maka, tidak hairanlah bahawa masyarakat ini amatcondong terhadap perkara-perkara yang berkaitan dengan agama Islamdalam kehidupan seharian mereka.Keadaan ini ditambah lagi dengan corak pekerjaan mereka yang berbentukpertanian dan lokasi petempataan mereka yang agak terpencil daripadabandar, telah menyebabkan peluang untuk mereka mengikutikemudahan-kemudahan seperti pelajaran, kesihatan, dan lain-lain amatterhad. Perkembangan pendidikan secara formal yang wujud dalammasyarakat ini hanyalah berupa kelas membaca al-Quran, mempelajarihal-ehwal syariat Islam sama ada di sekolah-sekolah agama rakyatmahupun di madrasah-madrasah. Bagi golongan yang berkemampuan pula,mereka menghantarkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah arab mahupunpondok-pondok di tempat lain. Bagi yang lebih berkemampuan, merekajuga turut menghantar anak-anak mereka ke Tanah Suci Mekah untukmendalami ilmu agama. Amat kurang sekali yang menghantar anak-anakmereka ke sekolah-sekolah kerajaan mahupun ke sekolah Melayu keranamereka berpendapat mata pelajaran yang di ajar tidak sesuai dansemata-mata hal-ehwal duniawi sahaja. Begitu juga dengansekolah-sekolah Inggeris mereka khuatir anak-anak mereka akanterpengaruh dengan dakyah Kristian jika menghantar anak-anak merekabelajar di sekolah tersebut. Walaupun pada umumnya, fahaman sebeginiwujud dikalangan masyarakat Melayu yang lain, tetapi keadaan yangwujud dikalangan orang Banjar amat ketara sekali.Sebagai buktinya, sehingga awal tahun-tahun 60an, amat kurang sekalipegawai-pegawai kerajaan mahupun kakitangan yang berketurunan Banjar.Kalau pun ada, hanya pegawai-pegawai agama atau guru-guru agama.Ringkasnya mereka lebih berminat untuk bergiat dalam bidang-bidangyang bersangkutan dengan hal-ehwal agama Islam sahaja. Kesan lain yangdapat diperhatikan dan masih kekal sehingga kini ialah terdapatnyadengan banyak sekali sekolah-sekolah agama rakyat, madrasah mahupunpondok-pondok dikawasan-kawasan yang majoriti penduduknya orang Banjarseperti di daerah Kerian, Perak mahupun di daerah Sabak Bernam,Selangor.Keadaan kehidupan mereka juga amat sederhana, rumah mereka dikatakankosong kerana tidak mempunyai alat-alat perabut seperti kerusi, mejadan almari. Peralatan yang ada seperti tikar mengkuang yangdibentangkan ketika tetamu datang dan lain-lain perkakas yang mustahaksahaja.Satu hal yang agak menarik juga ialah, masyarakat ini tidak sukabekerja makan gaji dengan kerajaan kerana mereka lebih suka bekerjasendiri khasnya dalam bidang pertanian. Perkara ini juga berkaitdengan kebebasan untuk mereka membuat perkara-perkara sampingankhasnya untuk mendalami ilmu-ilmu keagamaan. Pekerjaan bertani khasnyapenanaman padi mempunyai ruang masa yang banyak dan bebas untuk merekamelakukan perkara-perkara tersebut seperti ketika menunggu musimmenuai dan seumpamanya. Kedudukan seseorang yang tinggi ilmu agamajuga amat dihormati dan mendapat tempat yang istimewa di kalanganorang Banjar. Nilai yang diberikan ke atas seseorang individu dalammasyarakat ini adalah berdasarkan keahliannya dalam ilmu-ilmu agamaIslam. Nilai-nilai seperti ini menjadikan masyarakat ini begitu kuatdan taat berpegang kepada ajaran Islam dan kepada kepimpinan yang ahlidalam bidang agama Islam. Perkara ini jelas dilihat daripadakemenangan calon parti yang menjadikan Islam sebagai dasar perjuanganpada Pemilihan Umum Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1955 KawasanKerian, Perak yang telah diketahui majoriti daripada penduduknyaterdiri daripada orang Banjar. Beliau yang dimaksudkan ialah Tuan GuruHaji Ahmad Haji Hussein, keturunan Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari,seorang tokoh ulama besar berasal dari Tanah Banjar, KalimantanSelatan, Indonesia.Berani dan pemanasSalah satu sifat yang agak ketara terdapat dalam masyarakat Banjarialah bersifat berani dan pemanas. Masyarakat ini pantang dicabar danbersifat panas baran. Penggunaan senjata seperti pisau (biasanyadisebut lading), parang panjang atau badik (sejenis pisau juga), tidakasing lagi bagi mereka terutama ketika berlaku pergaduhan. Dipercayaijuga setiap keluarga orang Banjar pasti menyimpan sebilah parangpanjang di rumah masing-masing untuk menjaga keselamatan mereka. OrangBanjar sering dianggap sebagai masyarakat yang gemar bergaduh olehmasyarakat lain. Sebenarnya, sifat ini telah timbul secara turuntemurun semenjak mereka menetap di Tanah Banjar lagi. Keadaan alamsekeliling di Tanah Banjar yang penuh dengan hutan belukar danbinatang buas menjadikan mereka sentiasa berhadapan dengan cabaran danhalangan dalam meneruskan kehidupan mereka. Orang-orang yang berniagapula sering berhadapan dengan lanun dan perompak memerlukan merekasentiasa bertenaga dan bersedia untuk bertarung dengan pihak musuh.Perkara ini juga telah menyebabkan mereka suka menuntut ilmu-ilmupersilatan daripada pendekar-pendekar tempatan mahupun luar. Keadaanini terbawa-bawa dan akhirnya telah menjadi sifat dan perangai merekasehingga sekarang walaupun semakin berkurangan. Ciri-ciri ini jugalahyang sebenarnya menjadi penyebab kepada pergaduhan yang telah timbuldi kawasan petempatan orang Banjar seperti di Sungai Manik, TelukIntan, Perak pada tahun 1940an dan 1960an mahupun di Batu Pahat,Johor pada 13 Mei 1969, atas gabungan sifat mereka yang kuat peganganagama dan berani serta pemanas.Orang Banjar kiniKini, orang Banjar di Malaysia sebagaimana masyarakat-masyarakatpenghijrah dari Indonesia yang lain seperti orang Jawa, Bugis,Mendailing, Rawa, Kerinchi, Batak, Minangkabau dan lain-lain lagi,telah mengalami arus perubahan yang pesat seiring dengan kepesatanpembangunan di negara ini sendiri. Proses asimilasi yang berlaku keatas masyarakat ini amat ketara terutama apabila mereka sudah tidaktinggal lagi bersama-sama dalam kelompok mereka mahupun apabilaberlakunya perkahwinan campur. Program pendidikan di negara ini jugasedikit sebanyak telah mengasimilasikan masyarakat ini ke dalammasyarakat Melayu tempatan. Generasi muda masyarakat ini sudah agakkurang mahupun tidak tahu atau malu untuk bertutur dalam bahasa Banjarwalaupun ketika berbicara sesama mereka.Sifat mereka yang suka merantau masih membara dijiwa mereka. Buktinya,apabila adanya pembukaan tanah-tanah rancangan sama ada oleh FELDAmahupun FELCRA, mereka akan memberikan sambutan yang menggalakkanuntuk menjadi peserta. Kini, orang Banjar juga banyak didapati dikawasan-kawasan tanah rancangan contohnya di negeri Pahang.Di petempatan yang majoritinya adalah terdiri daripada masyarakatBanjar, Perpaduan mereka masih erat dan mereka masih terus memeliharadan menggunakan bahasa Banjar dalam pertuturan harian. Namun, darisegi pengamalaan adat resam dan organisasi sosial orang Banjar sertaprasangkanya terhadap orang bukan Banjar sudah agak berkurangan danmungkin sudah tiada lagi. Sikap mereka terhadap pendidikan juga telahjauh berubah di mana anak-anak mereka juga telah berjaya melanjutkanpelajaran sehingga ke menara gading dan menjawat jawatan-jawatan yangtinggi di sektor awam mahupun swasta. Namun begitu, pendidikan agamamasih tetap menjadi pilihan utama kebanyakan dari mereka dan buktinyadapat di perhatikan daripada ramainya anak-anak masyarakat ini yangmempunyai kelulusan agama yang tinggi terutama orang Banjar daridaerah Kerian, Perak dan daerah Sabak Bernam di Selangor.Disusun semula oleh:Muhammad Sabil al-Banjari,Jabatan Antropologi dan Sosiologi, UM.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-9512453043235564532008-06-13T01:16:00.001-07:002008-06-13T01:17:14.753-07:00SUKU BANJARAsal usul suku Banjar<br /><a title="Suku bangsa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa">Suku bangsa</a> Banjar diduga berintikan penduduk asal <a class="mw-redirect" title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a> atau daerah sekitarnya, yang membangun <a title="Tanah air" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_air">tanah air</a> baru di <a title="Kawasan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan">kawasan</a> ini sekitar lebih dari <a class="new" title="Seribu (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seribu&action=edit&redlink=1">seribu</a> <a title="Tahun" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun">tahun</a> yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,-setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku <a title="Dayak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dayak">Dayak</a>, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala).<br />Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan <a title="Meratus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meratus">Meratus</a>, orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala) mendiami sekitar <a class="mw-redirect" title="Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin">Banjarmasin</a> (dan Martapura).<br />Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan <a title="Bahasa Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Banjar">bahasa Banjar</a>, yang pada asasnya adalah bahasa <a title="Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a> Sumatera atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak <a class="mw-redirect" title="Kosa kata" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kosa_kata">kosa kata</a> <a class="new" title="Asal (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asal&action=edit&redlink=1">asal</a> <a title="Dayak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dayak">Dayak</a> dan asal <a title="Bahasa Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa">Jawa</a>.<br />Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860-, adalah warga <a title="Kesultanan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan">Kesultanan</a> Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke <a class="new" title="Arah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arah&action=edit&redlink=1">arah</a> <a class="new" title="Pedalaman (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pedalaman&action=edit&redlink=1">pedalaman</a>, terakhir di <a title="Martapura" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martapura">Martapura</a>, nama tersebut nampaknya sudah <a title="Baku" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baku">baku</a> atau tidak berubah lagi.<br /><a id="Banjar_Pahuluan" name="Banjar_Pahuluan"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Banjar Pahuluan" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=2">sunting</a>] Banjar Pahuluan<br />Sangat mungkin sekali pemeluk <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> sudah ada sebelumnya di sekitar <a title="Keraton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton">keraton</a> yang dibangun di <a class="mw-redirect" title="Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin">Banjarmasin</a>, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah <a title="Monarki" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki">raja</a>, Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi <a class="new" title="Sultan Suriansyah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sultan_Suriansyah&action=edit&redlink=1">Sultan Suriansyah</a>, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku <a title="Monarki" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki">raja</a> ini diikuti <a class="new" title="Elit (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elit&action=edit&redlink=1">elit</a> <a class="mw-redirect" title="Ibukota" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibukota">ibukota</a>, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih <a class="new" title="Asli (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asli&action=edit&redlink=1">asli</a>, yaitu suku <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Bukit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit">Dayak Bukit</a>, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu <a class="new" title="Asal usul (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asal_usul&action=edit&redlink=1">asal usul</a> dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari <a class="mw-redirect" title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a> atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompok masyarakat <a title="Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a> ini memang hidup bertetangga tetapi, setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur.<br />Jadi meskipun kelompok suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu <a class="new" title="Tempat (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tempat&action=edit&redlink=1">tempat</a>, yang mungkin tidak terlalu <a class="new" title="Jauh (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jauh&action=edit&redlink=1">jauh</a> letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang <a class="new" title="Berdiri sendiri (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berdiri_sendiri&action=edit&redlink=1">berdiri sendiri</a>. Untuk <a class="new" title="Kepentingan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepentingan&action=edit&redlink=1">kepentingan</a> <a title="Keamanan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keamanan">keamanan</a>, dan atau karena memang ada <a class="new" title="Ikatan kekerabatan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_kekerabatan&action=edit&redlink=1">ikatan kekerabatan</a>, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri.<br />Komplek pemukiman <a class="new" title="Cikal bakal (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cikal_bakal&action=edit&redlink=1">cikal bakal</a> suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman <a title="Bubuhan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bubuhan">bubuhan</a>, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan <a title="Keluarga" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga">keluarga</a>-keluarga lain yang bergabung dengannya.<br />Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan <a title="Meratus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meratus">Meratus</a> ini nampaknya <a title="Wilayah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah">wilayah</a> <a class="new" title="Pemukiman (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemukiman&action=edit&redlink=1">pemukiman</a> pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah <a class="new" title="Konsentrasi (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konsentrasi&action=edit&redlink=1">konsentrasi</a> penduduk yang banyak sejak <a class="new" title="Jaman (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaman&action=edit&redlink=1">jaman</a> kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Bukit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit">Dayak Bukit</a> ikut membentuknya<br /><a id="Banjar_Batang_Banyu" name="Banjar_Batang_Banyu"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Banjar Batang Banyu" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=3">sunting</a>] Banjar Batang Banyu<br /><a title="Masyarakat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat">Masyarakat</a> (Banjar) Batang Banyu terbetuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya <a class="new" title="Pusat (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pusat&action=edit&redlink=1">pusat</a> <a title="Kekuasaan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan">kekuasaan</a> yang meliputi seluruh <a class="new" title="Wilayah Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wilayah_Banjar&action=edit&redlink=1">wilayah Banjar</a>, yang barangkali terbentuk mula pertama di <a class="new" title="Hulu (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hulu&action=edit&redlink=1">hulu</a> <a title="Sungai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai">sungai</a> Negara atau cabangnya yaitu <a class="new" title="Sungai Tabalong (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Tabalong&action=edit&redlink=1">sungai Tabalong</a>. Selaku <a class="new" title="Warga (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Warga&action=edit&redlink=1">warga</a> yang berdiam di <a class="mw-redirect" title="Ibukota" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibukota">ibukota</a> tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi <a class="mw-redirect" title="Kelompok" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok">kelompok</a> <a title="Penduduk" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk">penduduk</a> yang terpisah.<br /><a title="Daerah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah">Daerah</a> tepi sungai <a title="Tabalong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tabalong">Tabalong</a> adalah merupakan tempat tinggal <a class="new" title="Tradisional (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tradisional&action=edit&redlink=1">tradisional</a> dari <a title="Suku Dayak Maanyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Maanyan">suku Dayak Maanyan</a> (dan <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Lawangan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Lawangan">Lawangan</a>), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para <a class="new" title="Pendatang (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pendatang&action=edit&redlink=1">pendatang</a> yang datang dari luar.<br />Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (<a class="new" title="Subsistens (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Subsistens&action=edit&redlink=1">subsistens</a>), maka banyak di antara <a title="Penduduk" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk">penduduk</a> Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai <a title="Pedagang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang">pedagang</a> dan <a class="new" title="Pengrajin (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengrajin&action=edit&redlink=1">pengrajin</a>.<br /><a id="Banjar_Kuala" name="Banjar_Kuala"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Banjar Kuala" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=4">sunting</a>] Banjar Kuala<br />Ketika <a class="new" title="Pusat kerajaan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pusat_kerajaan&action=edit&redlink=1">pusat kerajaan</a> dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya <a class="mw-redirect" title="Kesultanan Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjarmasin">Kesultanan Banjarmasin</a>), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke <a class="new" title="Pusat kekuasaan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pusat_kekuasaan&action=edit&redlink=1">pusat kekuasaan</a> yang <a class="new" title="Baru (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Baru&action=edit&redlink=1">baru</a> ini dan, bersama-sama dengan penduduk sekitar <a title="Keraton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton">keraton</a> yang sudah ada sebelumnya, membentuk <a class="new" title="Subsuku (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Subsuku&action=edit&redlink=1">subsuku</a> Banjar.<br />Di <a title="Kawasan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan">kawasan</a> ini mereka berjumpa dengan suku <a title="Suku Dayak Ngaju" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju">Dayak Ngaju</a> , yang seperti halnya dengan dengan masyarakat <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Bukit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit">Dayak Bukit</a> dan masyarakat <a title="Suku Dayak Maanyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Maanyan">Dayak Maanyan</a> atau <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Lawangan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Lawangan">Lawangan</a> , banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam <a class="new" title="Masyarakat Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masyarakat_Banjar&action=edit&redlink=1">masyarakat Banjar</a>, setelah mereka memeluk <a title="Agama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a> <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>.<br />Mereka yang bertempat tinggal di sekitar <a class="mw-redirect" title="Ibukota" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibukota">ibukota</a> <a title="Kesultanan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan">kesultanan</a> inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota <a class="new" title="Kuno (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kuno&action=edit&redlink=1">kuno</a> yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di <a class="new" title="Luar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Luar&action=edit&redlink=1">luar</a> <a class="mw-redirect" title="Tanah Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Banjar">Tanah Banjar</a>, <a class="new" title="Mereka (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mereka&action=edit&redlink=1">mereka</a> itu tanpa kecuali mengaku sebagai <a class="new" title="Orang Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orang_Banjar&action=edit&redlink=1">orang Banjar</a>.<br />(<a title="Alfani Daud" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alfani_Daud">Alfani Daud</a>, Islam dan Asal Usul Masyarakat Banjar)<br /><a id="Inti_Suku_Banjar" name="Inti_Suku_Banjar"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Inti Suku Banjar" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=5">sunting</a>] Inti Suku Banjar<br />Menurut <a title="Alfani Daud" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alfani_Daud">Alfani Daud</a> (Islam dan Masyarakat Banjar, <a title="1997" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1997">1997</a>), inti suku Banjar adalah para <a class="new" title="Pendatang (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pendatang&action=edit&redlink=1">pendatang</a> <a title="Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a> dari <a class="mw-redirect" title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a> dan sekitarnya, sedangkan menurut Idwar Saleh justru <a class="new" title="Penduduk asli (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penduduk_asli&action=edit&redlink=1">penduduk asli</a> suku <a title="Dayak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dayak">Dayak</a> (yang kemudian bercampur membentuk <a class="new" title="Kesatuan politik (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesatuan_politik&action=edit&redlink=1">kesatuan politik</a> sebagaimana <a title="Bangsa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa">Bangsa</a> <a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a> dilengkapi dengan <a title="Bahasa Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia">bahasa Indonesia</a>-nya).<br />Menurut <a class="new" title="Idwar Saleh (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Idwar_Saleh&action=edit&redlink=1">Idwar Saleh</a> (Sekilas Mengenai <a title="Daerah Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Banjar">Daerah Banjar</a> dan Kebudayaan Sungainya Sampai Akhir <a title="Abad" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad">Abad</a> ke-<a title="19" href="http://id.wikipedia.org/wiki/19">19</a>, <a title="1986" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1986">1986</a>): " Demikian kita dapatkan <a title="Keraton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton">keraton</a> keempat adalah lanjutan dari <a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">kerajaan Daha</a> dalam <a class="new" title="Bentuk (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bentuk&action=edit&redlink=1">bentuk</a> <a class="mw-redirect" title="Kerajaan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Banjar">kerajaan Banjar</a> <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> dan berpadunya suku <a title="Suku Dayak Ngaju" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju">Ngaju</a>, <a title="Suku Dayak Maanyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Maanyan">Maanyan</a> dan <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Bukit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit">Bukit</a> sebagai <a title="Inti" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inti">inti</a>. Inilah penduduk <a class="mw-redirect" title="Banjarmasih" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasih">Banjarmasih</a> ketika tahun <a title="1526" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1526">1526</a> didirikan. Dalam <a class="new" title="Amalgamasi (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amalgamasi&action=edit&redlink=1">amalgamasi</a> (campuran) baru ini telah bercampur <a class="mw-redirect" title="Unsur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unsur">unsur</a> <a title="Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a>, <a title="Suku Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa">Jawa</a>, <a title="Suku Dayak Ngaju" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju">Ngaju</a>, <a title="Suku Dayak Maanyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Maanyan">Maanyan</a>, <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Bukit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit">Bukit</a> dan suku kecil lainnya diikat oleh <a title="Agama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a> <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>, berbahasa <a title="Bahasa Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Banjar">Banjar</a> dan <a class="new" title="Adat istiadat (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adat_istiadat&action=edit&redlink=1">adat istiadat</a> Banjar oleh <a title="Difusi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi">difusi</a> <a class="mw-redirect" title="Kebudayaan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan">kebudayaan</a> yang ada dalam <a title="Keraton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keraton">keraton</a>....Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena <a class="new" title="Kesatuan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesatuan&action=edit&redlink=1">kesatuan</a> <a class="new" title="Etnik (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Etnik&action=edit&redlink=1">etnik</a> itu tidak ada, yang ada adalah <a class="new" title="Group (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Group&action=edit&redlink=1">group</a> atau <a class="mw-redirect" title="Kelompok" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok">kelompok</a> <a class="new" title="Besar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Besar&action=edit&redlink=1">besar</a> yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan. Yang <a class="mw-redirect" title="Pertama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pertama">pertama</a> tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah <a title="Martapura" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martapura">Martapura</a>. Yang <a class="new" title="Kedua (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kedua&action=edit&redlink=1">kedua</a> tinggal di sepanjang <a class="new" title="Sungai Tabalong (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Tabalong&action=edit&redlink=1">sungai Tabalong</a> dari muaranya di <a title="Sungai Barito" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Barito">sungai Barito</a> sampai dengan <a title="Kelua, Tabalong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelua%2C_Tabalong">Kelua</a>. Yang <a class="new" title="Ketiga (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ketiga&action=edit&redlink=1">ketiga</a> tinggal di kaki <a class="mw-redirect" title="Pegunungan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan">pegunungan</a> <a title="Meratus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meratus">Meratus</a> dari <a class="new" title="Tanjung,Tabalong (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanjung%2CTabalong&action=edit&redlink=1">Tanjung</a> sampai <a class="new" title="Pelaihari,Tanah Laut (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pelaihari%2CTanah_Laut&action=edit&redlink=1">Pelaihari</a>. Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan-etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi <a class="new" title="Kriteria (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kriteria&action=edit&redlink=1">kriteria</a> dengan yang bukan Banjar, yaitu <a class="new" title="Golongan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Golongan&action=edit&redlink=1">golongan</a> <a title="Kaharingan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kaharingan">Kaharingan</a>, dengan ejekan orang Dusun, <a class="mw-redirect" title="Orang Biaju" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Biaju">orang Biaju</a>, Bukit dan sebagainya".<br />Selanjutnya menurut <a class="new" title="Idwar Saleh (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Idwar_Saleh&action=edit&redlink=1">Idwar Saleh</a> (makalah Perang Banjar 1859-<a title="1865" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1865">1865</a>, <a title="1991" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1991">1991</a>): "Ketika <a class="mw-redirect" title="Pangeran Samudera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Samudera">Pangeran Samudera</a> mendirikan <a title="Kerajaan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan">kerajaan</a> Banjar ia dibantu oleh orang <a title="Suku Dayak Ngaju" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju">Ngaju</a>, dibantu <a title="Patih" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Patih">patih</a>-patihnya seperti patih Balandean, Patih Belitung, <a class="new" title="Patih Kuwin (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Kuwin&action=edit&redlink=1">Patih Kuwin</a> dan sebagainya serta orang <a title="Suku Dayak Bakumpai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bakumpai">Bakumpai</a> yang dikalahkan. Demikian pula <a title="Penduduk" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk">penduduk</a> <a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">Daha</a> yang dikalahkan sebagian besar orang <a class="mw-redirect" title="Suku Dayak Bukit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bukit">Bukit</a> dan <a title="Suku Dayak Maanyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Maanyan">Manyan</a>. <a class="mw-redirect" title="Kelompok" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok">Kelompok</a> ini diberi <a title="Agama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a> baru yaitu agama <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>, kemudian mengangkat <a class="new" title="Sumpah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sumpah&action=edit&redlink=1">sumpah</a> setia kepada <a title="Monarki" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki">raja</a>, dan sebagai <a class="new" title="Tanda (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanda&action=edit&redlink=1">tanda</a> <a class="new" title="Setia (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Setia&action=edit&redlink=1">setia</a> memakai <a title="Bahasa ibu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_ibu">bahasa ibu</a> baru dan meninggalkan <a title="Bahasa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa">bahasa</a> ibu lama. Jadi orang Banjar itu bukan <a class="new" title="Kesatuan etnis (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesatuan_etnis&action=edit&redlink=1">kesatuan etnis</a> tetapi <a class="new" title="Kesatuan politik (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesatuan_politik&action=edit&redlink=1">kesatuan politik</a>, seperti <a title="Bangsa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa">bangsa</a> <a title="Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia">Indonesia</a>".<br />Maka dapat diambil kesimpulan bahwa Suku Banjar terbagi 3 subetnis berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfeketif kultural dan genetis yang menggambarkan masuknya penduduk pendatang ke wilayah penduduk asli <a title="Dayak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dayak">Dayak</a>:<br />Banjar Pahuluan adalah campuran Melayu dan Bukit (Bukit sebagai ciri kelompok)<br />Banjar Batangbanyu adalah campuran Melayu, Maanyan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Maanyan sebagai ciri kelompok)<br />Banjar Kuala adalah campuran Melayu, Ngaju, Barangas, Bakumpai, Maanyan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Ngaju sebagai ciri kelompok)<br />Dengan mengambil pendapat <a class="new" title="Idwar Saleh (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Idwar_Saleh&action=edit&redlink=1">Idwar Saleh</a> tentang inti suku Banjar, maka percampuran suku Banjar dengan suku Dayak Ngaju/suku serumpunnya (Kelompok Barito Barat) yang berada di sebelah barat Banjarmasin (<a title="Kalimantan Tengah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah">Kalimantan Tengah</a>) dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Kuala juga. Di sebelah utara <a title="Kalimantan Selatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan">Kalimantan Selatan</a> terjadi percampuran suku Banjar dengan suku Maanyan/suku serumpunnya (Kelompok Barito Timur) seperti Dusun, Lawangan dan <a title="Suku Pasir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Pasir">suku Pasir</a> di <a title="Kalimantan Timur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur">Kalimantan Timur</a> yang juga berbahasa Lawangan, dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Batang Banyu. Percampuran suku Banjar di <a class="mw-redirect" title="Tenggara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggara">tenggara</a> <a title="Kalimantan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan">Kalimantan</a> yang banyak terdapat suku Bukit kita asumsikan sebagai Banjar Pahuluan.<br /><a id="Agama_Islam_dan_suku_Banjar" name="Agama_Islam_dan_suku_Banjar"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Agama Islam dan suku Banjar" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=6">sunting</a>] Agama Islam dan suku Banjar<br />Menurut Alfani Daud (1997:6):"<a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam. Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok Dayak yang ada di sekitarnya, yang umumnya masih menganut <a class="new" title="Religi (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Religi&action=edit&redlink=1">religi</a> sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri, setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat Dayak dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar."<br />Menurut Irfan Noor dalam "Islam dan Universum simbolik Urang Banjar" bahwa : Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tapi ia merupakan konstruksi historis secara sosial suatu kelompok manusia yang menginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada di kepulauan Kalimantan. Selanjutnya menurutnya : Etnik Banjar merupakan bentuk pertemuan berbagai kelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan dari sebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titiuk berangkat pada proses Islamisasi yang dilakukan oleh <a title="Kesultanan Demak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak">Demak</a> sebagai syarat berdirinya <a title="Kesultanan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar">Kesultanan Banjar</a>. Menurtnya pula : "Banjar" sebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakan sebagai sebuah ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepat merupakan identitas yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal.<br /><a id="Suku_Banjar_di_Kalimantan_Timur" name="Suku_Banjar_di_Kalimantan_Timur"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Suku Banjar di Kalimantan Timur" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=7">sunting</a>] Suku Banjar di Kalimantan Timur<br /><a title="Suku" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku">Suku</a> Banjar (Banjar Samarinda) di <a title="Kalimantan Timur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur">Kalimantan Timur</a> sering disebut juga suku <a title="Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a>, merupakan 15 % dari <a class="mw-redirect" title="Populasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi">populasi</a> <a title="Penduduk" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk">penduduk</a>. Suku Banjar terdapat seluruh <a title="Kabupaten" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten">kabupaten</a> dan <a title="Kota" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota">kota</a> di Kaltim. Suku Banjar Kaltim lebih banyak populasinya dibandingkan <a title="Suku Kutai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kutai">suku Kutai</a>, maupun suku <a title="Dayak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dayak">Dayak</a> setempat. Beberapa <a title="Kecamatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecamatan">kecamatan</a> yang terdapat banyak suku Banjarnya misalnya Kecamatan <a title="Kenohan, Kutai Kartanegara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kenohan%2C_Kutai_Kartanegara">Kenohan, Kutai Kartanegara</a> dan <a title="Jempang, Kutai Barat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jempang%2C_Kutai_Barat">Jempang, Kutai Barat</a>, <a title="Samarinda Ulu, Samarinda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samarinda_Ulu%2C_Samarinda">Samarinda Ulu, Samarinda</a>, <a title="Samarinda Ilir, Samarinda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samarinda_Ilir%2C_Samarinda">Samarinda Ilir, Samarinda</a> (<a class="mw-redirect" title="Samarinda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samarinda">Samarinda</a>), <a class="mw-redirect" title="Balikpapan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Balikpapan">Balikpapan</a>, <a title="Tarakan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tarakan">Tarakan</a> dan di muara sungai Kelai, <a title="Berau" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berau">Berau</a>.<br /><a title="Migrasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi">Migrasi</a> suku Banjar (Batang Banyu) ke <a title="Kalimantan Timur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur">Kalimantan Timur</a> terjadi <a title="Tahun" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun">tahun</a> <a title="1565" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1565">1565</a> yaitu orang-orang <a class="mw-redirect" title="Hulu Sungai Utara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hulu_Sungai_Utara">Amuntai</a> yang dipimpin <a class="new" title="Aria Manau (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aria_Manau&action=edit&redlink=1">Aria Manau</a> (ayahanda <a class="new" title="Puteri Petung (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puteri_Petung&action=edit&redlink=1">Puteri Petung</a>) dari <a title="Kerajaan Kuripan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kuripan">Kerajaan Kuripan</a> (versi lainnya dari <a class="new" title="Kerajaan Bagalong (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Bagalong&action=edit&redlink=1">Kerajaan Bagalong</a> di <a title="Kelua" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelua">Kelua</a>, <a title="Tabalong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tabalong">Tabalong</a>) yang merupakan cikal bakal berdirinya <a class="mw-redirect" title="Kerajaan Sadurangas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sadurangas">Kerajaan Sadurangas</a> (<a class="external text" title="http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id02.html" href="http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id02.html" rel="nofollow">Kesultanan Pasir</a>) di daerah <a title="Pasir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pasir">Pasir</a>, selanjutnya suku Banjar juga tersebar di daerah lainnya di <a title="Kalimantan Timur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur">Kalimantan Timur</a>. <a class="new" title="Organisasi Suku Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organisasi_Suku_Banjar&action=edit&redlink=1">Organisasi Suku Banjar</a> di Kalimantan Timur adalah <a class="new" title="Kerukunan Bubuhan Banjar-Kalimantan Timur (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerukunan_Bubuhan_Banjar-Kalimantan_Timur&action=edit&redlink=1">Kerukunan Bubuhan Banjar-Kalimantan Timur</a> (KBB-KT).<br /><a id="Suku_Banjar_di_Kalimantan_Tengah" name="Suku_Banjar_di_Kalimantan_Tengah"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Suku Banjar di Kalimantan Tengah" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=8">sunting</a>] Suku Banjar di Kalimantan Tengah<br />Suku Banjar di <a title="Kalimantan Tengah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah">Kalimantan Tengah</a> sering pula disebut <a class="new" title="Banjar Melayu Pantai (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjar_Melayu_Pantai&action=edit&redlink=1">Banjar Melayu Pantai</a> atau <a class="new" title="Banjar Dayak (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjar_Dayak&action=edit&redlink=1">Banjar Dayak</a> maksudnya suku Banjar yang terdapat di daerah <a title="Dayak Besar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dayak_Besar">Dayak Besar</a> yaitu <a title="Nama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nama">nama</a> lama Kalimantan Tengah. Suku Banjar merupakan <a title="25" href="http://id.wikipedia.org/wiki/25">25</a> % dari <a class="mw-redirect" title="Populasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi">populasi</a> <a title="Penduduk" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk">penduduk</a> dan sebagai suku terbanyak di Kalteng dibanding <a title="Suku Dayak Ngaju" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju">suku Dayak Ngaju</a>, <a title="Suku Dayak Bakumpai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bakumpai">suku Dayak Bakumpai</a>, <a class="new" title="Suku Dayak Sampit (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Dayak_Sampit&action=edit&redlink=1">Suku Dayak Sampit</a> dan lain-lain. Perkampungan suku Banjar Kalteng terutama terdapat daerah <a title="Kuala" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuala">kuala</a> dari <a class="new" title="Sungai Mentaya (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Mentaya&action=edit&redlink=1">sungai Mentaya</a>, <a class="mw-redirect" title="Kotawaringin Timur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kotawaringin_Timur">Kotawaringin Timur</a> dan <a class="new" title="Sungai Seruyan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Seruyan&action=edit&redlink=1">sungai Seruyan</a>, <a class="mw-redirect" title="Seruyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seruyan">Seruyan</a> misalnya desa Tanjungrangas dan Pematangpanjang.<br /><a title="Migrasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi">Migrasi</a> suku Banjar (Banjar Kuala) ke <a title="Kalimantan Tengah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah">Kalimantan Tengah</a> terutama terjadi pada <a title="Masa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masa">masa</a> <a class="mw-redirect" title="Pemerintahan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan">pemerintahan</a> <a title="Sultan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan">Sultan</a> Banjar IV yaitu <a class="new" title="Raja Maruhum (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raja_Maruhum&action=edit&redlink=1">Raja Maruhum</a> atau <a class="new" title="Sultan Musta'inbillah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sultan_Musta%27inbillah&action=edit&redlink=1">Sultan Musta'inbillah</a> (<a title="1650" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1650">1650</a>-<a title="1672" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1672">1672</a>), yang telah mengijinkan berdirinya <a class="mw-redirect" title="Kesultanan Kotawaringin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kotawaringin">Kesultanan Kotawaringin</a> dengan rajanya yang pertama [[Pangeran Adipati <a class="new" title="Antakusuma (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antakusuma&action=edit&redlink=1">Antakusuma</a>.<br />Suku Banjar yang datang dari <a title="Lembah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lembah">lembah</a> <a class="new" title="Sungai Negara (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Negara&action=edit&redlink=1">sungai Negara</a> (wilayah Batang Banyu) terutama orang Negara (urang Nagara) yang datang dari Kota Negara (bekas ibukota <a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">Kerajaan Negara Daha</a>), kecamatan Daha Selatan, <a class="mw-redirect" title="Hulu Sungai Selatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hulu_Sungai_Selatan">Hulu Sungai Selatan</a> telah cukup <a class="new" title="Lama (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lama&action=edit&redlink=1">lama</a> mendiami <a title="Wilayah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah">wilayah</a> <a title="Kahayan Kuala, Pulang Pisau" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kahayan_Kuala%2C_Pulang_Pisau">Kahayan Kuala, Pulang Pisau</a>, yang kemudian disusul orang Kelua (urang Kalua) dari <a title="Tabalong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tabalong">Tabalong</a> dan orang <a title="Hulu Sungai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hulu_Sungai">Hulu Sungai</a> lainnya mendiami daerah yang telah dirintis oleh orang Negara. <a class="new" title="Puak (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puak&action=edit&redlink=1">Puak</a>-puak suku Banjar ini akhirnya melakukan <a class="mw-redirect" title="Perkawinan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan">perkawinan</a> campur dengan suku Dayak Ngaju setempat dan mengembangkan agama Islam di daerah tersebut.<br />Sedangkan <a title="Migrasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi">migrasi</a> suku Banjar ke wilayah <a title="Barito" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barito">Barito</a>, Kalimantan Tengah terutama pada masa perjuangan <a class="new" title="Pangeran Antasari (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Antasari&action=edit&redlink=1">Pangeran Antasari</a> melawan <a title="Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a> sekitar tahun <a title="1860" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1860">1860</a>-an. Suku-suku Dayak di wilayah <a class="mw-redirect" title="Barito Utara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barito_Utara">Barito</a> mengangkat <a title="Pangeran" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran">Pangeran</a> <a title="Antasari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antasari">Antasari</a> (Gusti Inu Kartapati) sebagai raja dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin berkedudukan di <a class="mw-redirect" title="Puruk Cahu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Puruk_Cahu">Puruk Cahu</a> (<a class="mw-redirect" title="Murung Raya" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Murung_Raya">Murung Raya</a>), setelah mangkat beliau perjuangannya dilanjutkan oleh putranya yang bergelar <a class="new" title="Sultan Muhammad Seman (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sultan_Muhammad_Seman&action=edit&redlink=1">Sultan Muhammad Seman</a>.<br /><a id="Suku_Banjar_di_Jawa_Tengah" name="Suku_Banjar_di_Jawa_Tengah"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Suku Banjar di Jawa Tengah" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=9">sunting</a>] Suku Banjar di Jawa Tengah<br /><a class="image" title="Masjid-Kampung Banjar Semarang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Masjid-Kampung-Banjar-Semarang.jpg"></a><br /><a class="internal" title="Perbesar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Masjid-Kampung-Banjar-Semarang.jpg"></a>Masjid-Kampung Banjar Semarang<br /><a class="image" title="Kampung Banjar, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Kampung-Banjar-Semarang.jpg"></a><br /><a class="internal" title="Perbesar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Kampung-Banjar-Semarang.jpg"></a>Kampung Banjar, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara<br />Suku Banjar di <a title="Jawa Tengah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah">Jawa Tengah</a> hanya berkisar 10.000 jiwa, jadi tidak sebanyak di <a title="Jambi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi">Jambi</a>, <a title="Riau" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Riau">Riau</a> dan <a title="Sumatera Utara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara">Sumatera Utara</a>. Suku Banjar terutama bermukim di <a title="Kota Semarang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang">Kota Semarang</a> dan <a title="Kota Surakarta" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta">Kota Surakarta</a>. Di Semarang suku Banjar (dahulu) kebanyakan bermukim di Kampung Banjar di Kelurahan <a class="new" title="Dadapsari, Semarang Utara, Semarang (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dadapsari%2C_Semarang_Utara%2C_Semarang&action=edit&redlink=1">Dadapsari, Semarang Utara, Semarang</a>. Dahulu kampung ini merupakan wilayah kelurahan <a title="Banjarsari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarsari">Banjarsari</a>, Kecamatan Semarang Tengah yang telah dilikuidasi karenanya adanya penataan wilayah administrasif kota Semarang. Migrasi suku Banjar ke kota Semarang kira-kira pada akhir abad ke-19 dan bermukim di sebelah barat kali Semarang berdekatan dengan kampung Melayu (Ex. Kelurahan <a class="new" title="Mlayu Darat (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mlayu_Darat&action=edit&redlink=1">Mlayu Darat</a> yang telah dilikuidasi). Di wilayah ini suku Banjar membaur dengan suku lainnya seperti <a class="mw-redirect" title="Suku Arab-Indonesia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Arab-Indonesia">suku Arab-Indonesia</a>, <a title="Gujarat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gujarat">Gujarat</a>, <a title="Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu">Melayu</a>, <a title="Suku Bugis" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis">Bugis</a> dan <a title="Suku Jawa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa">suku Jawa</a> setempat. Keunikan suku Banjar di kampung ini , mereka mendirikan rumah panggung (<a title="Rumah Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Banjar">rumah ba-anjung</a>) seperti di daerah asalnya, tetapi sayang kebayakan rumah tersebut sudah mulai tergusur karena kondisi yang sudah tua maupun faktor alam (air pasang, rob) yang nyaris menenggelamkan kawasan ini akibat banjir pasang air laut. Sedangkan di Surakarta suku Banjar kebanyakan bermukim di Kampung Jayengan. Suku Banjar di Surakarta memiliki yayasan Darussalam, yang diambil dari nama Pesantren terkenal yang ada di kota Martapura. Kebanyakan suku Banjar di Jawa Tengah merupakan generasi ke-5 dari <a class="new" title="Keturunan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keturunan&action=edit&redlink=1">keturunan</a> Martapura, Kabupaten <a title="Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjar">Banjar</a>. Tokoh suku Banjar di Jawa Tengah adalah (alm) Drs. Rivai Yusuf asal Martapura, yang pernah menjabat <a title="Bupati" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bupati">Bupati</a> <a class="mw-redirect" title="Pemalang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemalang">Pemalang</a> dan Kepala Dinas Perlistrikan Jawa Tengah. Beliau juga ketua <a class="new" title="Ikatan Keluarga Kalimantan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_Keluarga_Kalimantan&action=edit&redlink=1">Ikatan Keluarga Kalimantan</a> ke-1, saat ini dijabat Bp. H Akwan dari <a title="Kalimantan Barat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat">Kalimantan Barat</a>. Di samping itu ada pula <a class="new" title="Ikatan Keluarga Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikatan_Keluarga_Banjar&action=edit&redlink=1">Ikatan Keluarga Banjar</a> di Semarang, yang diketuai H. Karim Bey Widaserana dari <a title="Barabai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barabai">Barabai</a>.<br /><a id="Suku_Banjar_di_Sumatera_dan_Malaysia" name="Suku_Banjar_di_Sumatera_dan_Malaysia"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Suku Banjar di Sumatera dan Malaysia" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=10">sunting</a>] Suku Banjar di Sumatera dan Malaysia<br />Suku Banjar yang tinggal di <a class="mw-redirect" title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a> dan <a title="Malaysia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia">Malaysia</a> merupakan <a title="Anak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anak">anak</a>, <a class="new" title="Cucu (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cucu&action=edit&redlink=1">cucu</a>, <a class="new" title="Intah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Intah&action=edit&redlink=1">intah</a>, <a class="new" title="Piat (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Piat&action=edit&redlink=1">piat</a> dari para <a class="mw-redirect" title="Imigran" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Imigran">imigran</a> <a class="mw-redirect" title="Etnis" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Etnis">etnis</a> Banjar yang datang dalam <a class="mw-redirect" title="Tiga" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiga">tiga</a> gelombang <a title="Migrasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi">migrasi</a> besar. Pertama, pada tahun <a title="1780" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1780">1780</a> terjadi migrasi besar-besaran ke pulau Sumatera. Etnis Banjar yang menjadi <a class="new" title="Emigran (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Emigran&action=edit&redlink=1">emigran</a> ketika itu adalah para pendukung <a class="new" title="Pangeran Amir (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Amir&action=edit&redlink=1">Pangeran Amir</a> yang menderita kekalahan dalam perang saudara antara sesama <a title="Bangsawan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsawan">bangsawan</a> Kerajaan Banjar, yakni Pangeran <a class="new" title="Tahmidullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahmidullah&action=edit&redlink=1">Tahmidullah</a>. Mereka harus melarikan diri dari <a title="Wilayah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah">wilayah</a> <a class="mw-redirect" title="Kerajaan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Banjar">Kerajaan Banjar</a> karena sebagai musuh <a title="Politik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik">politik</a> mereka sudah dijatuhi hukuman mati. Kedua, pada tahun <a title="1862" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1862">1862</a> terjadi lagi migrasi besar-besaran ke pulau <a class="mw-redirect" title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a>. Etnis Banjar yang menjadi imigrannya kali adalah para pendukung <a title="Pangeran" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran">Pangeran</a> <a title="Antasari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antasari">Antasari</a> dalam kemelut <a class="new" title="Perang Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perang_Banjar&action=edit&redlink=1">Perang Banjar</a>. Mereka harus melarikan diri dari pusat pemerintahan Kerajaan Banjar di kota Martapura karena posisi mereka terdesak sedemikian rupa. Pasukan <a title="Residen" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Residen">Residen</a> Belanda yang menjadi musuh mereka dalam <a class="new" title="Perang Banjar (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perang_Banjar&action=edit&redlink=1">Perang Banjar</a> yang sudah menguasai kota-kota besar di wilayah Kerajaan Banjar. Ketiga, pada tahun <a title="1905" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1905">1905</a> etnis Banjar kembali melakukan <a title="Migrasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi">migrasi</a> besar-besaran ke <a title="Pulau" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau">pulau</a> Sumatera. Kali ini mereka terpaksa melakukannya karena <a class="new" title="Sultan Muhammad Seman (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sultan_Muhammad_Seman&action=edit&redlink=1">Sultan Muhammad Seman</a> yang menjadi <a title="Monarki" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki">Raja</a> di <a class="mw-redirect" title="Kerajaan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Banjar">Kerajaan Banjar</a> ketika itu mati <a title="Syahid" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Syahid">syahid</a> di tangan <a title="Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a>.<br />Migrasi suku Banjar ke <a class="mw-redirect" title="Sumatera" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera">Sumatera</a> khususnya ke <a class="mw-redirect" title="Tembilahan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembilahan">Tembilahan</a>, <a class="mw-redirect" title="Indragiri Hilir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indragiri_Hilir">Indragiri Hilir</a> sekitar tahun <a title="1885" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1885">1885</a> di masa pemerintahan <a class="new" title="Sultan Isa (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sultan_Isa&action=edit&redlink=1">Sultan Isa</a>, <a title="Monarki" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki">raja</a> Indragiri sebelum <a title="Monarki" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki">raja</a> yang terakhir. Tokoh etnis Banjar yang terkenal dari daerah ini adalah <a class="new" title="Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Syekh_Abdurrahman_Siddiq_Al_Banjari&action=edit&redlink=1">Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari</a> (<a class="new" title="Tuan Guru Sapat (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tuan_Guru_Sapat&action=edit&redlink=1">Tuan Guru Sapat</a>/Datu Sapat) yang berasal dari <a title="Martapura, Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martapura%2C_Banjar">Martapura, Banjar</a> yang menjabat sebagai <a title="Mufti" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mufti">Mufti</a> <a title="Kerajaan Indragiri" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Indragiri">Kerajaan Indragiri</a>.<br />Keadaan mayarakat Kalimantan Selatan antara tahun 1900-1942 :Pada tahun 1905 perlawanan terakhir para <a title="Gusti" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gusti">gusti</a> (gelar bangsawan Banjar) ditumpas, tetapi sisa-sisanya masih mengadakan perlawanan kecil-kecilan yang cukup membahayakan Belanda. Kerja rodi (bahasa Banjar : erakan) dan pajak kepala yang dianggap sangat memberatkan, mengakibatkan dalam periode ini banyak sekali orang Banjar terutama dari <a title="Hulu Sungai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hulu_Sungai">Hulu Sungai</a> mengungsi keluar Kalimantan Selatan pergi ke Sumatera dan <a class="mw-redirect" title="Malaysia Barat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia_Barat">Malaysia Barat</a>. Terhadap tekanan rodi menimbulkan keresahan sosial dan perlawanan dari <a title="Anak cucu orang sepuluh" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_cucu_orang_sepuluh">anak cucu orang sepuluh</a> <a title="Amuntai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amuntai">Amuntai</a>, pemberontakan <a title="Nanang Sanusi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nanang_Sanusi">Nanang Sanusi</a> (<a title="1914" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1914">1914</a>-<a title="1918" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1918">1918</a>), dan pemberontakan <a class="new" title="Gusti Barmawi (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gusti_Barmawi&action=edit&redlink=1">Gusti Barmawi</a> di <a title="Kelua, Tabalong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelua%2C_Tabalong">Kelua, Tabalong</a>. Antara tahun 1914-1919 akibat perang dunia I, Kalimantan Selatan kekurangan beras yang luar biasa, hingga terkenal dengan nama "zaman beras larang" dan "zaman antri beras", hidup rakyat menjadi sangat susah sekali. Sejak tahun 1920-an, akibat rodi ini telah pindah banyak sekali penduduk <a title="Hulu Sungai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hulu_Sungai">Hulu Sungai</a> ke daerah Sapat dan <a title="Tembilahan, Indragiri Hilir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembilahan%2C_Indragiri_Hilir">Tembilahan, Indragiri Hilir</a>, di pantai timur Sumatera dan Malaysia. Kejengkelan rakyat terhadap segala pajak, landrente, pajak pasar, pajak yang dikenakan pada orang yang naik haji, dan kerja rodi (bahasa Banjar : erakan) pada masa itu juga telah diajukan keberatan-keberatan melalui organisasi <a title="Sarekat Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarekat_Islam">Sarekat Islam</a> maupun organisasi lainnya yang ada di daerah ini. Rakyat mengetahui bahwa otonomi dalam bentuk <a title="Gemeente" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gemeente">Gemeente</a> raad yang diberikan pemerintah kolonial hanyalah untuk kepentingan orang-orang kulit putih semata. Dalam bidang pendidikan dirasakan tekanan-tekanan politik terhadap sekolah-sekolah swasta seperti Taman Siswa dan sejenisnya. Dalam bidang politik, partai-partai non koperasi atau bukan keduanya mengalami tekanan yang berat sehingga partai-partai non koperasi menjadi lumpuh. Demikian pula partai-partai penggantinya yang bersifat koperasi seperti Parindra dan Gerindo juga mengalami berbagai tekanan seperti yang dialami tokoh Parindra Kalsel, <a title="Ahmad Barmawi Thaib" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Barmawi_Thaib">Ahmad Barmawi Thaib</a> dan <a title="Hadhariyah M" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hadhariyah_M">Hadhariyah M</a><br />Banyak suku Banjar juga bermigrasi ke <a title="Malaysia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia">Malaysia</a> antara lain ke negeri <a title="Kedah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kedah">Kedah</a>, <a class="mw-redirect" title="Perak Darul Ridzuan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak_Darul_Ridzuan">Perak</a> ( <a title="Kerian" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerian">Kerian</a>, <a class="new" title="Sungai Manik (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Manik&action=edit&redlink=1">Sungai Manik</a>, <a class="new" title="Bagan Datoh (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bagan_Datoh&action=edit&redlink=1">Bagan Datoh</a>), <a title="Selangor" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selangor">Selangor</a>(<a title="Sabak Bernam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sabak_Bernam">Sabak Bernam</a>, <a class="mw-redirect" title="Tanjung Karang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Karang">Tanjung Karang</a>), <a title="Johor" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Johor">Johor</a>(<a class="mw-redirect" title="Batu Pahat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Pahat">Batu Pahat</a>) dan juga negeri <a title="Sabah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sabah">Sabah</a> (<a title="Sandakan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sandakan">Sandakan</a>, <a class="new" title="Tenom (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tenom&action=edit&redlink=1">Tenom</a>, <a class="new" title="Keningau (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keningau&action=edit&redlink=1">Keningau</a>, <a title="Tawau" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tawau">Tawau</a>) yang disebut <a class="new" title="Banjar Melau (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjar_Melau&action=edit&redlink=1">Banjar Melau</a>. <a class="mw-redirect" title="Tokoh" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tokoh">Tokoh</a> <a class="mw-redirect" title="Etnis" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Etnis">etnis</a> Banjar yang terkenal dari <a title="Malaysia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia">Malaysia</a> adalah Syekh Husein Kedah Al Banjari, mufti Kerajaan Kedah. Salah satu etnis tokoh Banjar dari <a title="Malaysia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia">Malaysia</a> yang terkenal saat ini adalah Dato Seri (DR) Harussani bin Haji Zakaria yang menjadi <a title="Mufti" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mufti">Mufti</a> Kerajaan Negeri <a title="Perak, Malaysia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak%2C_Malaysia">Perak</a>. Daerah (setingkat <a title="Kabupaten" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten">kabupaten</a>) yang paling banyak terdapat etnis Banjar di Malaysia adalah <a title="Daerah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah">Daerah</a> <a title="Kerian" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerian">Kerian</a> di <a class="new" title="Negeri (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Negeri&action=edit&redlink=1">Negeri</a> Perak Darul Ridzuan. Organisasi suku Banjar di Malaysia adalah <a class="external text" title="http://www.geocities.com/Tokyo/Palace/5830/Pbanjar.htm" href="http://www.geocities.com/Tokyo/Palace/5830/Pbanjar.htm" rel="nofollow">Pertubuhan Banjar Malaysia</a><br /><a id="Lihat_pula" name="Lihat_pula"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Lihat pula" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=11">sunting</a>] Lihat pula<br /><a class="mw-redirect" title="Penyebaran Suku Bangsa Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_Suku_Bangsa_Banjar">Penyebaran Suku Bangsa Banjar</a><br /><a title="Ulama Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama_Banjar">Ulama Banjar</a><br /><a class="mw-redirect" title="Populasi Suku Bangsa Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_Suku_Bangsa_Banjar">Populasi Suku Bangsa Banjar</a><br /><a title="Bubuhan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bubuhan">Bubuhan</a><br /><a title="Persaudaraan Suku Banjar dengan Suku Dayak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persaudaraan_Suku_Banjar_dengan_Suku_Dayak">Persaudaraan Suku Banjar dengan Suku Dayak</a><br /><a class="mw-redirect" title="Seni Tradisional Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Tradisional_Banjar">Seni Tradisional Banjar</a><br /><a class="mw-redirect" title="Kerajaan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Banjar">Kerajaan Banjar</a><br /><a title="Organisasi suku Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_suku_Banjar">Organisasi suku Banjar</a><br /><a title="Kabupaten Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banjar">Kabupaten Banjar</a><br /><a title="Kota Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin">Kota Banjarmasin</a><br /><a title="Kota Banjarbaru" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarbaru">Kota Banjarbaru</a><br /><a id="Literatur" name="Literatur"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Literatur" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Banjar&action=edit&section=12">sunting</a>] Literatur<br /><a title="Alfani Daud" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alfani_Daud">Alfani Daud</a>, Islam dan Masyarakat Banjar; Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, (Jakarta: Rajawali Press, 1997).<br />J.J. Rass, Hikajat Bandjar:A Study in Malay Histiography, (The Hague : Martinus Nijhoff), 1968<br />Tjilik Riwut, Kalimantan Memanggil, Djakarta:Penerbit Endang, 1957.<br />Idwar Saleh, Sejarah bandjarmasin:Selajang Pandang Mengenai Bnagkitnja Keradjaan Bandjarmasin, Posisi, Funksi dan Artinja Dalam Sedjarah Indonesia Dalam Abad Ketudjuh Belas. Bandung: Balai Pendidikan Guru. 1958<br />Rumah Tradisional Banjar: Rumah Bubungan Tinggi, Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Museum Negeri Lambung Mangkurat, 1984<br />M. Gazali Usman, Kerajaan Banjar:Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam, Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press, 1994.<br />Jurnal Kebudayaan:KANDIL, Melintas Tradisi, Edisi 6, Tahun II, Agustus-Oktober, 2004 ISSN: 1693-3206<br />Arthum Artha, Naskah Kitab Undang Undang Sultan Adam 1825, Banjarmasin: Penerbit Murya Artha, 1988selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-13830336657355631242008-06-13T01:16:00.000-07:002008-06-13T18:54:22.465-07:00KESULTANAN BANJARKesultanan Banjar (24 September 1526 s.d 11 Juni 1860) adalah <a title="Kesultanan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan">kesultanan</a> yang terdapat di <a class="mw-redirect" title="Kalimantan Selatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan">Kalimantan Selatan</a>. Kesultanan ini semula beribukota di <a class="mw-redirect" title="Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin">Banjarmasin</a> kemudian dipindahkan ke <a title="Martapura" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martapura">Martapura</a> dan sekitarnya (<a title="Kabupaten Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banjar">kabupaten Banjar</a>). Ketika beribukota di Martapura disebut juga <a class="mw-redirect" title="Kerajaan Kayu Tangi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kayu_Tangi">Kerajaan Kayu Tangi</a>.<br />Ketika ibukotanya masih di <a class="mw-redirect" title="Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin">Banjarmasin</a>, maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari <a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">Kerajaan Negara Daha</a> yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan <a title="Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daha_Selatan%2C_Hulu_Sungai_Selatan">Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan</a> dan terakhir ibukotanya di Marampiau, <a title="Distrik Margasari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Distrik_Margasari">Margasari</a>.<br />Daftar isi[<a class="internal" id="togglelink" href="javascript:toggleToc()">sembunyikan</a>]<br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#Sejarah">1 Sejarah</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#Surat_Kepada_Sultan_Demak_.28Sultan_Trenggono.29">1.1 Surat Kepada Sultan Demak (Sultan Trenggono)</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#Raja-raja_Banjarmasin">2 Raja-raja Banjarmasin</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#Nama-Nama_Sultan_Banjar">3 Nama-Nama Sultan Banjar</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#Tokoh_dan_Peranan">4 Tokoh dan Peranan</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar#Pranala">5 Pranala</a><br />//<br /><a id="Sejarah" name="Sejarah"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Sejarah" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Banjar&action=edit&section=1">sunting</a>] Sejarah<br />Di Kalimantan Selatan telah berdiri suatu pemerintahan dari dinasati kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam <a class="mw-redirect" title="Hindia Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda">Hindia Belanda</a> sejak <a title="11 Juni" href="http://id.wikipedia.org/wiki/11_Juni">11 Juni</a> <a title="1860" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1860">1860</a>, yaitu :<br />Keraton I disebut <a title="Kerajaan Kuripan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kuripan">Kerajaan Kuripan</a>/<a class="new" title="Kerajaan Tanjung Puri (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Tanjung_Puri&action=edit&redlink=1">Kerajaan Tanjung Puri</a><br />Keraton II disebut <a class="new" title="Kerajaan Negara Dipa (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Negara_Dipa&action=edit&redlink=1">Kerajaan Negara Dipa</a><br />Keraton III disebut <a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">Kerajaan Negara Daha</a><br />Keraton IV disebut Kesultanan Banjar<br /><a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">Kerajaan Negara Daha</a> merupakan kelanjutan dari <a class="new" title="Kerajaan Negara Dipa (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Negara_Dipa&action=edit&redlink=1">Kerajaan Negara Dipa</a>, <a title="Kerajaan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan">kerajaan</a> <a class="mw-redirect" title="Hindu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu">Hindu</a> yang berkedudukan di kota <a title="Amuntai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amuntai">Amuntai</a>, <a class="mw-redirect" title="Hulu Sungai Utara" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hulu_Sungai_Utara">Hulu Sungai Utara</a>. Menurut Hikayat Banjar, Kerajaan ini pernah dipimpin seorang <a class="new" title="Raja Puteri (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raja_Puteri&action=edit&redlink=1">Raja Puteri</a> bernama <a title="Puteri Junjung Buih" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Puteri_Junjung_Buih">Puteri Junjung Buih</a> yang kemudian menikah dengan seorang <a title="Pangeran" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran">pangeran</a> <a title="Majapahit" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit">Majapahit</a> bernama <a class="new" title="Pangeran Suryanata (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Suryanata&action=edit&redlink=1">Pangeran Suryanata</a> (Raden Putra).<br />Sebelum Kerajaan Negara Dipa sudah berdiri sebelumnya <a class="new" title="Kerajaan Tanjung Puri (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Tanjung_Puri&action=edit&redlink=1">Kerajaan Tanjung Puri</a>, yang berada di <a class="new" title="Kota Tanjung (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kota_Tanjung&action=edit&redlink=1">kota Tanjung</a>, <a title="Tabalong" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tabalong">Tabalong</a> yang didirikan <a title="Suku Melayu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu">suku Melayu</a> dan <a class="new" title="Kerajaan Nan Sarunai (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Nan_Sarunai&action=edit&redlink=1">Kerajaan Nan Sarunai</a> yang didirikan <a title="Suku Dayak Maanyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Maanyan">suku Dayak Maanyan</a> di lembah <a class="new" title="Sungai Tabalong (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Tabalong&action=edit&redlink=1">sungai Tabalong</a>.<br />Kerajaan Nan Sarunai masih merupakan kerajaan satu <a class="new" title="Etnik (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Etnik&action=edit&redlink=1">etnik</a> tertentu saja (Maanyan), sedangkan Kerajaan Negara Dipa merupakan kerajaan multi-etnik pertama di daerah ini.<br /><a id="Surat_Kepada_Sultan_Demak_.28Sultan_Trenggono.29" name="Surat_Kepada_Sultan_Demak_.28Sultan_Trenggono.29"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Surat Kepada Sultan Demak (Sultan Trenggono)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Banjar&action=edit&section=2">sunting</a>] Surat Kepada Sultan Demak (<a title="Sultan Trenggono" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Trenggono">Sultan Trenggono</a>)<br />Datang Patih Balit itu membawa surat Sultan Demak, maka disuruh baca oleh <a title="Mangkubumi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mangkubumi">Mangkubumi</a>. Bunyinya:”Salam sembah putra andika pangeran di Banjarmasih sampai kepada Sultan Demak. Putra andika mencatu nugraha tatulung bantu tatayang sampiyan, karena putra andika barabut karajaan lawan patuha itu namanya Pangeran Tumenggung. Tiada dua-dua putra andika mancatu nugraha tatulung bantu tatayang sampiyan. Adapun lamun manang putra andika mangawula kepada andika. Maka persembahan putra andika: intan sapuluh, pekat saribu gulung, tatudung saribu buah, damar batu saribu kindai, jaranang sapuluh pikul, lilin sapuluh pikul.Demikianlah bunyinya surat itu. Maka sembah Patih Balit: ”Tiada dua-dua yang diharap putra andika nugraha sampiyan itu”. Banyak tiada tersebut. Maka kata Sultan Demak: Mau aku itu membantu lamun anakku Raja Banjarmasih itu masuk Islam. Lamun tiada masuk Islam tidak mau aku bertulung. Patih Balit kembali dahulu berkata demikian, maka kata Patih Balit: ”hinggih”. (J.J. Ras, Hikajat Bandjar: A Study in Malay Histiographi,…hlm 428)<br /><a id="Raja-raja_Banjarmasin" name="Raja-raja_Banjarmasin"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Raja-raja Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Banjar&action=edit&section=3">sunting</a>] Raja-raja Banjarmasin<br />Raja I adalah Sultan Suriansyah, dimakamkan di <a title="Komplek Makam Sultan Suriansyah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komplek_Makam_Sultan_Suriansyah">Komplek Makam Sultan Suriansyah</a><br />Raja II adalah Sultan Rahmatullah, dimakamkan di <a title="Komplek Makam Sultan Suriansyah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komplek_Makam_Sultan_Suriansyah">Komplek Makam Sultan Suriansyah</a><br />Raja III adalah Sultan Hidayatullah, dimakamkan di <a title="Komplek Makam Sultan Suriansyah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komplek_Makam_Sultan_Suriansyah">Komplek Makam Sultan Suriansyah</a><br />Raja IV adalah Sultan Mustainbillah<br />Raja V adalah Sultan Inayatullah, dimakamkan di Kampung Keraton, <a title="Martapura, Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martapura%2C_Banjar">Martapura, Banjar</a><br />Raja VI adalah Sultan Saidullah<br />Raja VII adalah Sultan Tahalidullah<br />Raja VIII adalah Sultan Amirullah Bagus Kusuma<br />Raja IX adalah Sultan Agung<br />Raja X adalah Sultan Amirullah Bagus Kusuma (kedua kali)<br />Raja XI adalah Sultan Hamidullah<br />Raja XII adalah Sultan Tamjidullah<br />Raja XIII adalah Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah<br />Raja XIV adalah Susuhunan Nata Alam<br />Raja XV adalah Sultan Sulaiman Saidullah<br />Raja XVI adalah Sultan Adam Alwasikh Billah, dimakamkan di Kampung <a title="Jawa, Martapura, Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa%2C_Martapura%2C_Banjar">Jawa, Martapura, Banjar</a><br />Raja XVII adalah Sultan Tamjidullah Alwasikh Billah<br /><a class="image" title="Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar." href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Makam_Sultan_Sulaiman_Karang_Intan.JPG"></a><br /><a class="internal" title="Perbesar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Makam_Sultan_Sulaiman_Karang_Intan.JPG"></a>Makam Sultan <a class="new" title="Sulaiman Saidullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sulaiman_Saidullah&action=edit&redlink=1">Sulaiman Saidullah</a> di Desa <a title="Lihung, Karang Intan, Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lihung%2C_Karang_Intan%2C_Banjar">Lihung, Karang Intan, Banjar</a>.<br /><a id="Nama-Nama_Sultan_Banjar" name="Nama-Nama_Sultan_Banjar"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Nama-Nama Sultan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Banjar&action=edit&section=4">sunting</a>] Nama-Nama Sultan Banjar<br />No.<br />Masa<br />Sultan<br />K e t e r a n g a n<br />1<br /><a title="1520" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1520">1520</a>-<a title="1550" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1550">1550</a><br />Sultan <a title="Suriansyah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suriansyah">Suriansyah</a><br />*Raja pertama Kesultanan Banjar yang mendirikan kerajaannya di <a title="Kuin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuin">Kuin</a>, <a class="mw-redirect" title="Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjarmasin">Banjarmasin</a> memeluk <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> <a title="24 September" href="http://id.wikipedia.org/wiki/24_September">24 September</a> <a title="1526" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1526">1526</a> digelari <a class="new" title="Sunan Batu Abang (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunan_Batu_Abang&action=edit&redlink=1">Sunan Batu Abang</a>, beliau cucu <a title="Maharaja" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maharaja">Maharaja</a> <a class="new" title="Sukarama (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sukarama&action=edit&redlink=1">Sukarama</a> dari <a title="Kerajaan Negara Daha" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Negara_Daha">Kerajaan Negara Daha</a>.<br />2<br /><a title="1550" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1550">1550</a>-<a title="1570" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1570">1570</a><br />Sultan <a title="Rahmatullah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rahmatullah">Rahmatullah</a><br />Gelar lain : <a class="mw-redirect" title="Panembahan Batu Putih" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panembahan_Batu_Putih">Panembahan Batu Putih</a>.<br />3<br /><a title="1570" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1570">1570</a>-<a title="1595" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1595">1595</a><br />Sultan <a title="Hidayatullah dari Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hidayatullah_dari_Banjar">Hidayatullah</a><br />Gelar lain : <a class="mw-redirect" title="Panembahan Batu Irang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panembahan_Batu_Irang">Panembahan Batu Irang</a>;<br />4<br /><a title="1595" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1595">1595</a>-<a title="1620" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1620">1620</a><br />Sultan <a class="new" title="Mustainbillah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mustainbillah&action=edit&redlink=1">Mustainbillah</a><br />Gelar lain : Marhum Panembahan/Panembahan Marhum/Mustakim Billah/Musta Ayinubillah/Mustain Allah/Mustain Ziullah/Raja Maruhum.<br />5<br /><a title="1620" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1620">1620</a>-<a title="1637" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1637">1637</a><br />Sultan <a class="new" title="Inayatullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Inayatullah&action=edit&redlink=1">Inayatullah</a><br />Gelar lain : Ratu Agung/Ratu Lama.<br />6<br /><a title="1637" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1637">1637</a>-<a title="1642" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1642">1642</a><br /><a class="new" title="Saidullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saidullah&action=edit&redlink=1">Saidullah</a>(Said Allah)<br />Gelar lain : Wahidullah/Ratu Anum/Ratu Anumdullah.<br />7<br /><a title="1642" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1642">1642</a>-<a title="1660" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1660">1660</a><br /><a class="new" title="Tahlilullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahlilullah&action=edit&redlink=1">Tahlilullah</a> (Tahlil Allah)<br />Gelar lain :Pangeran Tapasana/Pangeran Mangkubumi/Rakyat Allah/Pangeran Ratu/Panembahan Sepuh/Tahalidullah.<br />8<br /><a title="1660" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1660">1660</a>-<a title="1663" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1663">1663</a><br /><a class="new" title="Amirullah Bagus Kusuma (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amirullah_Bagus_Kusuma&action=edit&redlink=1">Amirullah Bagus Kusuma</a><br />* Nama lain : Tahmidullah (Tahmidullah I)/Panembahan Kuning<br /><br />9<br /><a title="1663" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1663">1663</a>-<a title="1679" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1679">1679</a><br /><a class="new" title="Pangeran Dipati Anom (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Dipati_Anom&action=edit&redlink=1">Pangeran Dipati Anom</a>(Sultan Agung)<br />* Mengkudeta Amirullah Bagus Kusuma dengan bantuan suku Biaju, memindahkan pemerintahan ke <a title="Sungai" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai">Sungai</a> <a title="Pangeran, Banjarmasin Utara, Banjarmasin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran%2C_Banjarmasin_Utara%2C_Banjarmasin">Pangeran, Banjarmasin Utara, Banjarmasin</a>. Gelar lain : Pangeran Surianata<br />10<br /><a title="1680" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1680">1680</a>-±<a title="1700" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1700">1700</a><br /><a class="new" title="Amirullah Bagus Kusuma (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amirullah_Bagus_Kusuma&action=edit&redlink=1">Amirullah Bagus Kusuma</a><br />* Naik tahta kedua kalinya setelah merebut kembali dari Sultan Agung<br />11<br />±<a title="1700" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1700">1700</a>-<a title="1734" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1734">1734</a><br />Sultan <a class="new" title="Hamidullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hamidullah&action=edit&redlink=1">Hamidullah</a><br />Gelar lain : Sultan Kuning<br />12<br /><a title="1734" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1734">1734</a>-<a title="1759" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1759">1759</a><br />Sultan <a class="new" title="Tamjidullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tamjidullah&action=edit&redlink=1">Tamjidullah</a> (Tamjidullah I)<br /><br />13<br /><a title="1759" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1759">1759</a>-<a title="1761" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1761">1761</a><br />Sultan <a class="new" title="Muhammad Aliuddin Aminullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Aliuddin_Aminullah&action=edit&redlink=1">Muhammad Aliuddin Aminullah</a><br />* Mengkudeta pamannya Sultan Tamjidullah. Gelar lain : Sultan Aminullah/Muhammad Iya'uddin Aminullah/Muhammad Iya'uddin Amir ulatie<br />14<br /><a title="1761" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1761">1761</a>-<a title="1801" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1801">1801</a><br /><a class="new" title="Panembahan Kaharuddin Halilullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Panembahan_Kaharuddin_Halilullah&action=edit&redlink=1">Panembahan Kaharuddin Halilullah</a><br />* Semula sebagai wali <a class="mw-redirect" title="Putra Mahkota" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Putra_Mahkota">Putra Mahkota</a>, tetapi mengangkat dirinya sebagai Sultan. Gelar lain : Sultan Tahmidullah II/ Susuhunan Nata Alam (1772)/Pangeran Nata Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah(<a title="1762" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1762">1762</a>)/Amirul Mu'minin Abdullah(1762)/Sulaiman Saidullah(1787)/Panembahan Batu (<a title="1797" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1797">1797</a>)/Panembahan Anum. Mengadakan kontrak dengan <a class="mw-redirect" title="Hindia Belanda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda">Hindia Belanda</a> tahun <a title="1787" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1787">1787</a><br />15<br /><a title="1801" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1801">1801</a>-<a title="1825" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1825">1825</a><br />Sultan <a class="new" title="Sulaiman Saidullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sulaiman_Saidullah&action=edit&redlink=1">Sulaiman Saidullah</a><br />* Mendapat gelar <a title="Sultan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan">Sultan</a> sejak tahun <a title="1767" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1767">1767</a> ketika berusia 6 tahun dari ayahnya Susuhunan Nata Alam<br />16<br /><a title="1825" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1825">1825</a>-<a title="1857" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1857">1857</a><br />Sultan <a class="new" title="Adam Alwasikh Billah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adam_Alwasikh_Billah&action=edit&redlink=1">Adam Alwasikh Billah</a><br />* Mendapat gelar <a title="Sultan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan">Sultan</a> sejak tahun <a title="1782" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1782">1782</a>. Ketika wafatnya terjadi krisis suksesi, Belanda menginginkan Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan Banjar, tetapi rakyat dan pembesar istana menghendaki <a title="Pangeran Hidayatullah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangeran_Hidayatullah">Pangeran Hidayatullah</a><br />17<br /><a title="1857" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1857">1857</a>-<a title="1860" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1860">1860</a><br />Sultan <a class="new" title="Tamjidullah Alwasikh Billah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tamjidullah_Alwasikh_Billah&action=edit&redlink=1">Tamjidullah Alwasikh Billah</a><br />* Pada <a title="11 Juni" href="http://id.wikipedia.org/wiki/11_Juni">11 Juni</a> <a title="1860" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1860">1860</a>, <a title="Residen" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Residen">Residen</a> <a class="new" title="I.N. Nieuwen Huyzen (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=I.N._Nieuwen_Huyzen&action=edit&redlink=1">I.N. Nieuwen Huyzen</a> menetapkan penghapusan pemerintahan Kerajaan Banjar, Pangeran Tamjid diasingkan ke <a title="Bogor" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bogor">Bogor</a>, <a title="Mangkubumi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mangkubumi">mangkubumi</a> Pangeran Hidayatullah diasingkan ke <a class="mw-redirect" title="Cianjur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cianjur">Cianjur</a><br />18<br /><a title="1862" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1862">1862</a>-<a title="1862" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1862">1862</a><br />Pangeran <a title="Antasari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antasari">Antasari</a><br />* Meneruskan Kesultanan Banjar di Menawing, <a class="mw-redirect" title="Murung Raya" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Murung_Raya">Murung Raya</a>, pedalaman <a title="Barito" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barito">Barito</a>. Dinobatkan sebagai <a class="mw-redirect" title="Pahlawan Nasional" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pahlawan_Nasional">Pahlawan Nasional</a>, wafat <a title="11 Oktober" href="http://id.wikipedia.org/wiki/11_Oktober">11 Oktober</a> <a title="1862" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1862">1862</a> karena penyakit cacar<br />19<br /><a title="1862" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1862">1862</a>-<a title="1905" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1905">1905</a><br />Sultan <a title="Muhammad Seman" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Seman">Muhammad Seman</a><br />* Pemerintahan <a class="new" title="Pagustian (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pagustian&action=edit&redlink=1">Pagustian</a>, meneruskan perjuangan Pangeran <a title="Antasari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antasari">Antasari</a> melawan kolonial Belanda, gugur <a title="24 Januari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/24_Januari">24 Januari</a> <a title="1905" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1905">1905</a> ditembak Belanda. Sultan yang patriotik ini dianggap oleh orang Banjar sebagai Sultan terakhir<br /><a id="Tokoh_dan_Peranan" name="Tokoh_dan_Peranan"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Tokoh dan Peranan" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesultanan_Banjar&action=edit&section=5">sunting</a>] Tokoh dan Peranan<br /><a class="new" title="Patih Masih (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Masih&action=edit&redlink=1">Patih Masih</a><br /><a class="new" title="Patih Kuin (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Kuin&action=edit&redlink=1">Patih Kuin</a><br /><a class="new" title="Patih Balit (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Balit&action=edit&redlink=1">Patih Balit</a><br /><a class="new" title="Patih Balitung (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Balitung&action=edit&redlink=1">Patih Balitung</a><br /><a class="new" title="Patih Muhur (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Muhur&action=edit&redlink=1">Patih Muhur</a><br /><a class="new" title="Patih Tiup (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Tiup&action=edit&redlink=1">Patih Tiup</a><br /><a class="new" title="Patih Rumbih (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Rumbih&action=edit&redlink=1">Patih Rumbih</a><br /><a class="new" title="Patih Bahandang Bulau (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patih_Bahandang_Bulau&action=edit&redlink=1">Patih Bahandang Bulau</a><br /><a class="new" title="Khatib Dayan (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Khatib_Dayan&action=edit&redlink=1">Khatib Dayan</a><br /><a class="new" title="Khatib Banun (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Khatib_Banun&action=edit&redlink=1">Khatib Banun</a><br /><a class="new" title="Nyai Diang Lawai (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nyai_Diang_Lawai&action=edit&redlink=1">Nyai Diang Lawai</a><br /><a class="new" title="Sorang (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sorang&action=edit&redlink=1">Sorang</a><br /><a class="new" title="Kiai Marta Sura (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kiai_Marta_Sura&action=edit&redlink=1">Kiai Marta Sura</a><br /><a class="new" title="Kiai Dipondok (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kiai_Dipondok&action=edit&redlink=1">Kiai Dipondok</a><br /><a class="new" title="Kiai Suta Sami (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kiai_Suta_Sami&action=edit&redlink=1">Kiai Suta Sami</a><br /><a class="new" title="Pangeran Dipati Tuha (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Dipati_Tuha&action=edit&redlink=1">Pangeran Dipati Tuha</a><br /><a class="new" title="Pangeran Dipati Anum (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Dipati_Anum&action=edit&redlink=1">Pangeran Dipati Anum</a><br /><a class="new" title="Pangeran Agung (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangeran_Agung&action=edit&redlink=1">Pangeran Agung</a><br /><a class="new" title="Nyai Ratu Komala Sari (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nyai_Ratu_Komala_Sari&action=edit&redlink=1">Nyai Ratu Komala Sari</a><br /><a class="new" title="Ratu Siti (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ratu_Siti&action=edit&redlink=1">Ratu Siti</a><br /><a class="new" title="Nyai Besar Aminah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nyai_Besar_Aminah&action=edit&redlink=1">Nyai Besar Aminah</a>selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-69085092157213764802008-06-12T23:35:00.000-07:002008-06-13T00:54:25.657-07:00SYEKH SYIHABUDDIN AL-BANJARIDALAM beberapa keluaran Bahagian Agama, Utusan Malaysia yang lalu, saya menulis tentang ulama-ulama Banjar yang sangat erat hubungan dengan ulama ini.Di antaranya ialah artikel bertajuk Muhammad Thaiyib Penerus Tradisi Ulama Banjar (8 Januari 2007).Syeikh Muhammad Thaiyib al-Banjari adalah cucu saudara pada ulama yang sedang dibicarakan ini. Datuk kepada Syeikh Muhammad Thaiyib al-Banjari bernama Kadi Abu Su’ud adalah adik beradik dengan Syeikh Syihabuddin. Ayah mereka ialah Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari dan ibu mereka pula ialah Tuan Baiduri (Bidur).Syeikh Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari mempunyai 30 adik-beradik yang satu ayah saja, kerana Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari berkahwin sebanyak 11 kali.Di antara adik-beradik Syeikh Syihabuddin al-Banjari, yang satu ayah termasuklah Mufti Jamaluddin al-Banjari.PendidikanSyeikh Syihabuddin mendapat pendidikan dari ayahnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan melanjutkan pendidikan di Mekah. Di antara gurunya di Mekah ialah Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, Saiyid Ahmad al-Marzuqi dan lain-lain.Untuk menghadapi pelbagai cabaran dunia, Syeikh Syihabuddin menerima beberapa amalan dari ayahnya, Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Saya sendiri ada sanad mengenai yang tersebut yang saya terima di Sapat, Inderagiri pada Isnin, 10 Rabiulakhir 1406 H/22 Disember 1985 dari Tuan Guru Haji Muhammad As'ad.Beliau menerima dari ayahnya Syeikh Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Syeikh Abdur Rahman Shiddiq menerima dari ayahnya Syeikh Muhammad Afif al-Banjari. Syeikh Muhammad Afif menerima dari Syeikh Syihabuddin al-Banjari. Syeikh Syihabuddin menerima dari ayahnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari.Amalan yang tersebut ada persamaan dengan salah satu amalan yang termaktub dalam naskhah peninggalan pahlawan Mat Kilau. Ada kemungkinan Mat Kilau turut menerimanya dari Syeikh Syihabuddin al-Banjari.Syeikh Syihabuddin adalah putera Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dari isterinya bernama Baiduri (Bidur). Adik beradik satu ayah dan satu ibu (saudara kandung) dengan Syeikh Syihabuddin ada tiga orang dengan urutan:1. Al-Alim al-Allamah Kadi Haji Abu Su’ud.2. Al-‘Alim al-Allamah Kadi Haji Abu Na’im.3. Sa’idah.4. Al-Alim al-Allamah Khalifah Haji Syihabuddin (yang sedang dibicarakan).Kadi Haji Abu Su’ud bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari (nombor 1) mewarisi ilmu secara langsung dari ayahnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, selanjutnya menjadi Kadi yang pertama di Banjar dan beliau juga seorang pahlawan.Perkahwinan yang pertama dengan Aminah memperoleh anak seorang ulama, Alimul Allamah Haji Muhammad Sa’id Jazuli. Sewaktu kembali menunaikan haji kahwin lagi di Kedah memperoleh seorang putera, bernama Syeikh Muhammad Mas’ud (dapat dirujuk dalam riwayat Syeikh Muhammad Thaiyib al-Banjari dan Tuan Husein Kedah Al-Banjari, Generasi Penerus Ulama Banjar, 16 Ogos 2004.IlmuAlimul Allamah Kadi Haji Abu Na’im (no. 2), beliau juga memperoleh ilmu langsung dari ayahnya, beliau menjadi Kadi yang kedua di Banjar. Anak Kadi Haji Abu Na’im ialah Haji Muhammad Afif. Anak Haji Muhammad Afif ialah Syeikh Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari, Mufti Kerajaan Inderagiri. Beliau inilah ulama yang pertama menyusun sejarah mereka yang diberi judul Syajarah al-Arsyadiyah.Alimul Allamah Haji Syihabuddin (no. 4) juga mewarisi ilmu dari ayahnya. Syeikh Syihabuddin adalah seorang Khalifah Mufti dan Kadi. Beliau menurunkan beberapa orang ulama di antaranya Alimul Allamah Mufti Haji Abdul Jalil dan Alimul Allamah Haji As’ad Fakhruddin.Tahun 1258 H/1842, Raja-raja Riau di Pulau Penyengat Indera Sakti minta kesediaannya menjadi guru di Kerajaan Riau-Lingga. Raja Ali Haji dalam karangannya yang terkenal berjudul Tuhfatun Nafis telah menyebut peranan ulama Banjar di kerajaan Riau. Di antaranya Haji Hamim yang diangkat Engku Haji Abdullah sebagai wakilnya di negeri Lingga.Raja Ali Haji menulis: “Al-Kisah maka tersebutlah perkataan saudara Yang Di Pertuan Muda Raja Abdur Rahman itu, iaitu Raja Haji Abdullah yang dalam negeri Makkatul Musyarrafah itu. Maka apabila sampai ia setahun di dalam negeri Makkatul Musyarrafah itu, maka ia pun turunlah dari Mekah itu ke Jeddah.“Dan dari Jeddah selalu balik ke bawah angin serta ada ia membawa satu orang alim namanya Syeikh Ahmad Jabarti dan seorang lagi orang Banjar anak Syeikh Muhammad Arsyad Banjar yang masyhur dengan alim besar di bawah angin yang mengarang beberapa kitab fikah dan lainnya. Maka adalah nama anaknya Tuan Syihabuddin.”Petikan kalimat yang tersebut sangat banyak yang perlu dibahas, tetapi yang saya bahas sekarang hanyalah satu istilah ‘alim besar’, yang bererti seseorang itu alim mempunyai banyak bidang ilmu.KaryaTuhfah an-Nafis karya Raja Ali Haji yang asli dalam bentuk manuskrip dan cetakan adalah tulisan Melayu/Jawi, maka transliterasi saya kepada Rumi ialah ‘alim besar’. Ini adalah bertentangan dengan transliterasi Viginia Matheson Hooker, ditulisnya ‘ilmu besar’ pada tempat ‘alim besar’ (Lihat Tuhfat Al-Nafis, terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1991, hlm. 600). Ahmad Basuni menulis dalam bukunya Djiwa Yang Besar, “H. Abul Muhd. Arsyad (bin Abdullah al-Banjari), seorang yang dalam ilmunya pernah menjadi Mufti, terkenal pula sebagai seorang pahlawan yang sukar dicari tandingannya.” (Djiwa Yang Besar, hlm. 59).Yusuf Khalidi dalam bukunya Ulama Besar Kalimantan, menyebut bahawa Syeikh Syihabuddin diangkat sebagai Khalifah, iaitu menjawat jawatan Mufti dan Kadi. Bahawa beliau memperoleh 11 anak, namun yang dicantumkan Yusuf Khalidi dalam bukunya yang tersebut hanya tiga orang saja iaitu Al-Alim al-Allamah Mufti Abdul Jalil, Al-Alim al-Allamah Haji As’ad Fakhruddin dan Aminah. Anak beliau yang pertama Al-Alim al-Allamah Mufti Abdul Jalil (No. 1) memperoleh anak bernama Zakaria pernah tinggal di Johor kerana menyebarkan agama Islam.Zakaria bin Mufti Abdul Jalil bin Syeikh Syihabuddin al-Banjari kahwin di Mersing, memperoleh 13 anak. Syeikh Utsman bin Syihabuddin al-Funtiani/al-Banjari yang menulis beberapa kitab mungkin adalah putera Syeikh Syihabuddin yang diriwayatkan ini.Tiada data jelas mengenai perkara tersebut, tetapi beberapa orang tua-tua di Pontianak, Kalimantan Barat menceritakan bahawa Syeikh Utsman adalah anak Syeikh Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan isterinya yang berasal dari Karangan, Mempawah Hulu, Kalimantan Barat.Hanya sebuah karya Syeikh Syihabuddin yang diketahui, itu pun adalah merupakan imlak gurunya bernama Allamah as-Saiyid asy-Syarif Ahmad al-Marzuqi (1205 H/1790 M-1262 H/1845). Mengenai ini dapat diketahui kenyataan dari gurunya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, katanya, “Dan (bahawasa)nya telah selesailah daripada menjamakkan (mengumpulkan) dia dan kitabahnya (menulisnya) dengan imlak muallifnya di Mekah atas tangan yang menyurat imlaknya itu, (iaitu) Syeikh Muhammad Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad pada waktu zuhur, Selasa bulan Zulhijjah, tahun 1158 (hijrah).”Setelah Syeikh Syihabuddin menulis imlak dari Saiyid Ahmad al-Marzuqi itu, lalu diserahkannya kepada Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani untuk penelitian dan diperbaiki jika terdapat kesilapan. Setelah diperiksa Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani lalu diserahkan kembali kepada Saiyid Ahmad al-Marzuqi.Saiyid Ahmad al-Marzuqi memerintahkan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, supaya memberi judul kitab itu sekali gus supaya diterjemahkannya ke bahasa Melayu. Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani menamakan kitab itu Tahshilu Nailil Maram Syarhu ‘Aqidatil Awam dan judul yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu ialah Bahjatus Saniyah fi ‘Aqaidis Saniyah.Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani mengakhiri terjemahannya, katanya, “Dan telah selesai fakir mentaswid (menulis) akan manzhum (yang dinazamkan) matannya dan syarahnya dengan bahasa Jawi, (oleh) Daud bin Abdullah Fathani, pada hari ...nama hari tidak tertulis dalam semua cetakan), bulan Safar, waktu asar di Mekah al-Mukarramah.”Syeikh Abdur Rahman Shiddiq menyebut bahawa zuriat Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari yang berpangkat Mufti ada 10 orang dan yang berpangkat Kadi juga 10 orang. Antara yang menjadi Mufti termasuk Syeikh Syihabuddin al-Banjari.Senarai lengkapSenarai lengkap adalah seperti berikut, 1. Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 2. Haji Ahmad bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 3. Haji Muhammad As’ad bin Utsman. Beliau adalah Mufti yang mula-mula di Kerajaan Banjar. 4. Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As’ad. 5. Haji Syihabuddin. 6. Haji Muhammad Khalid bin Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 7. Haji Muhammad Nur bin Kadi Haji Mahmud. 8. Haji Muhammad Husein bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 9. Haji Jamaluddin bin Haji Abdul Hamid. 10. Syeikh Abdur Rahman Shiddiq bin Haji Muhammad Afif bin Kadi Abu Naim bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari.Dari no. 1 sampai no. 5 pada zaman pemerintahan Sultan Banjar. Sedang yang no. 6 sampai no. 10 pada zaman penjajah Belanda. Dari maklumat yang lain ulama-ulama keluarga tersebut yang menjadi Mufti ialah: 1. Haji Muhammad Husein bin Mufti Haji Jamaluddin. 2. Haji Abdul Jalil bin Mufti Haji Syihabuddin. 3. Haji Muhammad Yunan bin Mufti Haji Muhammad Amin. 4. Haji Sa’id bin Haji Abdur Rahman. 5. Haji Mukhtar bin Kadi Haji Hasan.Keluarga yang tersebut yang pernah menyandang pangkat Kadi pula ialah: 1. Kadi Abu Su’ud bin Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari. 2. Kadi Abu Naim bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 3. Haji Mahmud bin Haji Muhammad Yasin. 4. Haji Muhammad Amin bin Mufti Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 5. Haji Muhammad Ali al-Junaidi bin Kadi Haji Muhd. Amin. 6. Haji Muhammad Sa’id al-Jazuli bin Kadi Haji Su’ud. 7. Haji Muhammad Amin bin Kadhi Haji Mahmud. 8. Haji Abdus Shamad bin Mufti Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 9. Haji Muhammad Jafri bin Kadi Haji Abdus Shamad. 10. Kadi Haji Bajuri. 11. Haji Muhammad As’ad bin Mufti Haji Muhammad Nur bin Kadi Haji Mahmud. 12. Haji Ibrahim bin Mufti Haji Jamaluddin. 13. Haji Abu Talhah bin Kadi Abdus Shamad. 14. Haji Muhammad Thaiyib bin Haji Muhammad Qasim. 15. Haji Muhammad bin Haji Muhammad Qasim. 16. Haji Zainal bin Lebai Darun. 17. Haji Abdur Rahman bin Kadi Haji Muhammad Sa’id. 18. Haji Qasim bin Mu’min. 19. Haji Muhammad Sa’id bin Mu’min. 20. Haji Muhammad Arsyad bin Kadi Haji Abdur Rahman. 21. Haji Hasan bin Mufti Haji Muhammad Sa’id. 22. Haji Abdur Rauf. 23. Haji Abdul Jalil bin Kadi Haji Muhammad Arsyad. 24. Haji Ahmad bin Abu Naim. 25. Haji Muhammad Arsyad bin Kadi Haji Abdur Rauf.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-32455625050125529062008-06-12T23:32:00.000-07:002008-06-12T23:33:42.446-07:00MUFTI JAMALUDDIN AL-BANJARISYEIKH Muhammad Arsyad al-Banjari memperoleh anak dan keturunan yang sangat ramai menjadi ulama. Dalam artikel ini mengungkapkan anak beliau yang bernama Jamaluddin. Ibu Jamaluddin bernama Go Hwat Nio atau sebutan popular dipanggil Tuan Guat saja. Tuan Guat adalah seorang Cina yang memeluk Islam oleh Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari sendiri. Adik beradik daripada ibu ini ada enam orang, yang menjadi ulama besar dan terkenal di antara mereka ialah: 1. Al-`Alim al-`Allamah Khalifah Hasanuddin. 2. Al-`Alim al-`Allamah Khalifah Zainuddin. 3. Al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Jamaluddin. Tiga orang lagi yang perempuan, ialah 4. Aisyah 5. Raihanah 6. Hafsah.<br />Al-`Alim al-`Allamah Khalifah Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari (yang pertama), zuriatnya yang menjadi ulama, ialah al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Muhammad Khalid, al-`Alim al-Fadhil Haji Muhammad Qaim. Al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari (ketiga), zuriatnya yang menjadi ulama, ialah al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Muhammad Husein, al-`Alim al-Fadhil Qadi Haji Muhammad Amin, al-`Alim al-`Allamah Qadi Haji Abdus Shamad dan al-`Alim al-'Allamah Haji Muhammad Thasin. Haji Jamaluddin al-Banjari digelar juga dengan `Surgi Mukti', lahir sekitar tahun 1780 M. Tahun wafatnya belum diketahui. Makamnya terletak di Sungai Jingah (Ku'bah), Banjar.<br />Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin yang seayah tetapi berlainan ibu ialah Syarifah, ibunya bernama Tuan Bajut. Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin daripada ibu yang lain pula ialah al-`Alim al-`Allamah Qadi Haji Abu Su`ud, al-`Alim al-`Allamah Khalifah Haji Abu Na`im, dan al-`Alim al-`Allamah Khalifah Haji Syihabuddin. Ibu mereka bernama Tuan Baiduri. Al-`Alim al-`Allamah Qadi Haji Abu Su`ud bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, sewaktu kembali daripada menunaikan haji, berkahwin lagi di Kedah dan memperoleh seorang putera, Mas`ud. Zuriatnya Tuan Husein Kedah, ulama yang terkenal di Malaysia. Mengenainya telah diperkenalkan di Ruangan Agama, Utusan Malaysia, dengan judul Husein Kedah Al-Banjari, Generasi Penerus Ulama Banjar pada 16 Ogos 2004. Al-`Alim al-`Allamah Haji Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari di Mekah, belajar kepada Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani. Tahun 1258 H./1842 M. raja-raja Riau di Pulau Penyengat Indera Sakti meminta kesediaannya menjadi guru di Kerajaan Riau. Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin daripada ibu yang lain pula ialah al-`Alim al-`Allamah Haji Abdullah (wafat di Madinah) dan al-`Alim al-Fadhil Abdur Rahim. Beliau menunaikan haji dengan menaiki kapal layar, kapalnya pecah dan beliau wafat. Ibu kedua-duanya bernama Tuan Lipur. Adik beradik Mufti Haji Jamaluddin daripada ibu yang lain pula ialah al-`Alim al-`Allamah Mufti Haji Ahmad dan yang perempuan bernama Shafiyah. Ibu kedua-duanya bernama Ratu Aminah binti Pangeran Thaha bin Sultan Tahmidullah. Pada tarikh 9 Julai 2005, saya dan ahli PENGKAJI bertemu dengan keturunan Shafiyah, Kiyai Haji Muhammad Saman bin Muhammad Saleh di Hotel Pan Pacific, Kuala Lumpur. Pertemuan yang melibatkan beberapa keturunan tersebut yang berasal dari Sabah dan Banjar adalah atas kehendak dan diatur oleh Datuk Mohd Ainal bin Haji Abdul Fattah dan kawan-kawan. Kiyai Haji Muhammad Saman adalah guru agama dari Pesantren Yayasan Nurul Hikmah dan beliau juga aktif mengajar di Sabah. Kami merumuskan kerjasama penyelidikan dan pengembangan khazanah ulama silam dunia Melayu yang perlu diperkasakan. Disingkatkan riwayatnya bahawa semua adik beradik Mufti Haji Jamaluddin ada 30 orang daripada ibu seramai 11 orang.<br />Keluarga jadi mufti<br />Lingkungan keluarga dekat Mufti Haji Jamaluddin yang menjadi mufti disebut oleh Syeikh Abdur Rahman Shiddiq dalam Syajarah al-Arsyadiyah, ada 10 orang; 1. Al-`Alim al-`Allamah Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 2. Al-`Alim al-`Allamah Haji Ahmad bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 3. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad As`ad bin Utsman. 4. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As`ad. 5. Al-`Alim al-`Allamah Haji Syihabuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 6. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Khalid bin `Allamah Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 7. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Nur bin al-'Alim al-'Allamah Qadi Haji Mahmud. 8. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Husein bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 9. Al-`Alim al-`Allamah Haji Jamaluddin bin Haji Abdul Hamid. 10. Al-`Alim al-`Allamah Syeikh Abdur Rahman Shiddiq bin Haji Muhammad `Afif bin `Alimul `Allamah Qadi Abu Na`im bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Daripada yang pertama hingga kelima pada zaman pemerintahan Sultan Banjar. Sedangkan keenam hingga 10 pada zaman penjajahan Belanda.<br />Daripada maklumat yang lain, golongan keluarga ini yang menjadi Mufti, ialah : 1. Haji Muhammad Husein bin Mufti Haji Jamaluddin. 2. Haji Abdul Jalil bin Mufti Haji Syihabuddin. 3. Haji Muhammad Yunan bin Mufti Haji Muhammad Amin. 4. Haji Sa`id bin Haji Abdur Rahman. 5. Haji Mukhtar bin Qadi Haji Hasan. Jadi, bererti 10 orang yang di atas ditambah 5 orang, kesemuanya 15 orang. Kemungkinan masih ramai yang belum diketahui.<br />Keluarga jadi qadi<br />Keluarga ini yang menjadi qadi, yang telah diketahui sekurang-kurangnya 25 orang, ialah: 1. Al-`Alim al-`Allamah Qadi Abu Su`ud bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 2. Al-`Alim al-`Allamah Qadi Abu Na`im bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 3. Al-`Alim al-`Allamah Haji Mahmud bin Haji Muhammad Yasin. 4. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Amin bin Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari. 5. Al-`Alim al-Fadhil Haji Muhammad Ali al-Junaidi bin Qadi Haji Muhammad Amin. 6. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Sa`id al-Jazuli bin Qadi Haji Su`ud. 7. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Amin bin Qadi Haji Mahmud. 8. Al-`Alim al-`Allamah Haji Abdus Shamad bin Mufti Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. 9. Al-`Alim al-`Allamah Haji Muhammad Jafri bin Qadi Haji Abdus Shamad. 10. Al-`Alim al-Fadhil Qadi Haji Bajuri. 11. Al-`Alim al-Fadhil Haji Muhammad As`ad bin Mufti Haji Muhammad Nur bin Qadi Haji Mahmud. 12. Haji Ibrahim bin Mufti Haji Jamaluddin. 13. Haji Abu Talhah bin Qadi Abdus Shamad. 14. Haji Muhammad Thaiyib bin Haji Muhammad Qasim. 15. Haji Muhammad bin Haji Muhammad Qasim. 16. Haji Zainal bin Lebai Darun. 17. Haji Abdur Rahman bin Qadi Haji Muhammad Sa`id. 18. Haji Qasim bin Mu'min. 19. Haji Muhammad Sa`id bin Mu'min. 20. Haji Muhammad Arsyad bin Qadi Haji Abdur Rahman. 21. Haji Hasan bin Mufti Haji Muhammad Sa`id. 22. Haji Abdur Rauf. 23. Haji Abdul Jalil bin Qadi Haji Muhammad Arsyad. 24. Haji Ahmad bin Abu Naim. 25. Haji Muhammad Arsyad bin Qadi Haji Abdur Rauf.<br />Aktiviti<br />Haji Jamaluddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan Islam secara mendalam daripada ayahnya, Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Selain sebagai Mufti Martapura, Haji Jamaluddin juga giat mengajar sama ada orang awam atau pun golongan istana kesultanan Banjar. Haji Jamaluddin, Mufti Martapura yang paling besar pengaruhnya pada masa pemerintahan Sultan Adam (1825 M - 1857 M), beberapa orang peneliti sejarah berpendapat bahawa Undang-Undang Sultan Adam (1251 H / 1835 M) adalah banyak dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan Mufti Haji Jamaluddin. Sebagai bukti pada Fasal 31, terdapat nama beliau, tertulis sebagai berikut, ``Sekalian kepala-kepala jangan ada yang menyalahi pitua Haji Jamaluddin ini namun orang lain yang menyalahi apabila ikam tiada kawa manangat lekas-lekas bapadah kayah di aku.'' Fasal 31 tersebut ditulis dengan sangat panjang. Menurut kertas kerja Abdurrahman S.H. (sekarang Hakim Agung Indonesia) tertulis dalam bahasa Banjar huruf Latin / Rumi ejaan lama, seperti huruf `u' masih menggunakan `oe'. Abdurrahman S.H. juga mencantumkan dalam kertas kerjanya itu teks dalam bahasa Belanda. Beliau menyimpulkan Fasal 31 tersebut bahawa ``tentang tata pemerintahan hanyalah bagian pertama saja sedang bagian akhir adalah mengenai nazar.'' Selanjutnya Abdurrahman S.H. memberi komentar, ``Tetapi yang penting di sini adalah suatu hal yang luar biasa bagi seorang ulama kalau fatwanya dimasukkan ke dalam salah satu pasal daripada undang-undang kerajaan sehingga mempunyai otoritas tersendiri sebagai hukum negara. Suatu hal yang jarang terjadi di mana-mana.''<br />Selain hal-hal yang tersebut di atas, Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari adalah seolah-olah sebagai seorang pendamai perselisihan keluarga Diraja Banjar dan pemegang ``Surat Wasiat Sultan Adam''. Dalam bulan Disember 1855 Sultan Adam menulis surat wasiat yang kandungannya bertujuan pengganti Sultan Adam sebagai sultan ialah Pangeran Hidayatullah. Kepada puteranya Pangeran Prabu Anom, dan cucunya Pangeran Tamjidillah diancam dengan hukuman mati, jika menghalangi surat wasiat itu. Surat Wasiat Sultan Adam yang tersebut juga dipegang oleh Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari.<br />Penulisan<br />Karya Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari yang paling terkenal di seluruh dunia Melayu ialah `Perukunan Jamaluddin'. Pada semua cetakan `Perukunan Jamaluddin' dapat dipastikan bahawa kitab yang tersebut memang karya beliau. Namun masih ada pendapat yang mengatakan bahawa kitab tersebut adalah karya saudara perempuannya bernama Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Pendapat yang lain pula ada yang mengatakan adalah karya anak saudaranya yang bernama Fatimah. Pada pandangan saya, sebelum menghuraikan mengenai ini perlulah kita mengenali pelbagai versi kitab yang dinamakan Perukunan. Setelah kita mengenali pelbagai versi, barulah kita dapat menentukan pengarangnya. Ada yang dinamakan `Perukunan' saja. Ada yang dinamakan Perukunan Jamaluddin. Ada yang dinamakan Perukunan Besar. Ada yang dinamakan Perukunan Melayu. Ada yang dinamakan Perukunan Jawa. Ada yang dinamakan Perukunan Sunda. Dan terakhir sekali ada yang dinamakan Perukunan Bugis. Tiga jenis `Perukunan' yang terakhir Jawa,Sunda dan Bugis tidak perlu dibicarakan di sini kerana ketiga-tiganya hanyalah merupakan terjemahan saja daripada Perukunan Melayu. Terlebih dulu di bawah ini diambil data beberapa buah cetakan awal `Perukunan' yang dinisbahkan sebagai karya Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari, iaitu yang dicetak oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1315 H/1897 M. Pada kulit depan tertulis, ``Ini kitab yang bernama Perukunan karangan asy-Syeikh al-`Alim Mufti Haji Jamaluddin ibnu al-Marhum al-`Alim al-Fadhil asy-Syeikh Muhammad Arsyad Mufti Banjari.'' Karya Mufti Haji Jamaluddin al-Banjari yang lain, yang kurang diketahui umum, Bulugh al-Maram fi Takhalluf al-Muafiq fi al-Qiyam (1247 H/1831 Mselamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-38905706393451056392008-06-12T23:30:00.000-07:002008-06-12T23:31:55.880-07:00HABIB BASIRIHJumlah pengunjung di Kubah Habib Basirih walau belum dapat dibandingkan dengan makam Sunan Ampel di Ampel, Surabaya tak mengurangi ketokohan beliau. Sunan Ampel adalah tokoh utama Wali Songo, sebuah dewan (forum) ulama kelas wahid di zaman Kesultanan Demak. Dari segi usia, Sunan Ampel lebih tua dan lebih sepuh dari Habib Basirih yang hidup di masa yang lebih muda. Habib Basirih hidup di zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Sunan Ampel hidup sekitar 400 tahun sebelum Habib Basirih. Yang mempertemukan keduanya adalah mereka sama-sama keturunan dari Waliyullah Muhammad Shahib Mirbath (keturunan generasi ke-16 dari Rasulullah Muhammad SAW). Silsilah kedua tokoh ini bertemu di Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath. Sunan Ampel dari jalur putra Alwi Umul Faqih yang bernama Abdul Malik (yang hijrah dari Tarim, Hadramaut, Yaman ke India) sedang Habib Basirih dari jalur putra Alwi yang bernama Abdurrahman. Jika Sunan Ampel adalah keturunan ke-23 dari Rasulullah Muhammad SAW, maka Habib Basirih merupakan keturunan ke-36.Nasab Habib Basirih adalah sebagai berikut: Hamid bin Abbas bin Abdullah bin Husin bin Awad bin Umar bin Ahmad bin Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Aqil bin Alwi bin Muhammad bin Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad AlFaqih bin Abdurrahman bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.Leluhur Bahasyim di Banjar adalah Habib Awad bin Umar. Habib Awad bin Umar adalah keturunan ke-32 dari Rasulullah Muhammad SAW. Tak ada keterangan jelas perihal asal usul dan di mana Habib Awad tinggal selama hidupnya. Apakah beliau kelahiran Hadramaut (Yaman) atau ada pendahulunya yang berdiam di salah satu daerah di negeri ini dan kemudian hijrah ke nusantara. Satu versi menyebut Habib Awad masuk ke Banjar lewat Sampit, Kalteng. Keterangan anggota keluarga Bahasyim lainnya menyebut bahwa Habib Awad bermakam di Bima, Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu antara Bahasyim di Banjar dengan Bahasyim di Bima ada pertalian persaudaraan. Satu versi lain menyebutkan bahwa salah satu cucu Habib Awad bin Umar ada yang hijrah ke Bima dan kemudian menurunkan keluarga besar Bahasyim di Bima. Tapi sebagian besar anggota keluarga Bahasyim berpandangan bahwa Habib Awad adalah Bahasyim tertua (paling awal) yang datang ke Tanah Banjar (Lihat Mata Banua, 8 Agustus: Kisah Para Penebang Kayu Trah Bahasyim Basirih). Selain dapat ditempuh lewat jalan darat (ada rute trayek angkutan kota/taksi kuning yang melintasi dan menuju Kubah Habib Basirih), peziarah juga dapat mengunjungi petilasan Basirih lewat jalur sungai. Belum ada biro perjalanan wisata yang menggarap rute alternatif via jalan sungai ini sebagai bagian dari paket wisatanya. Sebelum mencapai Kubah Habib Basirih, beberapa ratus meter sebelumnya terdapat pula makam ibu beliau yakni Syarifah Ra’anah. Makam Habib Basirih dan ibundanya masuk dalam daftar inventaris binaan Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin. Keduanya digolongkan sebagai objek wisata religius (spiritual) yang layak dikunjungi. Makam Habib Abbas bin Abdullah Bahasyim, suami Syarifah Ra’anah dan ayahanda Habib Basirih justru tak diketahui keberadaannya hingga kini. Beberapa pihak menduga makam beliau berkumpul di pemakaman habaib di Basirih seberang sungai di dekat Masjid Jami Darut Taqwa Kelurahan Basirih, Banjar Selatan. Masjid ini menurut keterangan didirikan tahun 1822 oleh H Mayasin. Pada tahun 1848 keluarga Habib Basirih pernah merehab masjid ini.Versi lain mengatakan Habib Abbas bermakam di wilayah Sungai Baru. Habbis Abbas dikenal sebagai saudagar kaya raya dan mempunyai kapal dagang. Beliau juga disebut-sebut mempunyai tanah yang cukup luas di wilayah Basirih di samping di Sungai Baru (kini nama sebuah kelurahan di sekitar Jalan A Yani dan Jalan Pekapuran). Nama Basirih bersinar tak lepas dari sosok Habib Hamid. Beliau pernah berkhalwat (mengurung diri dan melakukan sejumlah amalan) sekian tahun di dalam sebuah rumah (gubuk) kecil tak jauh dari makamnya sekarang. Pada zaman Jepang, Habib Hamid keluar dari pertapaannya. Sejumlah kelakuan aneh beliau belakangan dipahami sebagai pekerjaan kewalian beliau menyelamatkan orang lain. Suatu kali, misalnya, dengan menggunakan gayung, Habib Hamid memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain. Orang-orang menilai pekerjaan itu sebagai perbuatan tak bermakna. Padahal, itu adalah cara Habib Hamid menyelamatkan kapal penumpang yang nyaris karam di lautan luas. Sebab di belakang hari ada orang datang ke rumah beliau dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan Habib Basirih waktu kapal mereka hampir karam di tengah laut. Perbuatan Habib Hamid lainnya yang spektakuler adalah menghidupkan kambing mati. Suatu hari, seorang tetangga mengatakan kepada beliau bahwa di batang (rakitan kayu gelondongan di atas sungai yang dapat berfungsi untuk tempat mandi dsbnya) milik Habib Basirih terdapat bangkai kambing yang sudah membusuk. Bersama Habib Hamid, tetangga itu turun ke batang untuk membuktikan penglihatannya. Tetangga itu kaget ketika matanya menatap seekor kambing hidup terikat di batang Habib Hamid.Ulah Habib Hamid lainnya adalah beliau pernah duduk di atas tanggui (penutup kepala berbentuk bundar terbuat dari daun nipah) menyeberangi Sungai Basirih menengok keponakannya Habib Ahmad bin Hasan bin Alwi bin Idrus Bahasyim (Habib Batillantang).“Waktu kecil saya pernah diberi gulungan benang layang-layang,” ujar Habib Abdul Kadir bin Ghasim bin Thaha Bahasyim, 86 tahun. Gulungan benang layang-layang itu kemudian dipahami oleh Habib Abdul Kadir sebagai perjalanan hidupnya yang sepanjang tali benang layang-layang. HabibAbdul Kadir bekerja di kapal dagang dan berlayar mengarungi berbagai penjuru wilayah pedalaman Kalimantan.Beberapa wanita tua di Basirih mengungkapkan pernah diajak orangtuanya berziarah ke Habib Basirih ketika beliau hidup untuk minta ‘berkah’. Beberapa orang tua meminta air kepada Habib Basirih dengan hajat agar anak-anak mereka pandai mengaji. Setalah diberi ‘air penenang’ anak-anak kecil mereka pun lancar membaca Kitab Suci AlQur’an. Kisah lainnya, beberapa pria dari atas perahu melintas di depan batang Habib Basirih. Mereka mengolok-olok Habib Basirih ketika beliau sedang mandi di atas batang. Gerak-gerik Habib Basirih yang ganjil menyulut mereka mengeluarkan ucapan yang kurang pantas. Tiba-tiba, perahu mereka menabrak tebing sisi sungai dan kandas. Cerita lainnya, yang masyhur beredar di Basirih, seorang pedagang ikan berperahu menolak panggilan singgah Habib Hamid. Si pedagang berpikir tak mungkin Habib Basirih membayar dagangannya. Akibatnya, selama satu hari penuh tak satupun barang jualan pedagang ikan tersebut ada yang laku. Sementara pedagang lainnya yang menghampiri panggilan Habib Basirih, berkayuh menuju rumah lebih cepat sebab dagangannya hari itu tak bersisa.Habib Hamid banyak mengungkapkan sesuatu dengan bahasa perlambang (isyarat). Hanya segelintir orang yang paham dengan perkataannya. Suatu hari datang seorang Jepang menemui Habib Basirih. Si Jepang kemudian berjanji setelah urusannya di Makasar selesai akan kembali membawa Habib Basirih ke rumah sakit jiwa. “Pesawat orang Jepang itu jatuh dalam perjalanan ke Makassar,” ujar Syarifah Khadijah binti Habib Hasan Bahasyim, 70 tahun, cucu Habib Basirih.“Selesai berkhalwat di sebuah rumah kecil, Habib Basirih naik ke rumah ini,” ujar Syarifah Khadijah. Kenang-kenangan fisik yang tersisa dari Habib Basirih yang bisa disaksikan adalah foto beliau bersama anak cucunya pada tahun 1949, beberapa waktu sebelum beliau berpulang ke rahmatullah. “Waktu ditawari difoto Habib Basirih cuma tersenyum, menolak tidak, mengiyakan tidak. Tukang fotonya namanya Beng Kiang,” tutur Syarifah Khadidjahselamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-72872116750643080512008-06-12T23:22:00.000-07:002008-06-12T23:27:26.668-07:00SYEKH ABDURRAHMAN SHIDDIQ AL-BANJARIULAMA yang diriwayatkan ini adalah keturunan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, sama dengan Tuan Husein Kedah al-Banjari yang diriwayatkan minggu lalu. Jalur keturunan dari sebelah ayahnya ialah Mufti Syeikh Haji Abdur Rahman Shiddiq bin Haji Muhammad Afif bin Haji Anang Mahmud bin Haji Jamaluddin bin Kiyai Dipa Santa Ahmad bin Fardi bin Jamaluddin bin Ahmad al-Banjari.<br />Jalur keturunan yang menyentuh Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama dunia Melayu yang sangat terkenal, ialah bahawa ibunya bernama Shafura binti Mufti Haji Muhammad Arsyad bin Mufti Haji Muhammad As'ad. Ibu Mufti Haji Muhammad As'ad bernama Syarifah binti Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, iaitu daripada perkahwinan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Tuan Bajut. Dari jalur yang lain pula bahawa ibu Muhammad Afif bernama Sari binti Khalifah Haji Zainuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, iaitu daripada perkahwinan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Tuan Guat.<br />Berdasarkan catatannya sendiri yang penulis peroleh daripada keturunan beliau di Sapat dan Tembilahan, Inderagiri Hilir (1982) bahawa Haji Abdur Rahman Shiddiq lahir bulan Rabiulakhir, malam Khamis, sebelum Subuh, 1284 Hijrah/Ogos 1867 Masihi. Beliau memadamnya dan diganti dengan 1288 Hijrah/Jun/Julai 1871 Masihi. Penulis tidak sependapat dengan beberapa orang penulis yang menyebut bahawa Haji Abdur Rahman Shiddiq lahir pada tahun 1857 Masihi. Mengenainya barangkali satu kekeliruan menyesuaikan tahun 1284 Hijrah atau 1288 Hijrah ke tahun Masihi saja. Bahawa 1284 Hijrah bukan bersamaan dengan tahun 1857 Masihi tetapi yang betul ialah tahun 1867 Masihi. Catatan tambahan yang dilakukan oleh anaknya bahawa beliau wafat pada hari Isnin, jam 5.40, 4 Syaaban 1358 Hijrah/18 September 1939 Masihi, dalam usia 70 tahun.<br />PENDIDIKAN<br />Pendidikan asasnya diperoleh dari lingkungan keluarga ulama Banjar yang ada hubungan dengan beliau. Sama ada kedua-dua orang tuanya, mahu pun Abdur Rahman Shiddiq sendiri berhasrat untuk memperoleh ilmu yang banyak di Tanah Suci Mekah, namun beliau menempuh jalan yang berliku-liku. Abdur Rahman Shiddiq banyak memperoleh ilmu di alam terbuka, bumi dipijak, langit dijunjung di beberapa tempat yang dirantaunya. Mulai Banjar berlayar ke Jawa, ke Sumatera, sambil berlayar, di rantau orang mengajar dan berusaha untuk memperoleh wang untuk sampai ke Tanah Suci Mekah. Perjuangannya adalah suci untuk memperoleh ilmu memartabatkan Islam, semangatnya adalah teguh kukuh tidak akan terabai dan tergugahkan. Sempat belajar dengan beberapa orang ulama di Padang, sambil berdagang emas dan perak di Padang. Beliau juga merantau ke daerah Tapanuli. Pernah mengajar kitab Sabilul Muhtadin, karangan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, datuk neneknya di Barus dan Natal di daerah Tapanuli. Berdasarkan catatan Abdur Rahman Shiddiq bahawa dalam musim haji tahun 1306 Hijrah yang bererti bersamaan dengan Julai 1889 Masihi barulah cita-cita Abdur Rahman Shiddiq sampai ke Mekah, dan tinggal di sana hingga tahun 1312 Hijrah/1894 Masihi.<br />Oleh sebab Haji Abdur Rahman Shiddiq sampai di Mekah pada tahun tersebut di atas dinyatakan oleh beliau sendiri, maka penulis tidak sependapat dengan kenyataan Imran Effendy Hs dalam buku Pemikiran Akhlak Syekh Abdurrahman Shiddiq al-Banjari, halaman 16, 18 dan 63 yang menyebut bahawa Haji Abdur Rahman Shiddiq berangkat ke Mekah pada 1882/3 Masihi. Catatan tulisan tangan Haji Abdur Rahman Shiddiq penulis miliki sejak tahun 1982 di Sapat daripada salah seorang keturunan beliau. Dalam catatan itu jelas bahawa sejak dilahirkan, catatannya berada di Padang pada 10 Zulhijjah 1305 Hijrah/18 Ogos 1888 Masihi, bahawa beliau bernama Abdur Rahman Shiddiq. Oleh sebab catatannya ditulis jauh sebelum beliau berada di Mekah, maka penulis juga tidak sependapat dengan buku di atas (halaman 18) yang menyebut bahawa gelar `Shiddiq' diberikan oleh gurunya, al-Syata (maksudnya Sayid Abu Bakri asy-Syatha) di Mekah.<br />Sewaktu belajar di Mekah, beliau bersahabat dengan beberapa orang, di antara mereka ialah Tuan Husein Kedah al-Banjari, keturunan Banjar yang dilahirkan di Kedah ini (lahir 1280 Hijrah/1863 Masihi)usianya lebih tua beberapa tahun daripada Haji Abdur Rahman (lahir 1288 Hijrah/1871 Masihi). Sahabatnya yang lain ialah Haji Abdullah Fahim (lahir 1286 Hijrah/1869 Masihi), Tok Kenali (lahir 1287 Hijrah/1871 Masihi) dan ramai lagi. Mengenai guru-guru yang mengajar di Masjid al-Haram pada zaman itu telah banyak disebut pada siri-siri yang lalu, oleh itu tidak perlu dibicarakan lagi.<br />AKTIVITI<br />Sudah cukup jelas dan tidak perlu diragukan bahawa Haji Abdur Rahman Shiddiq pulang dari Mekah ialah tahun 1312 Hijrah/1894 Masihi. Oleh itu pendapat Imran Effendy Hs dalam bukunya (halaman 20) yang menyebut Haji Abdur Rahman Shiddiq pulang dari Mekah pada tahun 1890/1 dan pendapat Syafei Abdullah dalam bukunya Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syeikh H.A. Rahman Shiddiq, Mufti Inderagiri, menyebut tahun 1897 Masihi penulis tidak sependapat dan perlu penelitian yang lebih kemas lagi.<br />Pulang dari Mekah terus ke Martapura, kemudian pindah ke Bangka dilanjutkan pengembaraan di seluruh Semenanjung menziarahi teman-temannya, di antaranya Tok Kenali. Beberapa sultan, di antaranya sultan Johor meminta beliau menjadi mufti , semuanya beliau tolak. Akhirnya Syeikh Haji Abdur Rahman Shiddiq membuka perkampungan sendiri yang kemudian diberi nama Parit Hidayat di Inderagiri Hilir. Di sanalah beliau membina umat membuka pengajian sistem pondok. Dalam masa kejayaannya membuka perkampungan untuk perkebunan kelapa dan pengajian itulah Syeikh Haji Abdur Rahman Shiddiq dilantik sebagai Mufti Kerajaan Inderagiri.<br />PENULISAN<br />Karya-karya Mufti Haji Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari yang telah ditemui penulis senaraikan sebagai berikut:<br />1. Asrarus Shalah, diselesaikan pada bulan Rejab 1320 Hijrah. Kandungannya membicarakan mengenai sembahyang. Cetakan yang pertama Mathba' Haji Muhammad Sa'id bin Haji Arsyad, Kampung Silong, Jalan Arab Street, Kedai Surat No, 82 Singapura, akhir Zulhijjah 1327 Hijrah. Cetakan selanjutnya oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1348 Hijrah/1929 Masihi (cetakan ketiga).<br />2. Fat-hul `Alim, diselesaikan pada 10 Syaaban 1324 Hijrah. Kandungannya membicarakan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah secara lengkap. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 28 Syaaban 1347 Hijrah/8 Januari 1929 Masihi.<br />3. Risalatut Tazkirah li Nafsi wa lil Qashirin Mitsli, diselesaikan pada 20 Syaaban 1324 Hijrah. Kandungannya merupakan tazkirah dan nasihat yang dipetik daripada Majmu' karangan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Cetakan pertama, Tempat Cap Haji Muhammad Amin, Singapura, 1324 H.<br />4. Risalah Amal Ma'rifat, diselesaikan di Sapat, Inderagiri, 8 Rabiulawal 1332 Hijrah. Kandungannya membicarakan akidah menurut pandangan tasawuf. Cetakan yang kedua, 30 Muharam 1344 Hijrah oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 50 Minto Road, Singapura.<br />5. Syair Ibarat dan Khabar Kiamat, diselesaikan 25 Zulhijjah 1332 Hijrah. Kandungannya menceritakan peristiwa Hari Kiamat ditulis dalam bentuk syair. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 50 Minto Road, Singapura, 9 Syaaban 1344 Hijrah.<br />6. Risalah Kecil Pelajaran Kanak-kanak Pada Agama Islam, diselesaikan 1 Safar 1334 Hijrah. Kandungannya merupakan pelajaran fardu ain untuk kanak-kanak. Cetakan yang ketiga oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1348 Hijrah/1929 Masihi.<br />7. Aqaidul Iman, diselesaikan di Sapat, Inderagiri, 16 Rabiulawal 1338 Hijrah. Kandungannya membicarakan tentang akidah. Cetakan baru oleh Toko Buku Hasanu, Jalan Hasanuddin Banjarmasin atas izin Mahmud Shiddiq, Pagatan, Kota Baru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan, 1405 Masihi. Diterbitkan daripada salinan tulisan tangan oleh Hasan Bashri Hamdani.<br />8. Syajaratul Arsyadiyah, diselesaikan 12 Syawal 1350 Hijrah. Kandungannya membicarakan asal-usul Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari dan keturunan-keturunannya. Cetakan pertama oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura.<br />9. Risalah Takmilah Qaulil Mukhtashar, diselesaikan 10 Safar 1351 Hijrah. Kandungannya menceritakan tanda-tanda Hari Kiamat dan mengenai kedatangan Imam Mahdi. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, dicetak kombinasi dengan Syajaratul Arsyadiyah (103 halaman) oleh pengarang yang sama, dan Risalah Qaulil Mukhtashar fi `Alamatil Mahdil Muntazhar (55 halaman) karya Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.<br />10. Mau'izhah li Nafsi wa li Amtsali minal Ikhwan, diselesaikan 5 Rejab 1355 Hijrah. Kandungannya merupakan kumpulan pengajaran akhlak. Cetakan yang pertama oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1355 Hijrah.<br />11. Beberapa Khuthbah Pakai Makna Karangan Jaddi as-Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari, tanpa dinyatakan tarikh selesai penulisan. Kandungannya merupakan kumpulan khutbah yang pernah diucapkan oleh Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 101 Jalan Sultan, Singapura, tanpa dinyatakan tahun cetakan.<br />12. Majmu'ul Ayat wal Ahadits fi Fadhailil `Ilmi wal `Ulama' wal Muta'allimin wal Mustami'in, tanpa dinyatakan tarikh selesai penulisan. Kandungannya merupakan kumpulan hadis serta terjemahannya dalam bahasa Melayu. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1346 Hijrah/1927 Masihi.<br />13. Catatan, tanpa tarikh, ditulis dalam bahasa Arab dan Melayu. Kandungannya merupakan beberapa catatan Syeikh Abdur Rahman Shiddiq mulai lahir malam Khamis, sebelum Subuh 1288 Hijrah/ Jun/Julai 1871 Masihi. Wafat hari Isnin, jam 5.40, pada 4 Syaaban 1358 Hijrah/18 September 1939 Masihi, dalam usia 70 tahun. Tahun 1306 Hijrah beliau ke Mekah. Tinggal di sana hingga tahun 1312 Hijrah. Selain itu terdapat catatan kelahiran dan wafat anak-anaknya dan lain-lain.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-57810961060553433482008-06-12T20:29:00.000-07:002008-06-12T20:34:14.540-07:00Tuan Guru Husin Kedah al-BanjariNasab Beliau<br />Tuan Hussein Kedah al-Banjari atau nama penuhnya Abu Abdullah Hussein bin Muhammad Nasir bin Muhammad Thayyib bin Mas’ud bin Qadhi Abu Su’ud bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama'ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja'far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu'minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.<br />Beliau dilahirkan pada hari Ahad 20 Jamadilawal 1280H bersamaan 2 November 1863 di Titi Gajah, Kedah. Nama timangan sewaktu kecilnya adalah Che Megat. Gelaran Megat diperolehi kerana ayah beliau Haji Muhammad. Nasir, seorang kebanyakan telah berkahwin dengan Tengku Fathimah binti Tengku Mahmud, seorang kerabat Diraja Kubang Pasu, Darul Qiyam. Kemudiannya beliau mashyur dengan nama Tuan Guru Tuan Hussin Kedah.Keturunan Tuan Hussin Kedah adalah berasal dari Kelompoyan Martapura Banjarmasin, Kalimantan, Indonesia. Dan beliau adalah dari keturunan seorang ulama yang sangat tersohor di Nusantara iaitu Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, pengarang kitab Sabil al-Muhtadin. Sejarah kedatangan keturunan beliau ke Kedah adalah apabila datuk kepada datuknya yang bernama Qadhi Haji Abu Su'ud diceritakan bahawa beliau pulang dari Makkah untuk meneruskan perjalanannya pulang ke Banjar telah singgah di Kedah. Apabila sultan Kedah mendapat tahu kehadiran ulama Banjar ini maka baginda Sultan Kedah telah meminta kepadanya supaya tinggal di Kedah untuk menjadi guru baginda dan juga rakyat Kedah.Di Kedah Qadhi Haji Abu Su'ud al-Banjari atas kehendak Sultan Kedah telah kahwin dengan perempuan bernama Rajmah. Dari perkahwinan itu memperoleh anak dinamakan Mas'ud, iaitu moyang kepada Tuan Hussin Kedah. Moyang kepada Tuan Hussin Kedah ini iaitu Haji Mas’ud bin Qadhi Abu Su’ud selain menjadi ulama di Kedah, beliau juga dilantik oleh Sultan Kedah, menjadi salah seorang panglima perang kerajaan Kedah ketika menentang kerajaan Thai (Siam Budha). Dan beliau gugur sebagai syahid ketika peperangan menentang Thai.Pendidikan dan Membuka PondokTuan Hussin Kedah mendapat didikan awal dari datuknya Haji Muhammad Thayyib bin Mus’ud al-Khalidi an-Naqsyabandi dipondok Titi Gajah. (Insyaallah, tulisan mengenai tokoh ini akan paparkan keblog ini nanti). Seterusnya beliau menyambung pelajarannya di di Pondok Bendang Daya, Fathani. Beliau sempat belajar dengan Tuan Guru Syaikh Haji Wan Mushthafa bin Muhammad al-Fathani (Tok Bendang Daya I) dan selanjutnya kepada anak beliau, Syaikh Abdul Qadir bin Syaikh Wan Mushthafa (Tok Bendang Daya II). Ketika di Bendang Daya dipercayai beliau bersahabat dengan Wan Ismail bin Mushthafa al-Fathani (Tok Ayah Doi – pengasas pondok Gajah Mati, Kedah) dan Tok Kelaba. Selain di Bendang Daya, Tuan Husein Kedah juga pernah belajar di Pondok Semela, pondok dimana datuknya pernah menuntut ilmu. Tuan Hussain Kedah telah merantau ke Kelantan, Terengganu, Singapura, Johor dan Perak untuk mendalami ilmu agama. Setelah lama di perantauan mencari ilmu, beliau kembali ke Titi Gajah dengan niat untuk membantu datuknya mengajar.Memang sudah menjadi tradisi pada zaman tersebut, tidak lengkap ilmu seseorang sekiranya tidak melanjutkan pelajaran ke Mekah, yang merupakan pusat ilmu ketika itu. Maka pada tahun 1892, beliau berangkat ke Mekah bersama isterinya iaitu Wan Khadijah binti Wan Yusuf untuk mengerjakan haji dan menambahkan pengetahuan agamanya. Ketika di Mekah beliau sempat berjumpa dan berguru dengan ulama-ulama besar disana seperti Syaikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman al-Fathani, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Umar Sumbawa, Syaikh Ahmad Umar Bali, Syaikh Ahmad Lingga, Syaikh Wan Ahmad al-Fathani dan ramai lagi.Apabila Tuan Hussain pulang dari Mekah pada tahun 1896M, beliau meneruskan pengajarannya di pondok Titi Gajah dan pada waktu yang sama beliau ditawarkan untuk membuka pondok di kampung Alor Ganu, sebuah perkampungan yang berhampiran. Beliau menerima tawaran tersebut dan mengajar di sana selama tiga tahun.Pada tahun 1900, beliau berpindah Bohor dan membuka pondoknya di sana. pelajar-pelajar lelaki dan perempuan di pondok Bohor berumur antara 15 hingga 60 tahun. Terdapat dua kumpulan pondok iaitu Pondok Dalam di mana disediakan untuk orang yang sudah berkeluarga dan Pondok Luar untuk anak-anak bujang. Tuan Hussin mengendalikan pondoknya di Bohor selama 12 tahun sehingga beliau terkenal dengan panggilan "Tuan Hussain Bohor".<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" style="COLOR: rgb(51,204,0); FONT-FAMILY: trebuchet ms" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaUWGkM8i9q-46apuLzH3JLkoHkHd_NM_SOh6rAbaGRZYEJGmRW55cJiZJoSA_ZTCGAEyyoLeeIJvLR-ydsNLgE7Cp2PAecopvhCPvJQxSjhWqUs-A4xjPDC6ThvXRFILyslUyuzmsL34/s1600-h/11-+Hj+Abdurrahman+Merbok.jpg"></a>Pada tahun 1912, Tuan Hussin berpindah pula ke Bagan Ulu dan membuka pondok di situ. Tempat ini sekarang dikenali sebagai Pantai Merdeka. Pelajar-pelajarnya berjumlah lebih 400 orang. Antara pelajar-pelajarnya yang terkenal ialah Dato' Haji Abdul Rahman bin Haji Abdullah atau lebih dikenali sebagai Tuan Guru Haji Abdul Rahman Merbok (gambar sebelah). Tuan Hussin mentadbir pondok Bagan Ulu selama 8 tahun sebelum membuka pondok baru di Selengkoh, Mukim Sungai Limau. Keadaan persekitaran di Selengkoh yang becak mengurangkan penuntut Tuan Hussin. Beliau berkhidmat di sana selama 4 tahun dan kemudiannya berangkat mengerjakan fardhu haji bersama anak dan cucu-cucunya.Kepulangannya dari Mekah pada tahun 1924M telah memberi ilham kepada Tuan Hussin untuk membuka pondok baru pula di Padang Lumat. Dan seterusnya beliau membuka pondok di Pokok Sena, Seberang Perai pada akhir tahun 1929M. Tuan Hussin Kedah adalah seorang ulama yang wara’ dan rajin beribadah. Sering membawa tongkat ketika berjalan Beliau bertariqat Syattariah. Beliau adalah seorang tuan guru pondok yang tegas. Pelajarnya tidak dibenarkan merokok dan berambut panjang. Tuan Hussin Kedah adalah seorang ulama besar yang sangat gigih dalam perjuangan menggunakan kalam (perkataan) dan qalam (pena/penulisan) demi penyebaran ilmu pengetahuan Islam. Dalam kesibukan mengajar, beliau masih sempat untuk menulis kitab untuk diwariskan kepada generasi seterusnya. Antara kitab-kitab tulisannya adalah:-<br />an-Nurul Mustafid fi Aqaidi Ahlit Tauhid, diselesaikan pada tahun 1305H/1888M. Kandungannya membicarakan tentang tauhid, akidah Ahlis Sunnah wal Jamaah. Kitab ini adalah kitab pertama yang beliau karang.<br />Tamrinush Shibyan fi Bayani Arkanil Islam wal Iman, diselesaikan pada hari Sabtu, 1 Syaaban 1318H. Menggunakan nama Husein Nashir bin Muhammad Thaiyib al-Mas'udi al-Banjari. Kandungannya membicarakan tauhid, akidah Ahlis Sunnah wal Jamaah dinyatakan rujukannya ialah Ummul Barahin, Syarah Hudhudi, karya as-Suhaimi, Hasyiyah Syarqawi dan Dhiyaul Murid. Dicetak oleh Mathba'ah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, Mesir, Zulkaedah 1346H, ditashhih oleh Ilyas Ya'qub al-Azhari.<br />Hidayatus Shibyan fi Ma'rifatil Islam wal Iman, menggunakan nama Abi Abdullah Husein Nashir bin Muhammad Thaiyib al-Mas'udi al-Banjari. Diselesaikan pada hari Isnin, 18 Muharam 1330H. Kandungannya membicarakan tentang tauhid dan fekah. Cetakan yang pertama Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-'Utsmaniyah 1330H. Dicetak pula oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan Singapura, 1345H/1927H. Ditashhih oleh Syeikh Idris bin Husein al-Kalantani.<br />Kisarul Aksir lish Shaghir `indal Kabir li Ma'rifatillahil `Alimil Khabir, diselesaikan pada hari Khamis, 25 Rabiulakhir 1336H. Kandungannya membicarakan tentang tasauf dan thariqat. Cetakan yang ketiga, Al-Huda Press, Pulau Pinang, Safar 1356H/April 1937M.<br />Hidayatul Athfal, diselesaikan pada 1336H. Kandungannya pelajaran tauhid untuk kanak-kanak.<br />Hidayatul Mutafakkirin fi Tahqiqi Ma'rifati Rabbil `Alamin, diselesaikan pada 3 Rabiulakhir 1337H. Kandungannya membicarakan tentang tauhid, menurut akidah Ahli Sunnah wal Jamaah. Cetakan yang pertama Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan Singapura, 1345H/1927M. Cetakan yang kelima, Mathba'ah Persama, 83-85, Achen Street, dekat Masjid Melayu, Pulau Pinang, 1377H/1957M.<br />Tafrihus Shibyan fi Maulidin Nabi min Waladi `Adnan, diselesaikan pada hari Selasa 3 Rabiulawal 1341H. Kandungannya mengenai sejarah kelahiran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم Dicetak oleh Mathba'ah Persama, 83-85, Acheh Street, dekat Masjid Melayu, Pulau Pinang, 1382H/1962M.<br />Tazkiru Qabailil Qadhi, diselesaikan pada 1343H. Kandungannya merupakan Terjemahan Hadits Jawahir al-Bukhari, terdiri daripada dua juzuk, yang telah dijumpai hanya juzuk yang pertama saja. Cetakan yang pertama, Al-Maktabah Zainiyah, Taiping Perak, 1350H Dicatatkan: “Titah membenarkan dicetak dari bawah Duli Yang Maha Mulia as-Sultan Perak atas minit paper Qadhi Kuala Kangsar nombor 149/30”.<br />Bidayatut Thalibin ila Ma'rifati Rabbil `Alamin, diselesaikan 1344H. Kandungannya membicarakan ilmu tauhid. Cetakan yang kedua The United Press, No. 3 Dato' Keramat Road, Pulau Pinang, 1357 Hijrah. Ditashhih oleh Ilyas Ya'qub al-Azhari.<br />‘Alaqatul Lamiyah wash Sharfiyah, diselesaikan 1345H. Kandungannya membicarakan ilmu sharaf atau perubahan perkataan dalam bahasa Arab.<br />Ushulut Tauhid fi Ma'rifati Thuruqil Iman lir Rabbil Majid, diselesaikan 6 Syawal 1346H. Kandungannya membicarakan falsafah ilmu tauhid dan ilmu fekah. Dicetak oleh Mathba'ah az-Zainiyah, Taiping, Perak, hari Jumaat, 4 Jamadilakhir, 1347H (cetakan kedua). Cetakan ulangan oleh percetakan yang sama tahun 1355H (cetakan ketiga). Dicetak semula dengan kebenaran anak pengarangnya Tuan Guru Haji Ahmad bin Tuan Husein, Qadhi Besar Pulau Pinang dan Seberang Perai kepada The United Press, Pulau Pinang, selesai cetak 11 Jumadilawwal 1393H<br />Hidayatun Nikah, diselesaikan 1347H. Kandungannya membicarakan perkara-perkara mengenai nikah kahwin.<br />Qathrul Ghaitsiyah fi `Ilmish Shufiyah `ala Syari'atil Muhammadiyah, diselesaikan 25 Jumadilawwal 1348H. Kandungannya membicarakan tasawuf. Cetakan yang kedua, Mathba'ah Persama, 93 Acheh Street, Pulau Pinang.<br />Majmu'ul La-ali lin Nisa' wal Athfaliyi, juzuk yang pertama, disele- saikan pada hari Jumaat, 5 Jamadilakhir 1350H. Kandungan mukadimahnya menyatakan bahawa judul ini terdiri daripada sepuluh juzuk. Juzuk yang pertama, membicarakan hukum taharah dalam bentuk soal-jawab. Cetakan yang ketiga The United Press, Pulau Pinang, Jamadilakhir 1360H.<br />Majmu'ul La-ali lin Nisa' wal Athfaliyi, juzuk ke-2, diselesaikan petang Isnin, 20 Rejab 1350H. Kandungannya membicarakan tentang sembahyang dalam bentuk soal-jawab. Tidak terdapat nama percetakan. Dicetak pada 22 Jumadilakhir 1352H (cetakan kedua), dinyatakan bahawa terdapat tambahan daripada cetakan yang pertama. Cetakan yang ketiga The United Press, Pulau Pinang, 3 Jumadilakhir 1360H.<br />Tabshirah li Ulil Albab, diselesaikan tahun 1351H. Kandungannya membicarakan tentang akidah/tauhid.<br />Hidayatul Ghilman, diselesaikan pada tahun 1351H. Kandungannya membicarakan tentang akidah/tauhid yang ditulis dalam bahasa Arab.<br />Nailul Maram fi ma Yujabu Husnul Khitam, diselesaikan pada hari Ahad, 6 Sya’ban 1354H. Kandungannya membicarakan tentang beberapa amalan zikir dan wirid untuk mendapatkan husnul khatimah. Dicetak oleh The United Press, dikeluarkan oleh Haji Ahmad bin Tuan Husein dengan catatan: “Dicap risalah ini untuk mendapat khairat bagi al-Madrasah al-Khairiyah al-Islamiyah, Pokok Sena, Kepala Batas, Seberang Perai.”<br />Tanbihul Ikhwan fi Tadbiril Ma'isyah wat Taslikil Buldan, diselesaikan pada tahun 1354H. Kandungannya membicarakan tentang penghidupan dan pentadbiran pemerintahan.<br />Bunga Geti, diselesaikan pada tahun 1354H. Kandungannya membicarakan tentang sembahyang qadha atau mengganti sembahyang yang ketinggalan. Kitab ini merupakan kitab terakhir yang beliau tulisMeninggal DuniaMenurut catatan dari kelaurganya ketika beliau jatuh sakit, Tengku Abdullah; bekas muridnya meminta beliau pulang ke Kedah. Dan beliau pulang ke Kedah setelah dirayu oleh anaknya. Tengku Abdullah telah mengambil beliau di Pokok Sena dan dibawa ke rumahnya di Batu 16, Padang Lumat, dan pada 18 Zulkaedah 1354H bersamaan 10 Februari 1936M, dengan kehendak Allah Tuan Hussin pulang ke rahmatullah dan jenazahnya telah dikebumikan di perkuburan Titi Gajah. Perjuangannya diteruskan oleh anakandanya iaitu Tuan Guru Haji Ahmad Tuan Hussin, yang juga merupakan Qadhi Besar, Pulau Pinang.Demikianlah sekelumit kisah ulama seorang ulama tersohor dan berjasa. Peranannya dalam pendidikan, dakwah dan penulisan dalam seharusnya menjadi contoh kepada generasi ulama sekarang.Rujukan:- Tulisan Ustaz Wan Mohd Shaghir Abdullah di dalam kolum Ulama Nusantara, akhbar Utusan Malaysia 29 Jumadilakhir 1425H / 6 Ogos 2004 - Buku Tokoh-tokoh Ulama Semenajung Tanah Melayu -1- Buku Sejarah Ulama Kedah - Portal MyKedah.- Laman Web Madrasah al-Khairiah al-Islamiah-http://al-fanshuri.blogspot.com/2007/06/kenali-ulama-kita-siri-1-tuan-guru-tuan.htmlselamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-16682700966886772832008-06-12T20:23:00.000-07:002008-06-12T20:27:54.108-07:00SULTHONIL AWLIYA AL-WALY QUTBIL AKWAN SAYYIDI SYEKH MUHAMMAD ZAINI BIN ABDUL GHONi AL-AYDRUS AL-BANJARI<strong>Nasab Beliau</strong><br />Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa'ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama'ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja'far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu'minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.<br />.Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi adalah anak dari perkawinan Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama H Rahmah.Beliau dilahirkan di Tunggul Irang, Dalam Pagar, Martapura pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 M.Diceriterakan oleh Abu Daudi, Asy Syekh Muhammad Ghani sejak kecil selalu berada di samping ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Keduanya juga menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah, Abu Daudi meyakini, guru pertama dari Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani adalah ayah dan neneknya sendiri.Semenjak kecil beliau sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Guru Sekumpul sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangannya.Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, beliau mengikuti pendidikan "formal" masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Guru-guru beliau pada masa ini antara lain, Guru Abdul Muiz, Guru Sulaiman, Guru Muhammad Zein, Guru H. Abdul Hamid Husain, Guru H. Rafi'i, Guru Syahran, Guru Husin Dahlan, Guru H. Salman Yusuf. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini beliau sudah belajar dengan Guru-guru besar yang spesialist dalam bidang keilmuan seperti al-Alim al-Fadhil Sya'rani Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri, al-Alim al-Fadhil Salim Ma'ruf, al-Alim al-Allamah Syaikh Seman Mulya, al-Alim Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil Sya'rani Arif, al-Alim al-Fadhil al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir, dan KH. Aini Kandangan. Tiga yang terakhir merupakan guru beliau yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid.Kalau kita cermati deretan guru-guru beliau pada saat ini adalah tokoh-tokoh besar yang sudah tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya. Dari yang saya kenal saja secara khusus adalah KH. Husin Qadri lewat buku-buku beliau seperti Senjata Mukmin yang banyak dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh Salman Jalil, sempat kita temui ketika masih hidup. Syaikh Seman Mulya adalah pamanda beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya'rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak.Sedangkan al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu beliau dan al-marhum KH. Hanafiah Gobet). Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Beliau ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada kami agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri.Selain itu, di antara guru-guru beliau lagi selanjutnya adalah Syaikh Syarwani Abdan (Bangil) dan al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah). Dari beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil. (Selain ini, masih banyak tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan sebagian lagi tidak sempat karena waktu itu beliau menyebutkannya dengan sangat cepat. Sempat saya hitung dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar 179 orang sepesialis bidang keilmuan Islam terdiri dari wilayah Kalimantan sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari Makkah).Gemblengan ayah dan bimbingan intensif pamanda beliau semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil beliau sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnda beliau sendiri. Seperti misalnya suatu ketika hujan turun deras sedangkan rumah beliau sekeluarga sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah. Pada waktu itu, ayah beliau menelungkupi beliau untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Syekh Muhammad Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada kami lewat cerita-cerita itu.Beberapa cerita yang masih saya ingat. Sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnda beliau membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnda beliau selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur usaha dagang, beliau sampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustazd kami pernah mengomentari hal ini, "bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu." Pernah sewaktu kecil beliau bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegur beliau, "Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur." Beliau langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan dan keanehan:Beliau sudah hapal al-Qur`an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul dijaga. Kemanapun bepergian selalu ditemani (saya lupa nama sepupu beliau yang ditugaskan oleh Syaikh Seman Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika beliau ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh Seman Mulya di hadapan beliau dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syaikh, begitu juga sepupu yang menjadi "bodyguard' beliau. Beliaupun langsung pulang ke rumah.Pada usia 9 tahun pas malam jum'at beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis "Sapinah al-Auliya". Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum'at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jum'at ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk, beliau melihat masih banyak kursi yang kosong.Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut. (Sayang saya lupa nama syaikh tersebut, semoga saja beberapa kawan dan anggota jamaah yang juga hadir sewaktu pengajian umum di PP. Al-Falah, Banjarbaru, Kal-Sel saat itu ada yang bisa mengingatkan saya nama syaikh tersebut).Salah satu pesan beliau tentang karamah adalah agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi shalatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi "bakarmi" (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).Selain sebagai ulama yang ramah dan kasih sayang kepada setiap orang, beliau juga orang yang tegas dan tidak segan-segan kepada penguasa apabila menyimpang. Karena itu, beliau menolak undangan Soeharto untuk mengikuti acara halal bil halal di Jakarta. Begitu juga dalam pengajian-pengajian, tidak kurang-kurangnya beliau menyampaikan kritikan dan teguran kepada penguasa baik Gubernur, Bupati atau jajaran lainnya dalam suatu masalah yang beliau anggap menyimpang atau tidak tepat.Kemarin, Rabu 10 Agustus 2005 jam 05.10 pagi beliau telah berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun. Dulu almarhum Guru Ayan (Rantau), salah seorang syaikh yang dikenal kasyaf pernah menyampaikan bahwa kehidupan Syaikh M. Zaini Ghani itu seperti Nabi. Bahkan usia beliau pun sama seperti usia Nabi. Salah seorang murid dekat Guru Ayan, yaitu M. Yunus (kaka kelas saya di PP. Alfalah) pernah mencoba melihat-lihat ciri-ciri hissiyahnya. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah kepindahan Beliau dari Keraton Martapura ke wilayah Sekumpul seperti Rasulullah s.a.w. hijrah (dan beberapa hal lainnya). Dan sekarang, ucapan tersebut terbukti. Kebetulan? Wallahu A'lam.Beberapa karamah dan riwayat hidup beliau yang lain bisa dibaca dari pemberitaan dan tulisan-tulisan di <a href="http://www.indomedia.com/bpost" rel="nofollow">http://www.indomedia.com/bpost</a> dan di www.radarbanjar.com. Apa yang saya tulis di sini sebagian besar langsung saya dapatkan sendiri dari penuturan beliau dan apa yang saya lihat secara langsung. Rahimakallah ya Syaikh.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-12586172593809769672008-06-12T20:20:00.000-07:002008-06-12T20:22:41.309-07:00SYEKH MUHAMMAD NAFIS AL-BANJARIULAMA sufi berasal dari dunia Melayu yang diriwayatkan ini nama lengkapnya ialah Syeikh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein al-Banjari. Seperti ulama-ulama sufi lain, Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari juga mendapat tentangan daripada orang-orang yang tidak sependapat dengan ajaran tasawufnya. Namun tidak sehebat tentangan terhadap Syeikh Hamzah al-Fansuri dan Syeikh Syamsuddin as-Sumatra-i. Dalam perkembangan mutakhir golongan sufi dunia Melayu cukup rancak dibicarakan.Sebelum berkembangnya aliran tajdid di dunia Melayu, boleh dikatakan tidak ada ulama besar dunia Melayu menyalahkan kandungan yang termaktub dalam ad-Durr an-Nafis, iaitu sebuah kitab perbahasan yang tinggi jalan akidah Ahli Sunnah wal Jamaah dan permulaan jalan tasawuf ketuhanan dalam bahasa Melayu yang dihasilkan oleh ulama berasal dari Banjar yang dibicarakan ini.Bagi ulama abad ke 18-19 dunia Melayu, ajaran semacam itu cukup mereka fahami kerana memang ada kitab-kitab tasawuf peringkat tinggi (muntahi) yang dirujuk dan mengimbangi kitab ad-Durr an-Nafis itu sebagai pegangan yang kukuh bagi kaum sufi. Yang termaktub dalam karya Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari itu adalah relevan dengan karya-karya Syeikh Abdul Karim al-Jili, Syeikh Muhyuddin Ibnu Arabi (17 Ramadan 560 H/29 Julai 1165 M-28 Rabiulakhir 638 H/21 November 1240 M) dan lain-lain. Lebih dua ratus tahun kitab ad-Durr an-Nafis itu diajarkan oleh para ulama di dunia Melayu, kemudian pada waktu akhir-akhir ini, sama ada di Indonesia mahu pun di Malaysia, ada pihak-pihak tertentu menyalahkan dan melarang mengajarkannya.Di satu pihak kitab itu dilarang atau diharamkan menggunakannya, di pihak lain ternyata lebih banyak surau mahu pun masjid atau pun di rumah-rumah orang mengajarkannya. Bahkan K.H Haderanie H.N., seorang ulama di Surabaya berusaha melatin/merumikan kitab tersebut, yang diberi kata sambutan oleh seorang ulama dan tokoh atau ahli politik Islam Indonesia, K. H. Dr. Idham Chalid. Ad-Durr an-Nafis yang dilatin/dirumikan itu diberi judul Ilmu Ketuhanan Permata Yang lndah (Ad-Durrunnafis).Saya, selaku penulis riwayat ini, tetap menilai bahawa Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari adalah seorang ulama besar sufi dunia Melayu. Memang tidak boleh terlalu mudah menilai beliau sebagai seorang yang tidak berilmu, zindiq, sesat dan sebagainya, seperti yang pernah dilemparkan oleh orang-orang tertentu kepada beliau. Bagi saya bertindak adil dan jujur terhadap ilmu pengetahuan itulah yang lebih baik dilakukan daripada menyalahkan orang, sedangkan kita sendiri tidak tahu dengan tepat dan pasti apa yang disalahkan itu. Apabila berbeza sistem dan penerapan sesuatu disiplin ilmu antara satu pihak dengan pihak lain, maka itu juga boleh mengakibatkan berbeza pandangan dan pendapat.IlmuOleh itu sistem dan penerapan ilmu sufi pada abad 18-19 jauh berbeza dengan pihak-pihak yang tidak pernah belajar sufi tradisional Islam pada penghujung abad 20 dan abad ini. Orang sufi memang berlapang dada, mereka berjiwa besar dan tidak suka bertengkar atau berdebat kerana agama Islam bukan bertujuan ke arah pertengkaran atau perdebatan tetapi untuk diamalkan oleh setiap insan Muslim yang berjiwa dan bercita-cita takwa. Pertengkaran atau perdebatan membawa kepada perpecahan umat. Ulama sufi dunia Melayu yang belajar di Mekah berpuluh-puluh tahun seperti Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari tidak dapat disamakan dengan peribadi-peribadi yang tiada mendalami Islam, tetapi mengaku dirinya dengan pelbagai pengakuan seperti yang terjadi pada akhir-akhir ini.ASAL-USUL DAN PENDIDIKANSyeikh Muhammad Nafis al-Banjari berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan. Hidup sezaman dan seperguruan dengan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Sama-sama belajar di Mekah dan Madinah. Yang seperjuangan dengannya termasuk Syeikh Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi (Jakarta), Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani dan lain-lain. Tentang dirinya hanya beberapa hal beliau sebut, ``Di negeri Banjar tempatnya jadi. Mekah tempat diamnya. Syafie akan mazhabnya, iaitu pada fikah. Asy`ari iktikadnya, iaitu pada ushuluddin. Junaid ikutannya, iaitu pada ilmu tasawuf. Qadiriyah thariqatnya, Syathariyah pakaiannya, Naqsyabandiyah amalan-nya, Khalwatiyah makanannya, Sammaniyah minumannya''.Para gurunya juga beliau sebut dalam karyanya ad-Durr an-Nafis yang tersebut, senarai lengkapnya adalah sebagai berikut:1. Syeikh Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawi. 2. Syeikh Shiddiq bin Umar Khan. Beliau adalah murid kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Karim Samman, iaitu murid ulama sufi yang lebih dulu daripada Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari dan kawan-kawannya. 3. Syeikh Muhammad bin Abdul Karim as-Samani al-Madani. 4. Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Aziz al-Maghribi. 5. Syeikh Muhammad bin Ahmad al-Juhuri. Dan ramai lagi yang belum disebutkan di sini.Setelah Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari diizinkan para gurunya, terutama sekali Syeikh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman, bahawa beliau boleh mengajar ilmu-ilmu batin dengan beberapa aspek tarekat dan furu'-furu'nya, maka berusahalah Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari mengajak manusia mentauhidkan Allah daripada satu peringkat ke satu peringkat yang lebih tinggi dan mendalam. Di manakah Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari menjalankan aktiviti dakwah dan pendidikan, terjadi pertikaian pendapat daripada beberapa orang periwayat. Ada orang menceritakan bahawa beliau menyampaikan dakwah dan pendidikan Islam di Pulau Bali, Pulau Sumbawa dan pulau-pulau yang berdekatan dengannya. Riwayat yang lain pula mengatakan bahawa Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari menyebarkan ajarannya di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Riwayat yang lain mengatakan di Kusan, Kota Baru, juga dalam Pulau Laut itu. Akhirnya dikatakan bahawa Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari meninggal dunia di Sigam, juga di Pulau Laut. Pendapat lain menyebut beliau wafat di Kalua, juga di Pulau Laut.PENULISANKetika artikel ini saya tulis, baru dua buah saja karangan Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari yang ditemui, selain ad-Durr an-Nafis, yang sebuah lagi masih berupa manuskrip ialah Majmu' al-Asrar li Ahlillahil Athyar. Mengenai ad-Durr an-Nafis beberapa maklumat tentangnya, bahawa selesai ditulis pada 27 Muharam 1200 H/30 November 1785 M. Cetakan pertama kitab ini ditashhih oleh Syeikh Ahmad al-Fathani, di Mathba'ah al-Miriyah bi Bulaq, Mesir al-Mahmiyah. Pada terbitan pertama tercantum syair Syeikh Ahmad al-Fathani: ``Berpeganglah kamu dengan ilmu orang sufi,Nescaya kamu menyaksikan bagi Tuhanmu itu keesaan.Wahai yang meninggalkan sebaik-baik teman sekedudukan,Adalah kitab ini mengandung maksud keseluruhan,Seperti lautan,daripadanya tiap-tiap yang berharga penilaian''.Sebagai keterangan lanjut Syeikh Ahmad al-Fathani mencatatkan, ``Ketahui olehmu hai yang waqif atas kitab ini. Bahawa segala naskhah kitab ini sangatlah bersalah-salahan setengah dengan setengahnya, dan tiada hamba ketahuikan mana-mana yang muafakat dengan asal naskhah Muallifnya. Maka hamba ikutkan pada naskhah yang hamba cap ini akan barang yang terlebih elok dan munasabah. Dan tiada hamba kurangkan daripada salah suatu daripada beberapa naskhah itu akan sesuatu kerana ihtiyat''.Ad-Durr an-Nafis cetakan pertama Syeikh Ahmad al-Fathani telah memberi keterangan beberapa istilah seperti terdapat pada kalimat-kalimat: 1. ``... maka hendaklah lihat olehmu kepada Abi Bakar, iaitu ibarat daripada mati nafsu yang ammarah ...''. Syeikh Ahmad al-Fathani menjelaskan, bahawa nafsu ammarah, ialah ``nafsu yang cenderung kepada kejahatan''.2. ``Bermula hasilnya segala wujud sesuatu itu dengan dinisbahkan kepada wujud Allah Taala yang haqiqi itu khayal, dan waham, dan majaz jua, kerana wujudnya antara dua `adam Bermula wujud yang antara dua `adam itu `adam jua adanya ...''. Keterangan Syeikh Ahmad al-Fathani, ``Dua `adam, ertinya `adam lahiq dan `adam sabiq. Pengertian `adam lahiq, ialah tiada yang mengikut. Pengertian `adam sabiq, ialah tiada yang mendahului''.3. ``Dan pada sekira-kira zahir mumkin itu lain daripada Allah Taala. Dan sekira-kira haqiqatnya wujud mumkin itu, iaitu `ain wujud Allah Taala. Dan misalnya seperti buih dan ombak...''. Keterangan Syeikh Ahmad al-Fathani, ``Katanya, ``Dan pada sekira-kira zahir dan pada sekira-kira haqiqat ...'', maka kedua (-dua) itu `athaf. Katanya, ``Pada sekira-kira wujud, dan dhamir pada haqiqatnya dan dhamir pada nyatanya. Kedua (-dua) itu kembali kepada buih, dan dhamir daripadanya itu kembali kepada air''.4. Syeikh Ahmad al-Fathani menjelaskan istilah ma'iyah, kata beliau, ``Yakni berserta: a. ittihad = bersuatu. b. hulul = bertempat. c. khayal, yakni apabila kita lihat jauh ada sesuatu, dan kita lihat dekat tiada ada, seperti alung-alung di tengah jalan Madinah''. Ad-Durr an- Nafis setelah cetakan pertama oleh Matba'ah al-Miriyah di Bulaq, Mesir tahun 1302 H/1884 M yang diusahakan dan ditashhih oleh Syeikh Ahmad al-Fathani itu terdapat berbagai-bagai edisi.KaryaKarya Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari yang kedua, yang masih belum diketahui umum, dalam bentuk manuskrip ialah Majmu' al-Asrar, salinan Muhammad Zain bin Hasan. Selesai menyalin pada waktu Zuhur, hari Sabtu 21 Syaaban 1355 H/1936 M. Kitab Majmu' al-Asrar ini juga membicarakan masalah tasawuf. Sampai riwayat ini ditulis kitab yang tersebut baru dijumpai dua versi, yang sebuah lagi dengan judul Majmu' as-Sarair, atau judul dalam bahasa Melayu yang diberi oleh beliau Perhimpunan Sekalian Rahasia.Versi yang pertama, koleksi Pusat Manuskrip Melayu, Perpustakaan Negara Malaysia, dan versi yang sebuah lagi adalah koleksi peribadi saya sendiri. Yang menjadi milik saya itu terdapat tiga buah risalah lain, yang dipercayai juga karya Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari. Risalah-risalah itu ialah Penjelasan Huruf-Huruf Abjad Dalam Al-Quran, llmu Haqiqat Yang Sebenar-Benar dan Masalah Orang Yang Dijadikan Imam.Pada risalah yang terakhir tercatat tahun selesai menulisnya pada waktu Dhuha, 8 Ramadan 1245 H/1829 M. Dengan dijumpai manuskrip yang terdapat tahun itu maka dapatlah diagak-agak jarak waktu sementara penulisan Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari yang telah diketahui, iaitu 1200 H/1785 M (Ad-Durr an-Nafis) hingga 1245 H/1829 M (manuskrip yang tersebut di atas). Jadi bererti sekitar 45 tahun. Dengan demikian pada jarak waktu yang demikian lama masih banyak karya Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari yang belum kita jumpai dan ketahui.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6321067962308634188.post-34699869524723137082008-06-12T20:08:00.000-07:002008-06-12T20:12:27.840-07:00BIOGRAFI SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI AL-AYDRUSMuhammad Arsyad al-Banjari bin Abdullah Al Aidrus<br />Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.<br />Langsung ke: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#column-one">navigasi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#searchInput">cari</a><br /><a class="image" title="Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Muhammad_Arsyad_Albanjari_Museum_Lambung_Mangkurat.JPG"></a><br /><a class="internal" title="Perbesar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Muhammad_Arsyad_Albanjari_Museum_Lambung_Mangkurat.JPG"></a>Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari<br />Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (<a title="1710" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1710">1710</a>-<a title="1812" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1812">1812</a>) adalah ulama fiqih mazhab Syafi'i pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang berasal dari kota <a title="Martapura" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Martapura">Martapura</a> di Tanah Banjar (<a title="Kesultanan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar">Kesultanan Banjar</a>), Kalimantan Selatan. Ia adalah pengarang Kitab <a class="new" title="Sabilal Muhtadin (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sabilal_Muhtadin&action=edit&redlink=1">Sabilal Muhtadin</a> yang banyak menjadi rujukan <a class="mw-redirect" title="Fiqh" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fiqh">Hukum Fiqih</a> dari <a title="Mazhab Syafi'i" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi">mazhab Syafi'i</a> di Asia Tenggara.<br />Daftar isi[<a class="internal" id="togglelink" href="javascript:toggleToc()">sembunyikan</a>]<br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#Silsilah_keturunan">1 Silsilah keturunan</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#Pengajaran_dan_bermasyarakat">2 Pengajaran dan bermasyarakat</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#Hubungan_dengan_Kesultanan_Banjar">3 Hubungan dengan Kesultanan Banjar</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#Karya-karyanya">4 Karya-karyanya</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus#Pranala_luar">5 Pranala luar</a><br />//<br /><a id="Silsilah_keturunan" name="Silsilah_keturunan"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Silsilah keturunan" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus&action=edit&section=1">sunting</a>] Silsilah keturunan<br />Galur nasabnya adalah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama'ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja'far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu'minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.<br />Hingga saat ini anak keturunan dar Muhammad Arsyad Al banjari telah tersebar ke beberapa Negara. Singapore, Malaysia, Bangkok, Indonesia. Tercatat yang ada di Indonesiapun telah tersebar hampir ke seluruh Propinsi di Indonesia. Salah satunya tersebar ke Propinsi NTB (Nusa tenggara Barat}. Pada awalnya keturunan Arsyad Albanjari yang ke pulau lombok ini berdagan intan, dan lainnya, singkatnya akhirnya mereka menetap di pulau lombok dan berkahwin dengan penduduk lokal. sampai saat ini tahun 2008 keturunan dari Albanjari yang ada di pulau Lombok sudah mencapai hampir 2000 orang. terlahir dari 3 orang kakek, yaitu H. Sayuti, H. Abdullah, dan H. ......... Salah satu keturunan ke 8 yg ada di pulau Lombok adalah H. Mohammad Devar Yani.....<br /><a id="Pengajaran_dan_bermasyarakat" name="Pengajaran_dan_bermasyarakat"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Pengajaran dan bermasyarakat" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus&action=edit&section=2">sunting</a>] Pengajaran dan bermasyarakat<br />Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di <a class="mw-redirect" title="Kalimantan Selatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan">Kalimantan Selatan</a>. Ia sempat menuntut ilmu-ilmu agama Islam di Mekkah. Sekembalinya ke kampung halaman, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Pagar Dalam, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. <a title="Ulama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama">Ulama</a>-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Pagar Dalam.<br />Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara.<br />Selain mengajar, menulis dan berdakwah, Syekh Muhammad Arsyad juga sangat memperhatikan rakyat sekitarnya. Kepada mereka ia memberi contoh bagaimana bercocok-tanam membuat pengairan untuk memajukan pertanian penduduk.<br /><a id="Hubungan_dengan_Kesultanan_Banjar" name="Hubungan_dengan_Kesultanan_Banjar"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Hubungan dengan Kesultanan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus&action=edit&section=3">sunting</a>] Hubungan dengan Kesultanan Banjar<br />Diriwayatkan, pada waktu Sultan <a class="new" title="Tahlilullah (belum dibuat)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahlilullah&action=edit&redlink=1">Tahlilullah</a> (1700 - 1734 M) memerintah <a title="Kesultanan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar">Kesultanan Banjar</a>, suatu hari ketika ber-kunjung ke kampung Lok Ngabang. Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan me-minta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya ting-gal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.<br />Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke <a title="Mekkah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mekkah">Mekkah</a> demi memperdalam ilmunya. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan HW, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.<br />Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah <a title="Kesultanan Banjar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar">Kesultanan Banjar</a>, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh), yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.<br /><a id="Karya-karyanya" name="Karya-karyanya"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Karya-karyanya" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad_Arsyad_al-Banjari_bin_Abdullah_Al_Aidrus&action=edit&section=4">sunting</a>] Karya-karyanya<br />Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, diantaranya ialah:<br />Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,<br />Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,<br />Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,<br />Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.<br />Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.selamat datang di website syaipul banjarhttp://www.blogger.com/profile/04345299996458271887noreply@blogger.com0